BACAKAN SURAT YASIN UNTUK ABUYA ALMALIKI
Luthfi Bashori
Hari Kamis ba`dal Ashar, penulis mengadakan Tahlilan untuk Abuya Almaliki bersama para santri Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ), yang terdiri dari santri tetap berjumlah 400 orang, dan santri khusus program Ramadhan berjumlah 130 orang.
Adapun acara Tahlilan di PIQ dilaksanakan secara resmi, artinya dengan dimulai oleh sambutan pembawa acara, kemudian penunjukan petugas pembacaan Tartibul Fatihah (pembukaan). Kemudian penunjukan petugas pembacaan surat Yasin dan Tahlil. Lantas ditentukan juga petugas pembacaan doa wahbah. Berikut petugas untuk mengenang figur Abuya Almaliki sebagai cuplikan biografi beliau yang patut diteladani.
Karena kebetulan suara penulis sedang serak berat (hilang suara) akibat batuk pilek, maka penulis meminta salah seorang santri membacakan Biografi Abuya Almaliki yang penulis catat, sekaligus sebagai kenang-kenangan penulis selama hidup bersama Abuya Almaliki.
Rangkaian kegiatan Tahlilan untuk Abuya Almaliki secara runtut ini, sekalipun tidak ada contoh langsung dari Nabi SAW, namun tentunya bukan termasuk bid`ah yang dilarang oleh Syariat. Karena semua isi dari rangkaian itu secara parsial terdapat dalil-dalil syar`inya.
Contoh:
> Pembacaan surat Yasin berdasarkan hadits iqra-uu yaasiin `alaa mautaakum (bacakan surat Yasin untuk mayit kalian). HR. Abu Dawud.
> Pembacaan kalimat Thayyibah berdasarkan hadits riwayat Sy. Abi Dzarr, ada beberapa sahabat berkata kepada Nabi SAW: Ya Rasulullah, orang-orang kaya itu mendapatkan suatu pahala, (padahal) mereka shalaat seperti kami, mereka puasa seperti kami, mereka bersedekah dengan kelebihan harnta kekayaannya, lalu Nabi SAW menjawab: Bukankah Allah SWT sudah menyediakan untuk kamu sekalian sesuatu yang dapat kamu sedekahkan? Sesungguhnya setiap satu bacaan Tasbih (yang telah kamu baca) merupakan sedekah, dan setiap takbir merupakan sedekah dan setiap bacaan Tahmid juga merupakan sedekah, dan setiap Tahlil merupakan sedekah. (HR. Muslim).
Dari Amr bin Asabah, beliau berkata: Aku mendatangi Rasulullah SAW, lalu aku bertanya: Ya Rasulullah, apakah Islam itu? Beliau SAW menjawab: Bertutur kata yang baik dan menyuguhkan suatu makanan. (HR. Ahmad).
> Berdoa untuk mayit berdasarkan hidits riwayat Sy. Abu Hurairah ia berkata; saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Apabila kalian mensholatkan mayit, maka ikhlaskanlah doa untuknya. (HR. Abu dawud)
> Pembacaan biografi Abuya Almaliki berdasarkan hadits: Sebutlah kebaikan seorang yang meninggal dunia dan jangan sekali-kali membuka aibnya (HR. Attirmidzi, Abu Dawud, Alhakim dan Ibnu Hibban)
Nabi saw bersabda: Setiap muslim yang disaksikan sebagai orang baik oleh empat orang, maka Allah swt akan memasukannya ke dalam surga...! Lalu kami bertanya, Bagaimana kalau tiga orang? Nabi SAW menjawab: Walaupun tiga orang...! Lalu kami bertanya lagi: Bagaimana kalau dua orang? Nabi SAW menjawab: Walaupun dua orang...! Lalu kami tidak menanyakan bagaimana kalau satu orang yang menyaksikan kebaikan mayit. (HR. Bukhori)
Seperti halnya pelaksanaan shalat Tarawih di kalangan para ulama. Sekalipun konon Nabi SAW menurut riwayat St. Aisyah hanya mengamalkan shalat malam di bulan Ramadhan sebanyak 11 rakaat, namun para shahabat pada era Khalifah Sy. Umar bin Khatthab bersepakat melaksanakan shalat Tarawih 23 rakaat.
Bahkan di era Imam Malik dan Imam Syafi`i, bahwa masyarakat Madinah melaksanakan shalat Tarawih sebanyak 39 rakaat sedangkan masyarakat Makkah mengamalkan shalat Tarawih sebanyak 23 rakaaat.
Hingga dewasa ini, kreasi shalat Tarawih juga dilakuakan oleh masyarakat Makkah sebanyak 23 rakaat, kemudian untuk priode kedua mereka melaksanakan shalat malam 11 Rakaat. Demikianlah bukti bolenya berkreasi dalah hal ibadah sunnah, termasuk dalam memperingati haul Abuya Almaliki yang ke-9 ini.
Semoga Abuya Almaliki mendapatkan kiriman pahala dari pelaksanaan Tahlilan dalam rangka haul ke-9 yang dilakukan oleh hampir seluruh murid-murid beliau yang tersebar di Indonesia serta di belahan dunia lainnya.