|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 9 users |
Total Hari Ini: 98 users |
Total Pengunjung: 6224205 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
AMALAN BID’AH ORANG WAHHABI |
Penulis: Pejuang Islam [ 15/9/2016 ] |
|
|
AMALAN BID`AH ORANG WAHHABI
Luthfi Bashori
Orang Wahhabi memang tampak aneh bin ajaib, mereka gemar sekali menuduh umat Islam melakukan amal perbuatan yang mereka tuduhkan sebagai Bid`ah dhalalah/sesat, seperti umat Islam yang pada bulan Sya`ban ini sedang giat-giatnya mengadakan pembacaan shalawat keliling, karena ayat perintah bershalawat itu turunnya adalah di bulan Sya`ban. Bahkan orang Wahhabi berani mengancam umat Islam yang mereka tuduh sebagai pelaku bid`ah sesat itu akan dimasukkan neraka. Tentunya yang dimaksiud Bid`ah oleh orang Wahhabi adalah Bid`ah yang sesuai dengan definisi mereka sendiri, bukan Bid`ah berdasarkan definisi para ulama salaf. Adapun definisi Bid`ah sesat yang diyakini oleh orang Wahhabi adalah: Segala amal perbuatan yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW maupun oleh para shahabat secara mutlak maka dinamakan Bid`ah, contohnya Nabi SAW dan para shahabat tidak pernah melakukan pembacaan shalawat keliling. Intinya orang Wahhabi selalu mengatakan, bahwa hukum semua amal perbuatan itu pada dasarnya adalah dilarang (haram) sehingga ditemukan dalil Alquran maupun Hadits shahih yang memperbolehkannya. Bahkan secara kaku, orang Wahhabi memandang jika ada amalan yang hanya didasari oleh dalil hadits (bukan ayat Alquran), maka hadits yang dapat diterima itu terbatas pada Hadits SHAHIH saja. Dengan demikian, hampir semua umat Islam di dunia ini tidak ada yang luput dari tuduhan sebagai pelaku bid`ah oleh kaum Wahhabi. Karena orang Wahhabi menganggap bahwa kebanyakan amal perbuatan umat Islam itu tidak didasari dalil secara tekstual (harfi) baik dari Alquran maupun Hadits shahih (tidak dicontohkan secara langsung oleh Nabi SAW) Orang Wahhabi sering kali menolak dalil kontekstual (ma`nawi) dari Alquran maupun Hadits, jika menghukumi suatu amalan yang dilakukan oleh umat Islam. Misalnya Allah perintah: Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian bershalawat dan bersalam kepada Nabi dengan sebenar-benar salam..! Kemudian umat Islam mengarang redaksi shalawat dengan berbagai macam bentuk kalimatnya dan metode pembacaan, sebut saja shalawat Burdah, shalawat Nariyah, shalawat Alfatih, dan sebagainya. Maka dengan mudahnya orang Wahhabi mengatakan bahwa macam-macam bentuk redaksi shalawat ini adalah Bid`ah, karena Nabi SAW tidak pernah mengajarkan secara langsung redaksi shalawat Burdah, shalawat Nariyah, shalawat Alfatih dan sebagainya, sekalipun shalawat-shalawat ini telah diamalkan oleh umat Islam di seluruh dunia. Namun runyamnya, di sisi lain orang Wahhabi sendiri ternyata banyak mengamalkan perbuatan Bid`ah yang tidak didasari dalil secara tekstual baik dari Alquran maupun Hadtsi shahih itu sendiri (tidak pernah dicontohkan secara langsung oleh Nabi SAW). Jadi, pada hakikatnya orang Wahhabi itu kerap melanggar keyakinan yang mereka buat sendiri, sehingga jika diteliti, banyak sekali amalan-amalan mereka yang tidak luput dari perbuatan Bid`ah sesuai dengan definisi mereka itu. Coba diteliti amalan-amalan yang menjadi keyakinan orang Wahhabi sebagai berikut: 1. Tatkala umat Islam mempertanyakan mengapa orang Wahhabi dewasa ini menggunakan mobil saat bepergian, padahal Nabi SAW dan para Shahabat tidak pernah naik mobil? Maka untuk nge-les (menghindar) dari pertanyaan semacam ini, orang Wahhabi tiba-tiba secara serampangan membagi Bid`ah itu menjadi dua, yaitu Bid`ah Diniyah, seperti Bid`ahnya naik mobil dan Bid`ah Duniawiyah seperti Bid`ahnya shalawat Burdah, shalawat Nariyah, shalawat Alfatih dan sebagainya. Padahal pembagian yang dilakukan oleh orang Wahhabi ini jelas-jelas tidak berdasar satupun dari dalil secara tekstual baik dari Alquran mapun Hadits Shahih. Artinya baik Alquran maupun Hadits tidak pernah membagi Bid`ah menjadi Diniyah dan Duniawiyah. 2. Nabi SAW perintah: Khudzuu`anni manaasikakum (Ambillah/contohlah dariku manasik (tata cara haji)-mu (HR. Muslim). Saat itu Nabi SAW pergi haji dari Madinah menuju Makkah adalah dengan naik onta. Jika saja kaum Wahhabi jujur dalam dakwah sesuai yang diyakininya, maka sudah seharusnya mereka juga jika pergi haji adalah dengan naik onta, karena mengikuti sunnah Nabi SAW ini, bukan naik pesawat maupun mobil. Tapi kenyataannya tidak demikian. 3. Orang Wahhabi menyakini bahwa Tauhid itu dibagi menjadi tiga, yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma wa shifat. Pembagian ini juga tidak bedasar dalil secara tekstual baik dari Alquran maupun Hadits shahih manapun. 4. Kaum Wahhabi selalu mensyaratkan bahwa amalan yang sah menurut syariat itu dalam pandangan mereka, harus didasari oleh Hadits shahih (selain Alquran). Padahal aturan penggunaan Haditsh Shahih ini bukan berasal dari tekstual ayat Alquran maupun Hadits Nabi SAW sendiri. Namun ketentuan itu hanyalah berdasarkan pemahaman orang Wahhabi sendiri. 5. Belum lagi pembagian derajat hadits menjadi Shahih, Hasan dan Dhaif, itu juga hakikatnya tidak berdasarkan tekstual Alquran maupun Hadits Nabi SAW, namun hanyalah hasil ijtihad para ulama ahli Hadits. Anehnya orang Wahhabi terpaksa menerima ijtihad para ulama ini sekalipun bukan berdasarkan dari tekstual dalil. 6. Jika datang bulan Ramadhan, orang Wahhabi Suadi Arabiah mengadakan Shalat Tahajjud berjamaah sebulan suntuk, dengan memilih waktu khusus di bulan Ramadhan (dari awwal hingga akhir bulan Ramadhan) seperti yang dilakukan di Masjidil Haram Makkah dan Masjid Nabawi Madinah dan diimami oleh tokoh-tokoh Wahhabi. Tradisi tata cara amalan berjamaah Tahajjud sebulan suntuk yang dikhususkan pada bulan Ramadhan ini jelas-jelas tidak pernah dicontohkan oleh Nabi SAW. 7. Bilal Shalat Tahajjudnya juga orang Wahhabi dan mengucapkan: Shalaatul Qiyaami atsaabakumullah, sebelum shalat tahajjud di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, bacaan ini termasuk bid`ah karena tidak pernah dilakukan oleh Nabi maupun para Shahabat. 8. Orang Wahhabi dewasa ini juga berdakwah menggunakan media radio, kaset, CD, TV Rodja, internet dan media cetak, ini termasuk amalan bid`ah yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi SAW maupun para Shahabat. 9. Orang Wahhabi Indonesia juga mendirikan perkumpulan yang sering diberi nama Salafi Indonesia. Ini juga tidak ada tuntunannya baik dari Alquran maupun Hadits shahih. 10. Orang Wahhabi juga mendirikan sekolah formal dengan sistem klasikal, ini termasuk bid`ah yang tanpa ada dasar tekstual dalil Alquran mupun Hadits. 11. Orang Waahabi tidak menolak penulisan Alquran menjadi buku dan diperbanyak lewat percatakan dan huruf tulisan modern, padahal amalan pencetakan Alquran ini tidak ada di jaman Nabi SAW maupun para shahabat. 12. Orang Wahhabi juga menerima upaya pengelompokan Hadits shahih dalam satu buku karangan seperti kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, padahal termasuk bid`ah yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi SAW maupun para Shahabat. 13. Penerjemahan Alquran ke dalam berbagai bahasa, seperti yang diterbitkan oleh Depag, adalah termasuk bid`ah menurut definisi orang Wahhabi sendiri, bahkan di Indonesia, terjemahan Depag ini sering dijadikan kitab rujukan bagi orang Wahhabi Indonesia sendiri. 14. Orang Wahhabi mengaku-ngaku sebagai penerus ulama Salaf, pengakuan ini juga tidak ada dasarnya secara tekstual baik dari Alquran maupun hadits shahih. 15. Masih banyak amal perbuatan orang Wahhabi yang tergolong Bid`ah, menurut definisi orang Wahhabi sendiri, karena amal perbuatan mereka itu tidak didasari oleh dalil secara tekstual baik dari Alquran maupun Hadits shahih. Padahal, dalam pemahaman kaum Wahhabi, bahwa semua Bid`ah itu adalah sesat, tanpa kecuali. Jadi amalan kaum Wahhabi sebagaimana tersebut di atas, tentunya juga harus dihukumi SESAT.
|
1. |
Pengirim: Henry - Kota: Bogor
Tanggal: 1/7/2013 |
|
Assalamualaikum,
kepada Ustadz H. Luthfi Bashori
Sungguh miris dan kasihan sekali anda yang mengaku Ustadz tapi ternyata sangat tidak paham yang namanya Bid'ah atau definisi dari Bid'ah.
Ana mau tanya dari contoh no 1 yg anda berikan, orang wahhabi mana/siapa yg membagi Bid'ah menjadi 2 yaitu Bid’ah Diniyah dan Duniawiyah ? tlng diperjelas.
Kemudian dari contoh-contoh yg anda berikan jelas,sekali anda sangat tidak paham apa itu Bid'ah...Ustadz Afwan ya yg namanya Bid"ah itu adalah dalam urusan agama,yaitu mengerjakan suatu amalan baru yang tidak ada tuntunanya/perintahnya dari Rasulullah.
Sekali lagi Ustadz..dalam urusan agama.
Ustadz artikel anda mengenai wahhabi dan Salafi banyak Fitnahnya,bagaimana kalau diadakan Mubahalah berhubung anda telah menyingung nama Ustadz Yazid dan Firanda maka mubahalahnya lebih bagus diadakan bersama beliau...mari kita luruskan permasalahan ini jangan menjadi syubhat yg berujung jadi fitnah.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mohon maaf, kami kurang senang jika akhi pura-pura tidak tahu (atau nge-les/menghindar) jika kaum Wahhabi di kitab-kitab atau situs-situs mereka telah membagi Bid'ah menjadi dua sebagai contoh:
1. Bid’ah diniyah yaitu berdoa kepada selain Allah, seperti kepada para nabi atau orang shalih, meminta pertolongan kepada mereka, menjadikan kuburan mereka sebagai masjid, menyalakan lampu di atas kuburan mereka, dan melakukan thawaf di kuburan mereka.
2. Bid’ah duniawiyah, yang berkaitan dengan kemashlahatan dunia, hukumnya boleh, selama itu bermanfaat, tidak menimbulkan kerusakan atau memancing niat jahat, tidak melanggar hal – hal yang diharamkan dan tidak merusak nilai agama. Allah membolehkan hamba – hambanya melakukan kreativitas demi kemashlahatan hidup di dunia.
Kalaupun akhi nge-les dari kenyataan ini, atau memang akhi tidak mengerti keyakinan kaum Wahhabi ini, maka akhi adalah pengunjung yang 'GAPTEK' dalam urusan diskusi yang kami angkat, jadi akhi mending nggak usah gabung sajalah. |
|
|
|
|
|
|
|
2. |
Pengirim: Henry - Kota: Bogor
Tanggal: 2/7/2013 |
|
pura2 tidak tahu/ngel-les/menghindar ? Justru antum yg di tanya malah kok tidak dijawab dulu sih...?? Kitab yg mana ? Situs yg mana ? Yg anda maksud.
Anda jelas sudah bilang TV/radio Rodja sesat...sungguh perkataan yg aneh tidak pernah tuh ada kajian di TV/Radio Rodja yg membahas bahwa Bid'ah terbagi 2 seperti yg antum bilang,tidak ada juga tuh buku2 dari Ustadz Rodja yg menyatakan demikian...kalau memang ada silahkan sebutkan Ustadz dari Rodja mana yg mengatakan demikian....
Allhamdulillah,saya cukup paham dengan Akidah Salaf...nggak usah khawatirkan saya justru khawatirkan diri anda sendiri dengan pengertian anda yg jahil sekali....ck ck ck luar biasa pembodohan umat yg anda bikin...kasjhan banget deh kalau kyai aja kayak begini.
Gimana jadi mubahalah nya,jgn koar2 kesana kemari gak jelas ? Silahkan tulis undangan resmi untuk diskusi dengan Ustadz2 Rodja InsyaAllah ana sampaikan ke Ustadz yg bersangkutan.
Atau bagaimana baiknya menurut antum silahkan...gak usah diperpanjang fitnahnya.... |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Karena Kaum Wahhabi hobinya membid'ah-bid'ahkan amalan warga Aswaja, sebut saja Tahlilan untuk mayit, dan kaum Wahhabi menisbatkan amalan Aswaja itu sebagai Bid'ah Dhalalah, hanya karena berasumsi bahwa Nabi SAW tidak pernah melakukan Tahlilan. Padahal Tahlilan itu hanyalah metode pengamalan Hadits: Iqra-uu yaasiin 'alaa mautaakum/
bacakanlah surat yasin untuk mayit kalian (HR. Abu Dawud).
Maka, jika kaum Wahhabi seperti anda tidak mau menerima argumentasi kami bahwa Tahlilan untuk mayit itu BUKAN BID'AH DHALALAH/SESAT, karena Tahlilan itu tiada lain hanyalah implementasi dari pengamalan Hadits Nabi SAW, maka kami akan tetap menuduh DAKWAH DENGAN METODE TV RODJA ITU ADALAH BID'AHNYA KAUM WAHHABI.
Karena Dakwah itu adalah urusan agama, maka urusan agama yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi SAW adalah ditolak, alias SESAT. |
|
|
|
|
|
|
|
3. |
Pengirim: udin - Kota: Solo
Tanggal: 2/7/2013 |
|
Buat Mas Hery yang kurang membaca Situs2 Wahabi tentang membagi Bid'ah menjadi 2 ( Diin dan dunia ) menurut wahabi, Ini perkataan dari
Webnya Rumaysho : Ibnu Rajab dari madzhab Hambali juga mengatakan,
فكلُّ من أحدث شيئاً ، ونسبه إلى الدِّين ، ولم يكن له أصلٌ من الدِّين يرجع إليه ، فهو ضلالةٌ ، والدِّينُ بريءٌ منه ، وسواءٌ في ذلك مسائلُ الاعتقادات ، أو الأعمال ، أو الأقوال الظاهرة والباطنة .
“Setiap yang dibuat-buat lalu disandarkan pada agama dan tidak memiliki dasar dalam Islam, itu termasuk kesesatan. Islam berlepas diri dari ajaran seperti itu termasuk dalam hal i’tiqod (keyakinan), amalan, perkataan yang lahir dan batin” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 128).
Dan kami pun tidak asal menuduh sesatnya bid’ah kecuali jika memenuhi tiga syarat,
1- Amalan tersebut baru, diada-adakan atau dibuat-buat.
2- Amalan tersebut disandarkan sebagai bagian dari ajaran agama.
3- Amalan tersebut tidak memiliki landasan dalil baik dari dalil yang sifatnya khusus atau umum. (Qowa’id Ma’rifatil Bida’, Muhammad bin Husain Al Jizaniy, hal. 18)
Sehingga keliru jika ada yang menganggap bahwa naik pesawat, pakai laptop, pakai HP itu bid’ah dengan alasan di masa Nabi tidak ada komunikasi semacam itu dan kendaraannya hanya unta. Karena sekali lagi sebagaimana syarat yang disebutkan di atas, bid’ah itu dalam urusan agama, bukan urusan dunia. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Jadi sudah jelas, pembagian bid'ah itu bukan dari Nabi SAW, tapi dari para ulama. Karena itu ulama Aswaja juga membagi Bid'ah menjadi dua:
1. Bid'ah Dhalalah (sesat), seperti kaum liberal mengadakan DOA BERSAMA LINTAS AGAMA, karena jelas-jelas bertentangan dengan Syariat.
2, Bid'ah Hasanah (baik), seperti Tahlilan untuk mayit, apalagi Tahlilan untuk mayit ini benar-benar berdasarkan Hadits Nabi SAW: Iqra-uu yaasiin 'alaa mautaakum/
Bacakanlah surat Yasin untuk mayit kalian (HR. Abu Dawud).
Bid'ah Hasanah yang kami amalkan adalah implementasi dari Hadits Nabi SAW:
مَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَم سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
"Siapa yang memulai memberi contoh kebaikan dalam Islam maka ia mendapat pahala perbuatannya dan pahala orang-orang yang mengikuti (meniru) perbuatannya itu ..".
"Sanna" di sini artinya : membuat atau mengadakan amalan baru.
|
|
|
|
|
|
|
|
4. |
Pengirim: D - Kota: Surabaya
Tanggal: 2/7/2013 |
|
Assalamualaikum, Ustadz Lutfi.
Allahumma Sholli alaa Sayidina Muhammad.
Memang fenomena yg terjadi masyarakat akhir akhir ini sangat rentan mempengaruhi kerukunan antar umat Islam, amalan2 asawaja sbg penerus amalam para walisongo semakakin dikaburkan oleh kelompok2 dan ajaran2 baru ( Transnasional ) yg masuk ke bumi Nusantara, sbg contoh: Tahliln Yasinan dll. Bahkan tidak mungkin mereka Wahhabi/Salafi/HTI dll akan mengubah tatanan negara kita yg berdasarkan Pancasila, NKRI Bhineka Tunggal Ika ini, sangat mengerikan, MENGAKU AKU paling HAQ, paling Nyunnah dan paling Tauhid tapi menentang pemikirinan dan pembukuan para Imam Madzab yg empat, mengkritik dan melenceng kesepakatan para Ulama Salaf, justru hakekatnyalah mereka ini yang akan merusak tatanan Islam itu sendiri.
Semoga Allah melindungi umat Islam Aswaja didunia khususnya Indonesia dari ajaran dan fitnah kaum ini..
Wallahu a'lam bissowab |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mohon doa, agar kami dapat istiqamah menghadapi mereka, dengan 'pinjam' metode yang mereka lakukan terhadap umat Islam. Wamakaruu wa makarallah, wallaahu khairul maakiriin (mereka membuat makar/metode, maka Allah juga memiliki strategi/metode, sesungguhnya strategi Allah adalah yang paling jitu/tepat) |
|
|
|
|
|
|
|
5. |
Pengirim: amir - Kota: cibinong
Tanggal: 3/7/2013 |
|
Assalamu alaikum.
Pemahaman yang rancu dari sang Ustadz semacam ini muncul dari ketidaktahuan beliau akan uslub (gaya bahasa) Al Qur’an, Hadits, atau ucapan para ulama yang senantiasa membedakan pengertian suatu kata dari segi etimologis (bahasa) dan terminologis (istilah/syar’i). Kerancuan tadi juga disebabkan oleh ketidak fahaman antum akan konteks suatu nash (ayat/hadits), atau karena pemahaman parsial — yang memegangi satu nash dan mengabaikan nash-nash lainnya–, atau akibat mencomot nash tersebut dari konteks selengkapnya.
Sebagai contoh, kata ‘ash-shalah’ (الصَّلاَة) merupakan mashdar (bentukan/noun) dari kata صَلَّى- يُصَلِّي, yang dalam bahasa Arab memiliki tak kurang dari lima makna. Al Fairuzabadi[3]) mengatakan:
وَالصَّلاَةُ: الدُّعَاءُ, وَالرَّحْمَةُ, وَالاِسْتِغْفَارُ, وَحُسْنُ الثَّنَاءِ مِنَ اللهِ عَلىَ رَسُولِهِ, وَعِبَادَةٌ فِيْهَا رُكُوعٌ وَسُجُودٌ.
‘ash shalaah’ artinya: (1)doa, (2)rahmat, (3)istighfar, (4) pujian yang baik dari Allah terhadap Rasul-Nya, dan (5)ibadah yang mengandung ruku’ dan sujud [4]).
Ketika menemukan definisi (الصلاة) semacam ini, seseorang harus menentukan terlebih dahulu mana yang merupakan definisi lughawi dan mana yang syar’i. Lalu ketika hendak mengartikan suatu hadits atau ayat tertentu, antum harus memperhatikan konteks ayat/hadits di mana istilah ini berada, kemudian menentukan apakah shalat di sini yang dimaksud ialah shalat secara lughawi ataukah syar’i. Kalau secara bahasa ia memiliki lebih dari satu makna, maka ia harus meneliti makna apa yang diinginkan dalam konteks ini.
Bagaimana jika ia hanya memahami satu makna saja dari kata shalat tadi, lantas menerapkannya dalam seluruh konteks kalimat….? Jelas, cara seperti ini pasti mengacaukan pemahaman yang sebenarnya. Cobalah Antum simak jika shalat dalam ayat berikut diartikan secara lughawi sebagai doa umpamanya:
“Dirikanlah doa dari sejak matahari tergelincir hingga malam gelap…” (Al Isra’: 78). Tentu aneh kedengarannya, karena (الصلاة) disini maksudnya ialah shalat secara syar’i yang pakai ruku’ dan sujud, bukannya sekedar doa. Demikian pula kalau ia hanya mengartikannya dengan pengertian syar’i tanpa mengindahkan makna lughawinya. Maka ketika mendapati ayat berikut pemahamannya akan kacau:
“Ambillah sebagian harta mereka sebagai zakat yang membersihkan dan menyucikan mereka; dan ‘shalatlah(?)’ kepada mereka, karena shalatmu menimbulkan ketenangan bagi mereka…(?)” (QS. 9:103). Dengan pola pikir semacam ini, tak menutup kemungkinan kalau suatu saat akan ada yang mengatakan bahwa menyolatkan orang yang masih hidup hukumnya sunnah!! Padahal yang dimaksud dengan (وَصَلِّ عَلَيْهِمْ) di sini artinya: “doakanlah mereka”, karena doa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menimbulkan ketenangan bagi mereka.
Bagaimana pula jika hendak mengartikan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ فَلْيُجِبْ فَإِنْ كَانَ صَائِمًا فَلْيُصَلِّ وَإِنْ كَانَ مُفْطِرًا فَلْيَطْعَمْ (رواه مسلم 1431).
Apakah akan diartikan: “Kalau salah seorang dari kalian diundang makan hendaklah ia memenuhinya. Jika ia sedang berpuasa maka shalatlah (?), namun jika sedang tidak berpuasa silakan menyantap makanannya” (H.R. Muslim no 1431). Padahal maksudnya agar ia mendoakan orang yang mengundangnya kalau ia sedang berpuasa.
Sama persis dengan masalah bid’ah yang sedang kita bahas. Berangkat dari salah pengertian tentang makna bid’ah yang dianggap sesat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagian orang langsung membid’ahkan setiap hal baru yang terjadi pada diri kita, tanpa memilah-milah antara bid’ah dalam agama (syar'i) seperti TAHLIL-AN Kematian dengan bid’ah secara bahasa (lughawi) yg meluputi segala sesuatu yg terkait dengan urusan keduniaan seperti motor, TV, Radio. Karenanya, kita harus mendudukkan pengertian bid’ah yang sebenarnya. Jadi Radio, TV Rodja , internet dan lain-lain bukan termasuk kepada BID'AH dalam pengertian Syar'i. Sehingga ini tidak termasuk dalam ancaman sesat dan neraka.
Semoga Allah SWT memberikan pemahaman kepada antum. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Panjang sekali komentar anda, namun sama sekali tidak mengena terhadap Substansi yang kami bahas dalam judul di atas.
Alhamdulillah kami sangat paham sepaham pahamnya dengan maksud anda yang selalu nge-les ke sana kemari, tapi kami memang sengaja kok menuduh amalan Kaum Wahhabi yang kami sebut di atas sebagai amalan Bid'ah, karena kami sengaja juga mengikuti kaedah Wahhabi sendiri (bukan kaedah Aswaja) yang meyakini: Bahwa setiap amalan ibadah itu harus mengikuti contoh langsung dari Nabi SAW. Kalau tidak ada contoh lansung dari Nabi SAW namanya Bid'ah. Karena yang diamalkan orang Wahhabi ini berupa ibadah, maka tentunya menjadi Bid'ah Dhalalah/sesat sesuai dengan definisi Bid'ah menurut kaum Wahhabi sendiri, apalagi kaum Wahhabi mengingkari adanya Bid'ah Hasanah dalam urusan ibadah/agama.
Lebih-lebih uraian panjang anda ini bukan berdasar tekstual Hadits Shahih atau ayat Alquran, maka isi tulisan anda ini juga termasuk Bid'ah. Jangan marah kalau kami sengaja meminjam istilah anda untuk 'memukul' anda juga. Gitu loooh...!
Lah, kalau anda ingin membela tokoh-tokoh Wahhabi Saudi itu, yaa gampang saja caranya: Tulis dengan jelas tekstual dalil dari Hadits shahih yang dicontohkan langsung oleh Nabi SAW untuk amalan-amalan yang kami tuduh sebagai Bid'ahnya Kaum Wahhabi itu.
Ayaoo kalau anda bisa....! |
|
|
|
|
|
|
|
6. |
Pengirim: Abu Raihan - Kota: Palangkaraya
Tanggal: 5/7/2013 |
|
Bismillah,
Dalam perkembangan saya menuntut ilmu, termasuk mengikuti Rodja TV, sungguh BID'AH yang dimaksud Rosululloh SAW adalah dalam urusan agama (bukankah dalam suatu kesempatan sahabat bertanya kepada Rosululloh SAW tentang urusan dunia, menjawab "engkau lebih mengetahui dalam urusan dunia-kalau tdk salah demikian). Adapun TV Radio Majalah hanyalah wasilah, sedangkan isi dakwah maka HARUSLAH BENAR, sebagaimana yang Alloh dan RosulNya perintahkan. Seperti SHOLAT, itu merupakan perintah Alloh, WAJIB HUKUMNYA kita melaksanakan, tetapi TATACARA SHOLAT HARUS mengikuti TATACARA NABI SHOLAT (bacaan, gerakan, waktu maka telah dicontohkan Nabi, tidak bisa kita membuat SHOLAT 5 rakaat di waktu jam 12 siang-misalnya, padahal semua bacaan sholat 5 rakaat tadi semua baik, contoh lain TAHLIL itu perintah, tetapi TATACARANYA haruslah mengikuti TATACARA NABI, maka tidaklah tepat apbl kita menentukan tatacara Tahlil sendiri - waktu, bacaan, tatacaranya mengarang sendiri, apbl demikian halnya berarti kita membuat syariat sendiri krn membuat tatacara baru.
Mengenai istilah yang Kyai berikan yaitu WAHABI, rasanya kurang tepat, karena jelas seperti saya tdk pernah mengikatkan diri dalam wadah WAHABI, tetapi ada imej bahwa saya WAHABI, karena memiliki cara pandang berbeda dg Kyai.
Kepada "D Kota Surabaya", anda menyatakan diantaranya "....amalan2 asawaja sbg penerus amala para walisongo semakin dikaburkan oleh kelompok2 dan ajaran2 baru (Transnasional) yg masuk ke bumi Nusantara.." Mohon D Kota Surabaya MEMAHAMI, bahwa ISLAM ini MEMANG AJARAN TRANS NASIONAL, dari ARAB sono, bukan dari Jawi, apbl anda mengaku ISLAM janganlah mengacu kepada ajaran WALISONGO. Apbl Walisongo dakwahnya sesuai Al Quran dan Sunnah, mk WAJIB hukumnya kita menerima, tetapi apbl ada yg menyimpang yooo mboten usah dipun terima, karena ISLAM ini bukan AJARAN WALISONGO ttp memang ajaran dari ALLOH lewat utusanNYA nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu marilah kita semua kembali kepada perintah Rosulluh SAW, apabila ada perbedaan kembalikanlah kepada Alloh dan RosulNya.
Kepada Mas Hendri Kota Bogor, mubahalah itu apakah ditujukan kpd sesama Muslim? Bukankah Kyai Lutfi adalah saudara kita, sama dengan kita seorang Muslim?
Wallohu a'lam. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Apa benar keyakinan anda seperti itu? Yaitu: Semua amalan ibadah, termasuk tata cara dan waktunya itu harus persis dengan yang dicontohkan Nabi SAW, jika sedikit saja meleset dan tidak persis dengan contoh dari Nabi SAW, maka termasuk Bid'ah dan tempatnya adalah di neraka?
Baiklah kami batasi pembahasan tema Shalat Tarawih dalam bulan Ramadhan minggu depan ini. Rencananya, berapa hari anda akan shalat Tarawih berjamaah? Apakah anda akan ikut contoh yang persis dari Nabi SAW yaitu shalat Tarawih berjamaahnya hanya 3 hari saja?
Terus, kalau nanti akhi melihat orang-orang di masjid, kok mereka melakukan shalat Tarawih berjamaah sebulan suntuk, jadi waktunya kok lebih banyak dari yang dicontohkan oleh Nabi SAW, apa berani akhi membubarkan mereka dan akhi vonis di depan mereka: Hai jamaah Masjid, haram bagi kalian shalat berjamaah Tarawih lebih dari 3 hari, karena kalian telah menyalahi dan menyelisihi ketentuan waktu yang dicontohkan langsung oleh Nabi SAW.
Tolong juga di seluruh masjid-masjid di dunia, temasuk di Masjidil Haram Makkah dan Masjid Nabawi Madinah, akhi larang mereka, jangan ada sataupun yang melaksanakan Berjamaah Shalat Tarawih hingga Sebulan Suntuk di bulan Ramadhan. Karena jika mereka dibiarkan seperti itu, maka semuanya akan terjerumus ke dalam perbuatan Bid'ah Dhalalah. (termasuk tokoh-tokoh Wahhabi).
Mohon jawabannya jangan ditakwili macam-macam yaaa, misalnya: Nabi SAW itu tidak berjamaah shalat Tarawih sebulan suntuk, karena Nabi SAW khawatir kalau nantinya shalat Tarawih itu akan diwajibkan bagi umat Islam, andaikata Nabi SAW tidak khawatir diwajibkan, pasti Beliau SAW akan melaksanakan berjamaah sebulan suntuk sampai akhir Ramadhan.
Kami hanya minta anda Konsisten dan Jujur, bahwa anda tidak akan merubah sedikitpun tata cara dan waktu ibadah wajib dan sunnah yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW, termasuk tata cara dan waktu berjamaah shalat Tarawih.
Bahkan, termasuk tata cara Nabi SAW berangkat Haji dari Madinah menuju Makkah maka Nabi SAW mengajarkan dan mencontohkan dengan naik onta.
Mudah-mudah anda akan segera berangkat haji persis dengan tata cara Nabi SAW yaitu NAIK ONTA.
Sekali lagi kami tidak ingin mendengar anda dihukumi oleh para pengunjung sebagai orang yang TIDAK KONSISTEN, dalan semangat pengamalan sunnah Nabi SAW yang murni dan tidak kecampuran takwilan apapun, termasuk takwilan dari para shahabat, tabi'in dan pendapat para ulama, karena mereka ini kan bukan nabi.
Tahukah anda, mengapa kaum Syiah tidak mau shalat Tarawih berjamaah sebulan suntuk? Karena mereka sangat membenci kepada sy. Umar bin Khatthab, dan memang sy. Umar-lah yang memulai shalat Tarawih berjamaah sebulan suntuk? Karena itu kaum Syiah menuduh Sy. Umar adalah ahli Bid'ah yang diancam masuk neraka, karena suka menambah-nambahi waktu berjamaah shalat Tarawih lebih dari apa yang telah diconctohkan langsung oleh Nabi SAW.
Apakah anda ingin menyepakati pendapat sesat kaum Syiah ini?
Kami tunggu jawaban anda yang to the point saja. Kalau anda menjawabnya kesana kemari keluar dari substansi, maka anda pasti sama dengan sdr. Amir. |
|
|
|
|
|
|
|
7. |
Pengirim: syahril ramadhan - Kota: jakarta selatan
Tanggal: 6/7/2013 |
|
Assalammu'alaikum wr wb
Teriring Salam semoga Alloh swt senantiasaa memberikan kekuatan dan kesabaran kpd pak kyai dalam meluruskan pemahaman2 yg bengkok, amiinn.
@mas abu raihan, monggo di komentari jawaban dari pak kyai! Insya Alloh bagi orang yg mau membuka pemahamannya, tidak cupet,sempit, terdoktrinnasi, maka akan menemukan KERANCUAN dari pemahaman bidahnya kaum wahabi, monggo jikalau antum benar2 merasa paling nyunnah, solat TARAWIH berjamaahnya 3 hari, aja, terus berani gak STOP sholat tarawih yg sebulan suntuk seperti di Masjidil Harom :) ayoo buktikan Hujjah Anda!!! |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami tunggu respon Mas Raihan yang to the point pada pertanyaan kami, bukan pembahasan yang lain. |
|
|
|
|
|
|
|
8. |
Pengirim: Abu Raihan - Kota: Palangkaraya
Tanggal: 6/7/2013 |
|
Bismillahirrohmanirrohiim,
Benar Kyai, Sholat tarawih, insyaAlloh saya akan sholat satu bulan, mungkin Kyai bertanya, mengapa tidak 3 hari saja seperti yang Rosululloh SAW lakukan. Sungguh saya yakin Kyai lebih faham dari saya, yaitu :
a. bahwa Rosululloh pernah menyampaikan tentang tdk keluarnya beliau saat sholat tarawih seperti malam sebelumnya, yang maknanya sungguh apabila saya tidak khawatir akan diwajibkan atas umatku maka aku akan keluar (untuk sholat bersama sahabat). Stlh Rasululloh SAW wafat dan wahyu terputus maka tdk mungkin sholat tersebut hukumnya akan berubah menjadi wajib.
b. alasan kedua, saya mengikuti ijma' para sahabat, yg mana Khalifah Umar Ibn Khattab menegakkannya dan sahabat lain mengikutinya. Wallohu a'lam. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Alhamdulillah, berarti akhi sudah memahami, jika amalan ibadah Sunnah itu tidak harus persis dg apa yang dicontohkan oleh Nabi SAW, seperti pilihan akhi akan berjamaah shalat Tarawih sebulan suntuk yang tidak pernah dicontohkan langsung oleh Nabi SAW. Karena itu tatkala Nabi SAW perintah secara mutlak: Iqra-uu yaasiin 'alaa mautaakum (bacakanlah surat Yasin untuk mayit kalian), dan Nabi SAW tidak membatasi kapan waktunya dan bagaimana tata caranya, seperti juga Shalat Tarawih yg asli namanya adalah Shalat Malam di Bulan Ramadhan, kemudian belakangan berubah nama menjadi Tarawih (bukan penamaan dari Nabi SAW), maka umat Islam pun mengamalkan perintah BACA SURAT YASIN untuk mayit (Yasinan yang akhirnya berubah nama menjadi Tahlilan), kapan saja waktunya sesuai yang diinginkan oleh umat Islam. Mau saat Sakaratul maut boleh, mau saat mayit dikubur juga boleh, mau hari ke 1,2,3, 7, 15, 20, 40, 70, 100, ya boleh-boleh saja. Gak ada larangan apapun dari Nabi SAW. Mau dibaca sendirian boleh, dibaca berjamaah bersama keluarga juga boleh, ngajak tetangga kanan kiri juga boleh. Bahkan tidak tahlilanpun juga tidak berdosa.
Jadi, hukum Yasinan itu sama saja dengan hukum bolehnya berjamaah shalat Tarawih dg pilihan waktu dan jumlah rakaat yang terserah umat Islam. Mau 3 hari saja persis mengikuti contoh dari Nabi SAW juga boleh, mau ambil 15 hari juga boleh, bahkan mau sebulan suntuk juga boleh-boleh saja. Mau shalat 11 Rakaat ikut persis dengan Nabi SAW seperti dalam riwayat St. Aisyah itu boleh, atau mau 39 rakaat ikut kreasi penduduk Madinah di jaman hidup Imam Syafi'i juga boleh, mau pilih yang 23 rakaat ikut amaliah berjamaah shalat Tarawihnya penduduk Makkah di jaman Imam Syafi'i juga boleh, yang mana amaliah warga Makkah inilah yang dilestarikan hingga saat ini, baik di Makkah, Madinah dan di kalangan warga NU.
Atau mau ikut tata cara Imam Ahmad bin Hanbal yang tidak menentukan jumlah rakaat shalat Tarawihnya juga dipersilahkan. Atau bahkan tidak Tarawih pun juga tidak berdosa.
Pilihan-pilihan seperti ini no problem kok... Gitu loh substansi masalahnya.
Karena itu, acara Yasinan untuk mayit jangan dilarang-larang segala, karena Nabi SAW juga tidak pernah melarangnya. Bahkan Beliau SAW telah memerintahkan: Iqra-uu yaasiin 'alaa mautaakum.
Kecuali kalau ada yg mau jadi 'nabi tandingan' maka bolehlah melarang-larang Yasinan (Tahlilan) untuk mayit. Syukran pengertiannya. |
|
|
|
|
|
|
|
9. |
Pengirim: rahman - Kota: bandung
Tanggal: 7/7/2013 |
|
kasian Abu Raihan. akhirnya ketahuan bahwa metode WAHABI dalam mendefinisikan Bid'ah salah total |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mudah-mudahan dapat kembali ke jalan yang benar, jalan yang telah dirintis oleh para Walisongo dalam rangkah melestarikan Dakwah Rasulullah SAWA, para shahabat dan para ulama salaf Ahlus sunnah wal jamaah. |
|
|
|
|
|
|
|
10. |
Pengirim: Yunus - Kota: Ujung Pandang.
Tanggal: 7/7/2013 |
|
@ Mas Raihan. Anda harus menerima dengan lapang dada secara baik, atas kebenaran respon balik Pak Kyia Luthfi yang sangat argumentatif dan bukan untuk bermain-main dalam beragama. Sekalipun saya bukan ahli agama yang mendalam, namun saya sudah dapat menyaring mana keterangan yang benar2 mencari kebenaran seperti keterangan2 Kyai Luthfi, atau komentar-komentar yang mencari sensasi dan tendensius untuk menjatuhkan tuduhan yang tidak berdasar selain rasa sentimen saja terhadap umat Islam mayoritas. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Terima kasih support dari Akhi Yunus, semoga Kaum Wahhabi Indonesia akan bertobat dan mau belajar agama dengan baik dan benar mengikut para ulama Aswaja (NU GARIS LURUS). Amiin. |
|
|
|
|
|
|
|
11. |
Pengirim: Kyai - Kota: probolinggo
Tanggal: 7/7/2013 |
|
WAHABI Abu Raihan: Bismillahirrohmanirrohiim,
Benar Kyai, Sholat tarawih, insyaAlloh saya akan sholat satu bulan, mungkin Kyai bertanya, mengapa tidak 3 hari saja seperti yang Rosululloh SAW lakukan. Sungguh saya yakin Kyai lebih faham dari saya, yaitu :
a. bahwa Rosululloh pernah menyampaikan tentang tdk keluarnya beliau saat sholat tarawih seperti malam sebelumnya, yang maknanya sungguh apabila saya tidak khawatir akan diwajibkan atas umatku maka aku akan keluar (untuk sholat bersama sahabat). Stlh Rasululloh SAW wafat dan wahyu terputus maka tdk mungkin sholat tersebut hukumnya akan berubah menjadi wajib.
b. alasan kedua, saya mengikuti ijma' para sahabat, yg mana Khalifah Umar Ibn Khattab menegakkannya dan sahabat lain mengikutinya. Wallohu a'lam.
SUNNI: Perlu anda fahami bahwa terlalu banyak dalil selain sholat tarawih tsb yang mendukung argumentasi eksistensi bid’ah hasanah.
“Abdurrahman bin Abd al-Qari berkata: “Suatu malam di bulan Ramadhan aku
pergi ke masjid bersama Umar bin al-Khaththab. Ternyata orang-orang di masjid
berpencar-pencar dalam sekian kelompok. Ada yang shalat sendirian. Ada juga
yang shalat menjadi imam beberapa orang. Lalu Umar radhiyallahu anhu
berkata: “Aku berpendapat, andaikan mereka aku kumpulkan dalam satu imam,
tentu akan lebih baik”. Lalu beliau mengumpulkan mereka pada Ubay bin Ka’ab.
Malam berikutnya, aku ke masjid lagi bersama Umar bin al-Khaththab, dan
mereka melaksanakan shalat bermakmum pada seorang imam. Menyaksikan hal
itu, Umar berkata: “Sebaik-baik bid’ah adalah ini. Tetapi menunaikan shalat di
akhir malam, lebih baik daripada di awal malam”. Pada waktu itu, orang-orang
menunaikan tarawih di awal malam.” (HR. al-Bukhari [2010]).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah menganjurkan shalat tarawih
secara berjamaah. Beliau hanya melakukannya beberapa malam, kemudian
meninggalkannya. Beliau tidak pernah pula melakukannya secara rutin setiap
malam. Tidak pula mengumpulkan mereka untuk melakukannya. Demikian pula
pada masa Khalifah Abu Bakar radhiyallahu anhu. Kemudian Umar radhiyallahu
anhu mengumpulkan mereka untuk melakukan shalat tarawih pada seorang
imam dan menganjurkan mereka untuk melakukannya. Apa yang beliau lakukan
ini tergolong bid’ah. Tetapi bid’ah hasanah, karena itu beliau mengatakan:
“Sebaik-baik bid’ah adalah ini”.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami posting untuk Mas Abu Raihan. Mudah2an bermanfaat untuk pengunjung. Hitung-hitung nambah ilmu. |
|
|
|
|
|
|
|
12. |
Pengirim: agus - Kota: magetan
Tanggal: 8/7/2013 |
|
agama islam digawe angel...rasakno fitnahe..... |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Benar, Tahlilan dituduh bid'ah oleh Wahhabi, karena dianggap tidak pernah dicontohkan langsung oleh Nabi SAW dan waktunya juga bukan pilihan Nabi SAW. Eeeh...giliran Berjamaah Shalat Tarawih dan Berjamaah Shalat Tahajjud dikhususkan Ramadhan sebulan suntuk, kok malah Wahhabi membuat aturan sendiri tanpa ada contoh langsung dari Nabi SAW. Dasar Wahhabinya ruwet, agama Islam kok digawe angel, rasakno fitnahe.... |
|
|
|
|
|
|
|
13. |
Pengirim: amir - Kota: cibonong
Tanggal: 9/7/2013 |
|
Insya Allah sejauh ini saya semakin yakin bahwa pemahaman Islam dengan pemahaman salaf (bersih dari khurafat, Bid'ah dan syirik) yg merupakan jalan yang lurus.
selanjutnya jalan yang antum semua pilih semakin jelas terlihat menyimpangnya dari manhaj yang lurus.
Karena kaidah yang kalian bangun hanya berdasar Ro'yu, hawa nafsu dan semangat beribadah tanpa ilmu. Islam adalah agama yang sempurna, sehingga tidak membutuhkan penambahan dan pengurangan. Cukuplah kita berittiba pada Rasulullah SAW dengan pemahaman para sahabat, bukan pemahaman KYAI.
Semoga Diskusi ini setidaknya membuka mata hati kalian untuk mencari jalan yang benar. Ingat bahwa Kyai adalah manusia biasa yang pasti juga berdosa (tidak ma'shum), pendapatnya boleh diterima atau ditolak tergantung apakah pendapatnya memiliki hujjah yang kuat atau hanya hawa nafsunya belaka.
Tradisi keilmuan harus dibangun di institusi kalian, agar Allah SWT memberikan keberkahan.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Pendapat para ulama Salaf itu tidak ada yang menyeleweng, bahkan kami NU GARIS LURUS selalu berusaha melestarikan ajaran para ulama Salaf dari generasi pertama, kedua, ketiga, dan para ulama penerus mereka, TAPI TIDAK DENGAN AJARAN MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB.
Jadi kami menilai Muhammad bin Abdul Wahhab inilah sumber penyelewengan yang sesungguhnya. |
|
|
|
|
|
|
|
14. |
Pengirim: ahmad sabawai - Kota: jambi
Tanggal: 9/7/2013 |
|
kyai saya juga bingung dengan wahabi kadang geli muter2 pembahasannya nyalahin orang nggak taunya dia sendiri terperosok kedalam bid'ah ibarat orang tua dulu bilang orang ada panu eeeee...ternyata dia sendiri panunya nggak keobatin |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Namanya juga pemahaman sesat, pasti kontradiksi dan membingungkan. |
|
|
|
|
|
|
|
15. |
Pengirim: rahman - Kota: bandung
Tanggal: 9/7/2013 |
|
aneh si Amir ini! setelah ketahuan boroknya WAHABI karena pemahaman mereka yang sesat, eh malah menuduh orang sesat dan menyuruh orang lain untuk bertobat. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Seperti itu sih sudah biasa dilakukan oleh kalangan Wahhabi, kalau menurut kami ya tidak aneh, karena memang sudah menjadi ciri khas mereka. Bahkan kalau ada Wahhabi yang tidak pintar nge-les, justru sangat aneh di telinga kami. Begitu loh Mas... ! |
|
|
|
|
|
|
|
16. |
Pengirim: muhammad fadil - Kota: malang
Tanggal: 10/7/2013 |
|
Betul sekali mi, apalagi alasan mereka untuk mengatakan kalau dia yg paling benar.! Bohong belaka!
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Begitulah sifat kaum Wahhabi. |
|
|
|
|
|
|
|
17. |
Pengirim: AHMAD.S - Kota: JAMBI
Tanggal: 11/7/2013 |
|
asslamualaikum ,pak kyai smoga blog ini terus berjaya amiin karna orang anti tahlilan ini kalau sudah ceramah di TV dia ngaura sampai kemana-mana sampai sampai jelek -jelekin habaib ,segala macam ini itu bid,ah jangan-jangan yang koment diatas nama "AMIR " amir abdat pak kyayi maju terus kami dukung |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Tumbangkanlah Wahhabi sampai ke akar-akarnya wahai warga Aswaja. |
|
|
|
|
|
|
|
18. |
Pengirim: Ahmad .S - Kota: jambi
Tanggal: 12/7/2013 |
|
Assalamualaikum pak kiyai,saya sangat berterima kasih banyak pada blog pak kyai dulu aku sempat goyang gara2 sdikit2 diBID'AH2ahin sama kaum islam imporan dari arab ( wahabiyyyun) setelah diteliti di blog pak kyai alhamdulillah aku terang kembali rupanya mereka yang banyak bid,ah ,cntoh ceramah pake leptop,tablet,pake mic,pake embel-embel ( LC )dalam bahasa Bid'ahnya Lesention kali belakangnya padahal nabi nggak pake ,pak kyai saya juga ingin tanya juga gimana dengan jemaah tabligh ? waaslam trma ksih semoga berjaya selalu amin |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Alhamdulillah, semoga aqidah akhi semakin kuat.
Setahu kami, Jamaah Tabligh itu diisi oleh pengikut Sunni dan Wahhabi (Jamaah Gado-gado). Karena itu kami memilih tidak ikut, agar dapat tegar dalam menyampaikan kesesatan pemikiran Wahhabi. |
|
|
|
|
|
|
|
19. |
Pengirim: Anggoro Sudibyo - Kota: Pekanbaru
Tanggal: 16/7/2013 |
|
Dasar Qiyamullail berjamaah
http://www.dakwatuna.com/2008/05/09/601/qiyamullail-berjamaah-bidahkah/#axzz2ZBYKsa00 |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Ternyata kaum Wahhabi juga doyan mengamalkan amalan yang hanya berdasarkan KONTEKSTUAL Hadits, bukan berdasarkan TEKSTUAL Hadits. Seperti yang ditulis oleh situs dakwatuna.com. Lantas apa bedanya dengan amalan warga Aswaja (NU) yang berdasarkan KONTEKSTUAL Hadits seperti bolehnya Tahlilan untuk mayit?
Coba perrhatikan cuplikan dari Situs Dakwatuna:
Kita tahu, bahwa kaidah ibadah dalam Islam adalah ‘Setiap ibadah adalah terlarang kecuali yang ada contoh atau perintahnya dalam syariat.’ Sesuai hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Barangsiapa yang beramal dengan suatu perbuatan yang kami tidak pernah memerintahkannya maka ia tertolak.” (HR. Muslim) artinya ibadah yang mengada-ada yang tidak pernah dilakukan dan diperintahkan agama, walau dilakukan oleh orang shalih dan ulama berwibawa, tetaplah tertolak oleh menurut syariat Islam. Itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan adalah neraka tempatnya. Maka seorang muslim harus menjaga dirinya agar tidak terjerumus ke dalamnya. Namun sikap mudah membid’ahkan juga tidak dibenarkan oleh syariat. Seharusnya kita hati-hati dan jangan terburu-buru dalam menghindari bid’ah, atau dalam menuduh sesuatu itu bid’ah. Sebab sikap gampang menuduh adalah sikap gegabah dan bukanlah perilaku ulama yang mendalam ilmunya. Di antaranya sikap sebagian orang yang membid’ahkan qiyamullail berjamaah. Jangan sampai kita menilai ‘salah’ terhadap sesuatu lantaran semata-mata kita belum menemukan dalilnya. Tidak menemukan, bukan berarti tidak ada, sebab hal tersebut tergantung ketelitian, kecermatan, dan kesabaran masing-masing orang dalam menelusurinya.
Qiyamullail Berjamaah Diisyaratkan Oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan Kadang Dilakukan Para Sahabat Ada beberapa adillatul syar’iyyah (dalil-dalil syar’i) tentang ini. Di antaranya: 1. Dari Abu Hurairah, dari Abu Said, bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa bangun malam dan membangunkan isterinya, lalu keduanya shalat dua rakaat dengan berjamaah (Shalla rak’ataini jami’an), ditetapkan pada malam itu termasuk orang-orang yang banyak berzikir kepada Allah” (HR. Abu Daud dan Al Hakim. Di shahihkan oleh Syaikh al Albany dalam Shahihul Jami’ no. 5906). (Dst. Situs Dakwatuna).
Nukilan-nukilan hadits oleh Situs Dakwatuna, sama sekali tidak ada yang mengajarkan anjuran Shalat Malam secara Berjamaah dengan pilihan waktu khusus pada bulan Ramadhan Sebulan Suntuk.
Jadi yang menjadi Bid'ah itu adalah MEMILIH-MILIH WAKTU SENDIRI KHUSUS DI BULAN RAMADHAN DENGAN HITUNGAN BERJAMAAH SHALA T MALAM SEBULAN SUNTUK, jelas-jelas pilihan ini murni karangan orang Wahhabi sendiri. Lah wong memilih waktu ibadah kok semaunya sendiri, nggak pakai dasar haditis shahih.
Atau pengikut Al-albani dan Cs-nya sajalah disuruh mengarangkan hadits yang disesuaikan, agar tampak ada dalilnya untuk pemilihan waktu sebukan suntuk tersebut, biar Wahhabinya kelihatan agak ilmiah gitu loooH...!
Terus, dalam artikel kami di atas, masih banyak contoh Amalan Bid'ah kaum Wahhabi yang tidak berdasarkan satupun dalil Hadits Shahih, tapi tetap diamalkan oleh kaum Wahhabi. Sedangkan untuk bid'ahnya penentuan pilihan waktu sebulan Ramadhan suntuk dengan berjamaah shalat malam itu, hanyalah salah satu dari bid'ahnya kaum Wahhabi saja.
Nah, ketahuan kaan? Ternyata kaum Wahhabi yang sering menuduh Tahlilan untuk mayit yang diamalkan warga NU itu adalah Bid'ah Dhalalah itu, dikarenakan kaum Wahhabinya belum belajar ilmu syariat tata cara melaksanakan Tahlilan untuk mayit dengan dasar kontekstual dalil Hadits: Iqra-uu yaasiin 'laa mautaakum (HR. Abu Dawud), dan masih banyak lagi dalil-dalil Hadits tentang bolehnya Tahlilan untuk mayit.
Makanya, jangan suka menjadi: 'Maling Teriak Maling'. Kalau pribahasa ini tetap saja dipertahankan oleh kaum Wahhabi sebagai slogan dalam membid'ahkan amaliah warga NU yang hakikatnya berdasarkan Tekstsuan maupun Kontekstsual Hadits, maka kami warga NU akan mengatakan: Biar saja anjing 'Wahhabi' MENGGONGGONG, kafilah warga NU akan tetap menjalankan amaliahnya secara istiqamah mengikuti sunnah Nabi SAW. |
|
|
|
|
|
|
|
20. |
Pengirim: aa - Kota: bogor
Tanggal: 17/7/2013 |
|
kepada ustadz yang punya blog ini, anda mengaku muslim, tapi kok sudah menolak kebenaran. diingatkan malah menuduh fitnah. yang jelas, islam ini adalah agama yang sempurna, rahmatan lil 'alamin. tidak usah dan ditambah-tambahin dan dikurang-kurangin. dasar dari islam itu adalah al-qur'an dan al-hadits yang sahih. itu aja ga usah aneh-aneh. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Anda benar, Islam sudah sempurna, jadi semua amalan itu harus berdasarkan tekstual Alquran dan Hadits shahih.
Karena itu sungguh salah besar tokoh-tokoh Wahhabi Saudi yang menjadi tempat rujukan kaum Wahhabi Indonesia. Ngapain mereka suka membuat-buat tambahan amalan sendiri tanpa ada dasar tekstual dalil Alquran dan Hadist shahih seperti berikut:
Jika datang bulan Ramadhan, orang Wahhabi Suadi Arabiah mengadakan Shalat Tahajjud BERJAMAAH SEBULAN SUNTUK dengan MENGKHUSUSKAN WAKTU di bulan RAMADHAN (dari awwal hingga akhir bulan Ramadhan) seperti yang dilakukan di Masjidil Haram Makkah dan Masjid Nabawi Madinah dan diimami oleh tokoh-tokoh Wahhabi. Tradisi tata cara amalan berjamaah Tahajjud RAMADHAN SEBULAN SUNTUK ini jelas-jelas tidak pernah dicontohkan oleh Nabi SAW, jadi amalan ini hanyalah ibadah karangan kaum Wahhabi seemata kaan ?
Termasuk juga, bilal Shalat Tahajjudnya orang Wahhabi itu mengucapkan: Shalaatul Qiyaami atsaabakumullah, sebelum shalat tahajjud di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, bacaan ini termasuk ibadah tambahan karya kaum Wahhabi yang tidak berdasarkan Alquran dan Hasdits shahih sama sekali.
Orang Wahhabi juga nambah-nambah sendiri ibadah berdakwah dengan menggunakan media radio, kaset, CD, TV Rodja, internet dan media cetak, padahal tidak ada dalil Alquran dan Hadits shahaihnya sama sekali yang dapat dijadikan dasar atas amalan ini.
Pokoknya amalan-amalan yang kami tulis dalam artikel di atas adalah contoh sekelumit dari ibadah-ibadah produk kaum Wahhabi yang sama sekali tidak didasari oleh tekstual dalil Alquran maupun Hadits shahih.
Kalau anda ingin menolak kenyataan ini, yaa mudah saja kook, hayoo tuliskan tekstual dalil-dalil Alquran dan Hadits shahihnya secara lengkap untuk amalan-amalan Bid'ahnya kaum Wahhabi yang kami sebut di atas !
Silahkan Bro... Biar Wahhabinya gak aneh-aneh saja...! |
|
|
|
|
|
|
|
21. |
Pengirim: maghribi - Kota: cikarang_bekasi
Tanggal: 19/7/2013 |
|
assalamualaikum.
sekedar info pak kyai. orang-orang wahabi romadhon sekarng sedang bingung, masalah taraweh + tahajud tengah malam selama bln ramadan 1 bln full. biasa nya di masjid saya tidak ada org wahabi taraweh , mrk tarweh nya dini hari. tapi thn sekarang banyak yang taraweh bareng org2 suni, mungkin kah mereka tau , kalau yg mrk lakukan itu tidak di contohkan oleh Nabi , tapi aneh nya knp mrk baru sadar kalau itu bidah. katanya mrk penganut sunnah rosul,tapi perkara yg rosul tidak lakukan mrk tidak mengetahui .
mudah2 an mereka cepat sadar dan kembali ke jalan yang lurus.
semoga kita smua org suni di beri kekuatan lahir bathin untuk bisa mengembalikan ajaran islam
syukron |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Alhamdullah kalau mau kembali ke Aswaja. |
|
|
|
|
|
|
|
22. |
Pengirim: syarif - Kota: garut
Tanggal: 31/7/2013 |
|
assalamualaikum
1,sebagai seorang muslimdi dalam islam tidak ada istilah yang mengatakan aliran wahabi,ungkapan itu keluar dar mulut-mulut yang suka mengamalkan ibadah yang mengandung unsur bid'ah.sebagai eorang muslim harus bisa membedakan mana urusan agama mana urusan duniawi,masalah agama segala sesuatunya harus dikembalikan dan mengikuti Allah dan Rasulnya tetapi masalah duniawi Rasul bersabda "antum a'lamu pi umuri dun'yakum' jadi sangat naif pabila bicara jaman rosul tidak ada mobil,tidak ada kapal dan hasil teknologi lainnya hal itu telah di prediksi oleh rosullullah urusan duniawi kita yang lebih tau,masalah lainnya yang anda sampaikan perlu dikembalikan kepada alqur'an dan hadist-hadist yang shahih,jangan asal menuduh tanpa dasar. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Loh, kalau anda ingin membela kaum Wahhabi itu mudah saja kok, cukup anda hadirkan dalil2 dari Alquran dan Hadits shahih untuk setiap amalan Bid'ah kaum Wahhabi yang kami sebutkan dalam artikel di atas, mudah tooh? Kalau nggak ada yg bisa, itu namanya terbukti kalau kaum Wahhabi itu Ahli Bid' ah. |
|
|
|
|
|
|
|
23. |
Pengirim: syahril ramadhan - Kota: jakarta selatan
Tanggal: 3/8/2013 |
|
Assalammu'alaikum wr wb
Teriring salam semoga pak kyai senantiasa diberikan kekuatan,ketabahan,dan kesabaran dalam rangka meluruskan pemahaman2 yg salah dalam beragama, amiinn.
@mas syarif dari garut, monggo mas dihadirkan dalil2 pembelaan antum terhadap amalan2 bid'ah kaum wahhabi, atau seperti biasa gaya para wahhabi ketika mereka kebingungan kehabisan dalil karena terperosok dalam kerancuan berpikir yaitu ngeless, ngabur, pulang kampung, atau tetep mbulet ngeyel :) " seterang apapun dalil yg pak kyai lutfi uraikan, tp kalo antum congkak+jumud+taklid membabi buta tidak mau menerima kebenaran yaa tetap aja ente ingkari!" So tanggalkan dulu pakaiaan congkak aantum, copot dulu kaca mata jumudnya, dan lepasin semua taklid buta, insya Alloh pemahaman yg benar akan antum terima , amiinn
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Semoga hal itu segera terjadi. Kami mohon akhi sering tengok juga artikel kami berjudul TV RODJA, BID'AHNYA KAUM WAHHABI, yang membutuhkan komentar akhi juga. Jazakumullah khairan. |
|
|
|
|
|
|
|
24. |
Pengirim: fahmi vixion - Kota: bogor
Tanggal: 10/8/2013 |
|
assalamualaikum kang ustadz luthfie.
saya orang awam yg sdang mendalami islam..
sbgai orang awam yg hanya berfikir sesuai pengalaman n sdkit pemahaman saya berpendapat islam itu sdah murni, tak perlu ada perkembangan,. yg berkembang adalah keadaan yg harus di tarik ke dalam islam,.. islam itu mudah, asalkan jgn terjebak dalam keadaan jaman nabi n jaman skarang.. ilmu iptek bisa tambh maju tpi ilmu islam jauh lebih maju.
saya hanya mampu berfikir, mohon koreksinya ya kang .
wahabi smga diberi petnjuk oleh Allah swt
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Iptek harus berkembang agar diterima oleh masyarakat modern, demi juga metode pengamalan Ibadah sunnah hendaklah mengikuti perkembangan jaman. Misalnya ibadah sunnah berupa belajar ilmu agama, jika di jaman Nabi SAW dan jaman para salaf hanya mengamalkan belajar agama yang terhitung ibadah sunnah itu harus secara langsung bertemu kepada seorang gurunya, maka di jaman sekarang belajar agama yang termasuk ibadah sunnah ini lebih kreatif dengan metode dunia maya, bahkan dari jarak jauh. Ibadah sunnah berupa dzikir juga boleh dikreasikan, semisal merekam bacaan tartil Alquran agar lebih sering terdengar oleh telinga umat Islam yang waktunya sangat sibuk bekerja namun ingin tetap beribadah sunnah, metode menggairahkan ibadah majelis ta'lim dengan sistem seminar/sarasehan dst, metode pembacaan shalawat Nabi SAW dengan kreasi bersama-sama serta melagukannya secara baik dan sopan, metode penyaluran zakat dengan pemberlakuan kupon, dan sebagainya seharusnya mengikuti perkembangan jaman selagi tidak melanggar syariat, agar tetap enak dilaksanakan oleh umat dengan rasa senang hati.
Alhamdulillah, kreasi amaliah istiqamah warga Aswaja selama ini tidak ada yang melanggar syariat. |
|
|
|
|
|
|
|
25. |
Pengirim: galuh - Kota: bandung
Tanggal: 23/8/2013 |
|
Terimakasih pak kyai atas penjelasannya.smg org2 wahabi pd tobat. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Amiin. |
|
|
|
|
|
|
|
26. |
Pengirim: Bobby - Kota: Solo
Tanggal: 2/9/2013 |
|
Allahumma Sholi Wa Salim Wa Barik Ala Sayyidina Wa Habibina Muhammad.....Sungguh miris melihat org yg dgn gampang mengatakan sholawat itu bidah.....Akhir zaman ini manusia2 pada sombong, Kalau bkn krna Kanjeng Nabi Saw kita semua tdk akan kenal islam....di suruh sholawat kox angel angelan....Jangan Sombong, "Shollu Alaihi Wa Salimu Taslima" |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Hanya orang yang hatinya mulia saja yang gemar dan mencintai shalawat Nabi SAW, dan dilantunkan dengan berbagai macam bentuk shalawat tanpa ada pembatasan lafadznya, selagi bacaannya itu tidak bertentangan dengan syariat, maka semua bacaan shalawat itu adalah baik. |
|
|
|
|
|
|
|
27. |
Pengirim: Mnohammad Taufiq - Kota: Semarang
Tanggal: 9/10/2013 |
|
Salam ta'dhim buat ustadz Lutfi Bashory
Dengan adanya blog ini saya berterima kasih, banyak hikmahnya yg bisa dipetik,tambah ilmu dan tambah wawasan,sudah sebarkan di grup2 dan halaman smg berkah.
Terkadang saya sendiri merara repot menghadapi mereka mereka(wahabi) itu,pandai bersilat lidah .mengaku penegak alqur'an dan sunnah toh kenyataanya tak sesuai apa yg diucapkan.memahami islam hanya sebelah mata,bid'ah syirik kafir itu aja bagaimana tentang akhlak muslim tidak pernah dibahas .sudah merasa benar ,padahal itu justru kesalahan fatal yg didapat akibat taqlid buta.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mudah-mdahan bermanfaat, dan terima kasih atas kunjungannya. |
|
|
|
|
|
|
|
28. |
Pengirim: Mohammad Taufiq - Kota: semarang
Tanggal: 9/10/2013 |
|
Sama sama ustadz
Aamiin....
Maaf banyak salah ketik...
Alhamdulillah ustadz.LINK
ini sudah saya sebar
luaskan lewat grup2 dan
halaman untuk saling
mengingatkan sesama
muslim
yang saya tahu wahabi dimana mana
selalu kalah argumentasi
tapi masih aja nggak mau
menyadari...
Bagaimana mereka mengaku penegak sunah Rasulullah sementara akhlaknya jauh dari tuntunanya.Bagaimana mereka begitu beraninya
mengklaim para ulama NU
sesat jika itu dasarnya
hanya dari sebuah
penafsiran yang
kebenaranya tidak diakui
oleh salafushaleh.
Karena mengenai bid'ah ini
memang ada dua
penafsiran.jika klaim
wahabi benar bahwa
semua bid'ah adalah sesat
maka
bisa dipastikan hampir
semua orang islam tak
luput dari bid'ah.
Karena sahabat Rasulullah
pun pernah melakukan
bid'ah hasanah.
Tetapi jika ternyata
penafsiranya salah maka mereka
mendapat dua dosa 1.dosa melaknat
menghujat memecah belah
umat islam.
2.dosa menghalangi
kebaikan(ini termasuk sebagian dari
tanda orang munafiq).
Padahal yang pantas
mengklaim kebenaran
maksud dari hadits
tersebut adalah
salafushalih karena
dialah orang2 yang dipilih
Allah menjadi kekasihnya
(dialah orang2 yang teruji
keimanan dan
ketaqwanya).jik a ada
perselihan berarti dua2nya
belum memiliki bukti
kongkrit yang bisa diakui oleh kedua fihak,mana
yang benar menurut
Allah,berarti hanya Allah SWT
yang tahu, dan hanya
Allah-lah yang berhak
menjadi hakim.
Kalau mengakui hanya
Allah yang tahu maka
sikap yg pantas adalah
kerendahan hati dan takut
akan kemurkaan-Nya.
Karena siapapun akan
celaka jika mendapat
kemurkaan Allah,dan
hanya orang2 yang mendapatkan
keridhaan-Nya yg selamat.
Marilah kita saling
menghargai dan saling
mengingatkan antar
sesama muslim agar tak terjebak dalam langkah langkah syaitan(lingkaran
syaitan).
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Terima kasih masukannya. Mohon agar akhi mau nimbrung memberi komentar pada artikel kami yg berjudul TV RODJA, BID'AHNYA KAUM WAHHABI, karena di sana banyak sekali Wahhabi yg kirim komentar negatifnya. |
|
|
|
|
|
|
|
29. |
Pengirim: Abdullah Mahdi - Kota: Bunga Teratai
Tanggal: 12/10/2013 |
|
Firman Allah :
Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya;ibunya telah mengandungnya dengan menanggung susah payah dan telah melahirkannya dengan menanggung susah payah.Sedang tempoh mengandungnya berserta dengan tempoh menceraikan susunya ialah dalam masa tiga puluh bulan. Setelah dia besar sampai ke peringkat dewasa yang sempurna kekuatannya dan sampai ke peringkat umur empat puluh tahun, berdoalah dia dengan berkata: "Wahai Tuhanku,ilhamkanlah daku supaya tetap bersyukur akan nikmatMu yang Engkau kurniakan kepadaku dan kepada ibu bapaku dan supaya aku tetap mengerjakan amal soleh yang Engkau redai;dan jadikanlah sifat-sifat kebaikan meresap masuk ke dalam jiwa zuriat keturunanku.Sesungguhnya aku BERTAUBAT kepadamu dan sesungguhnya aku dari orang-orang Islam (yang tunduk patuh kepadamu)".
(Al-Ahqaf : 15)
Firman Allah :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir,kemudian beriman,kamudian kafir lagi dan kemudiannya bertambah kekafirannya,maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka dan tidak menunjukkan mereka kepada jalan yang lurus.
(An-Nisa : 137)
*Hati-hati dengan amalan BID'AH kerana :
1 - Beriman (Lahir)
2 - Kafir (Berbuat bid'ah)
3 - Beriman (40 thn - taubat)
4 - Kafir (Lagi berbuat bid'ah) 5 - Maka semakin bertambah kekafirannya,tidak diampun dan tidak ditunjukan jalan yang lurus oleh Allah.
Katakanlah:"Apakah akan Kami beritahukan kepada mu tentang orang-orang yang paling merugi amal perbuatannya?Iaitu orang-orang yang telah mensia-siakan amal perbuatannya ketika hidup di dunia,sedangkan mereka menyangka bahawa sebaik-baik amal perbuatan telah pun mereka kerjakan.
(Al-Kahfi : 103 & 104)
*Hanya tiba di Mahsyar barulah mereka ketahui bahawa mereka sebenarnya orang kafir,iatu menjadi kafir ketika masih hidup di dunia lagi,tanpa mereka sedari. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
1. Akhi benar, karena itu kaum Wahhabi Indonesia wajib segera bertaubat dan kembali ke pangkuan Aswaja (Sunni Syafi'i Asy'ari) sebagai madzhab asli muslim Indonesia. Karena kaum Wahhabi telah banyak melakukan perbuatan Bid'ah seperti yang kami contohkan dalam artikel di atas.
2. Segeralah Akhi buka youtube.com dengan alamat:
> Jangan Takut Dituduh Bid'ah
> Syi'ah vs Wahhabi = Dua tanduk Setan.
Semoga aqidah Aswaja Akhi semakin menjadi kuat.
|
|
|
|
|
|
|
|
30. |
Pengirim: ilhamsyah - Kota: medan
Tanggal: 19/1/2014 |
|
Assalamualaikum ustad... alhamdulilah.. blog yg antum buat sngt bermanfaat atas kebingungan ana selama ini... ana seorang muslim yng awam.. di lingkungan ana tumbuh faham-faham wahabi spti di atas.. mhon sdikit pngetahuan antum tentang dalil2. Konstektual ttg doa berjama`ah dn ber imam stlah shalat fardhu itu di nyatakan bid`ah olh mereka, trmasuk tatacaranya jk menadahkan tangan. jg tntang dzikir berjamaah dngn suara yg jahar ato keras.. itu pun di pandang bid`ah oleh mereka para wahabiyah... mhon sdikit pndangan antum bserta dalil pndukung nya... ats respon dan jawaban antum sangat ana tunggu... assalamualaikum |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Memang kaum Wahhabi itu paling benci kepada umat Islam yang berdzikir kepada Allah. Ya begitulah ajaran mereka, selalu menanamkan kebencian kepada pengikutnya, terhadap umat Islam yang ingin mengamalkan ibadah sunnah.
Berdzikir kepada Allah SWT, adalah ibadah sunnah yang sangat ditekankan oleh syariat, kerena itu hendaklah umat Islam rajin-rajin untuk mengamalkannya.
Menurut Imam Nawawi dalam kitab Al-adzkar pada bab pertama, beliau mengatakan bahwa tata cara berdzikir itu ada tiga macam:
1. Dzikir dengan hati saja. Adapun praktenya yaitu seseorang berdzikir dalam batin yang tentunya tanpa terdengar suara sedikitpun. Umumnya orang yang bertafakkur mengingat kekuasaan Allah, lebih banyak menggunakan cara ini.
2. Dzikir dengan lisan saja. Adapun prakteknya yaitu, ada orang yang karena terbiasa berdzikir, maka pada kondisi tertentu, secara spontan lisannya berdzikir, sekalipun hatinya tidak konsentrasi (tidak hadir), misalnya saat kakinya terpeleset, maka tanpa sadar lisannya mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Tata cara ini secara mayoritas dilakukan dengan mengeraskan suara.
3. Dzikir dengan hati dan lisan, maka cara inilah yang paling utama untuk dilakukan. Tentunya seseorang yang berdzikir dengan sepenuh hati dan diucapkan dengan lisannya secara baik dan benar, adalah mempunyai nilai plus. Bahkan dzikir dengan cara yang demikian ini dapat mempengaruhi kehidupan seseorang, alaa bidzikrillahi tathmainnul quluub (Ketahuilah bahwa dengan berdzikir kepada Allah, akan dapat menenangkan hati).
Banyak contoh kongkrit tata cara berdzikir dengan hati dan lisan yang dilakukan oleh umat Islam selama ini, termasuk berdzikir dengan menggunakan suara keras dan lantang, antara lain banyaknya para Qari’ yang membaca Alquran dengan model tartil maupun dengan lagu (qira-ah bil ghina). Bahkan membaca Alquran itu adalah termasuk dzikir yang paling afdhal.
Para muadzdzin yang melantunkan adzan juga termasuk dzikir dengan mengeraskan suara. Lantas bagaimana jika para muadzdzin itu tidak mengeraskan suaranya, tentunya maksud dikumandangkan adzan sebagai i’lan (pengumuman dan panggilan) shalat menjadi tidak terpenuhi.
Hadits dari Abu Sa’id Khudri dan Abu Hurairah ra. bahwa mereka mendengar sendiri dari Nabi saw. bersabda :
لاَ يَقْـعُدُ قَوْمٌ يَذْكُـرُنَ اللهَ تَعَالَى إلاَّ حَفَّتْـهُمُ المَلاَئِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمةُ, وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَذَكَرَهُمْ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ.
“Tidak satu kaum-pun yang duduk dzikir (berjamaah dengan suara keras) kepada Allah Ta’ala, kecuali mereka akan dikelilingi Malaikat, akan diliputi oleh rahmat, akan beroleh ketenangan, dan akan disebut-sebut oleh Allah pada siapa-siapa yang berada disisi-Nya”. (HR.Muslim, Ahmad, Turmudzi, Ibnu Majah, Ibnu Abi Syaibah dan Baihaqi).
Berikut adalah persaksian para shahabat radhiyallahu ‘anhum, bahwa dzikir berjamaah dengan mengeraskan suara itu konon sudah dilakuan sejak jaman Nabi SAW:
“Aku pernah berjalan dengan Rasulullah SAW di suatu malam. Lalu beliau melewati seorang lelaki yang sedang meninggikan suaranya di sebuah masjid. Akupun berkata : Wahai Rasulullah, jangan-jangan orang ini sedang riya’. Beliau SAW berkata : “Tidak ! Akan tetapi dia itu seorang awwah (yang banyak mengadu kepada Allah)”. (HR. Albaihaqi).
اَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِيْنَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ المَكْتُوْبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ
‘Sesungguhnya berdzikir dengan mengeraskan suara ketika orang selesai shalat fardhu itu konon dilakukan di masa Rasulallah SAW’. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam Shahih Bukhari disebutkan dari shahabat Ibnu Abbas RA beliau berkata: ‘Kami tidak mengetahui selesainya shalat orang-orang di masa Rasulallah SAW kecuali dengan mendengarkan suara dzikir mereka secara keras’.
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah memilik sekelompok Malaikat yang berkeling di jalan-jalan sambil mencari orang-orang yang berdzikir. Apabila mereka menemukan sekolompok orang yang berdzikir bersama kepada Allah, maka para Malaikat itu saling memanggil: 'Kemarilah untuk mendapatkan apa yang kalian cari'. Lalu mereka mengelilingi orang-orang yang berdzikir jamaah itu dengan sayap-sayap mereka hingga ke langit. Apabila orang-orang itu telah berpisah (bubar dari majlis dzikir) maka para malaikat tersebut berpaling dan naik ke langit. Maka bertanyalah Allah SWT kepada mereka (sekalipun Allah lebih tahu terhadap mereka): Darimana kalian semua? Malaikat berkata: Kami datang dari sekelompok jamaah dari hamba-Mu di bumi. Mereka bertasbih, bertakbir dan bertahlil kepada-Mu. Allah berfirman: Apakah mereka pernah melihat-Ku? Malaikat berkata: Tidak pernah! Allah berfirman: Seandainya mereka pernah melihat-Ku? Malaikat berkata: Andai mereka pernah melihat-Mu niscaya mereka akan lebih meningkatkan ibadahnya kepada-Mu, lebih bersemangat memuji-Mu dan lebih banyak bertasbih pada-Mu. Allah berfirman: Lalu apa yang mereka pinta dari-Ku? Malaikat berkata: Mereka minta sorga kepada-Mu. Allah berfirman: Apa mereka pernah melihat sorga? Malaikat berkata: Tidak pernah! Allah berfirman: Bagaimana kalau mereka pernah melihatnya? Malaikat berkata: Andai mereka pernah melihanya niscaya mereka akan bertambah semangat terhadapnya, lebih bergairah memintanya dan semakin besar keinginan untuk memasukinya. Allah berfirman: Dari hal apa mereka minta perlindungan? Malaikat berkata: Dari api neraka. Allah berfirman : Apa mereka pernah melihat neraka? Malaikat berkata: Tidak pernah! Allah berfirman: Bagaimana kalau mereka pernah melihat neraka? Malaikat berkata: Kalau mereka pernah melihatnya niscaya mereka akan sekuat tenaga menghindarkan diri darinya. Allah berfirman: Aku persaksikan kepada kalian, bahwasanya Aku telah mengampuni mereka. Salah satu dari malaikat berkata : Disitu ada seseorang yang tidak termasuk dalam kelompok mereka. Dia datang semata-mata karena ada satu keperluan (apakah mereka akan diampuni juga?). Allah berfirman: Mereka (termasuk seseorang ini) adalah satu kelompok dimana orang yang duduk bersama mereka tidak akan kecewa". Dalam riwayat Muslim ada tambahan pada kalimat terakhir: 'Aku ampunkan segala dosa mereka, dan Aku beri permintaan mereka'.
|
|
|
|
|
|
|
|
31. |
Pengirim: APWIWIN@gmail.com - Kota: bintuhan kaur bengkulu
Tanggal: 11/9/2014 |
|
allah memberikan peluang ataupun keasemapatan bagi hamba nya untuk melakukan amalan amalan saleh sejauh tidak melanggar batasan batasaan yang telah di gariskan dalam sariat islam bagaimana umat islam yang hidup di segala jaman ini bisa hidup selaras dengan kemajauan jaman apa bila yang dilakukan harus selalu pada hal hal yang pernah di contohkan oleh rasululla saja karena karena pada jaman rasulullah tidak semuanya ada pada jaman sekarang dan begitum pula sebaliknya intinya beribadahlah sesuai ajarang yang ada namanya sesuai itu tidak harus sama namun sejalan dengan ajaran rasulullah rasulullah memeintahkaqn umat islam untguk menuntu ilmu meskipun sampai kenegeri cina maksutnya jangan terbatas tuntut terus sesuai zaman karena rasulullah tidak suka pada kebodohan maka siapapun oranganya hindari kebodohan teliti sebelum membeli jangan sampa larut dala keapatisan. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kebanyakan kaum Wahhabi terjebak dengan fatwa-fatwa mereka sendiri, antara lain mereka berfatwa bahwa segala amal umat Islam harus persis secara tekstual dengan amalan yang dilakukan oleh Nabi SAW, tentunya termasuk metode dakwah, namun keyataannya Nabi SAW yang tidak pernah berdakwah lewat internet itu, justru tidak diikuti oleh Wahhabi, dan Wahhabi semakin larut dalam dunia internetnya. AHLI BID'AH BERTERIAK BID'AH, ITULAH WAHHABI. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|