ALLAH ADALAH PENYEMBUH HAKIKI
Luthfi Bashori
Ada penanya via SMS yang membahas tentang boleh tidaknya seseorang yang sakit itu berobat medis kepada dokter atau berobat alternatif kepada thabib, lantas diobati dengan pil lewat doa yang ditiupkan ke air minum untuk dijadikan sarana penyembuhan.
PENANYA: Assalamu`alaikum wr wb. Ijin bertanya kyai, apa benar percaya pd suatu obat utk menyembuhkn penyakit atau air yg menghilangkan haus itu syirik, kyai?
PEJUANG: Ya tidak harus demikian, biasanya pemahaman seperti itu adalah tuduhan kaum Wahhabi saja. Orang muslim yang berobat dg apa saja, tentu dalam dirinya meyakini bahwa Allah lah yg hakikatnya memberi kesembuhan, sedangkan obat-obatan itu hanya perantara kesembuhan. Termasuk tindakan oprasi juga adalah hal yg sama.
Padahal banyak di Saudi orang Wahhabi yg sakit dan opname hingga sembuh, apakah mereka juga dihukumi Syirik.
Trus perlu ditanyakan juga kpd kaum Wahhabi, jika berobat itu menyebabkan syirik, krn dianggap mengharapkan kesembuhan dari obatnya, maka setiap orang yang bekerja dimana saja tempat kerjanya juga harus dihukumi syirik, krn mereka mengharapkan uang/rejeki dari tempat kerjaannya. Berarti gak ada lagi umat Islam di dunia ini, krn semuanya jadi syirik.
Belum lagi orang yg menghibur hati dg bersilaturrahim kepada handai taulan atau dengan kegiatan lain juga, tentunya bisa dihukumi syirik, krn mencari ketenangan dari silaturrahim atau tempat hiburan. Semestinya ajaran Islam itu tidak sedemikian kaku .
PENANYA : Na`am kyai, trm kasih.. Sangat jelas dan paham..
PEJUANG : Tentunya yang tidak diperkenankan itu, jika ada orang yang berobat, sedangkan dirinya tidak yakin jika Allah lah yang hakikatnya memberi kesembuhan, namun dia justru meyakini bahwa obat itulah hakikatnya yang dapat menyembuhkan dirinya, dan Allah tidak ikut apa-apa dalam penyembuhannya itu, maka terhadap orang yang demikian ini pasti dihukumi syirik. Adapun keyakinan syirik yang seperti ini, mungkin juga terjadi di kalangan orang-orang liberal atau penganut aliran Kejawen/Darmogandul.
Namun mayoritas umat Islam Indonesia, sudah pasti selalu meyakini, jika Sang Pemberi kesembuhan yang hakiki itu hanyalah Allah, adapun usaha berobat kemana saja tujuannya, itu hanyalah bentuk ikhtiyar belaka, lantas untuk langkah berikutnya diserahkan kepada Allah
.
Bahkan keyakinan terhadap Sang Pemberi kesembuhan bagi orang yang sakit itu adalah murni dari Allah semata, keyakinan ini juga umum berlaku di kalangan para dokter maupun para thabib alternatif muslim. Sekalipun gaya bahasa setiap mereka itu berbeda-beda dalm mengekspresikan, misalnya: Kami hanya berusaha, adapun untuk keberhasilannya ya tergantung `Yang Di Atas`, maksudnya (Allah). Atau mengatakan: Sekarang, kami berusaha mengobati, dan untuk berikutnya terserah Tuhan yang memberikan kesembuhan. Dst.