PRESIDEN CEPOT
Luthfi Bashori
Tiba-tiba saja anak kami yang tahun ini akan naik kelas 6 Madrasah Ibtidaiyyah (SD) bertanya: Abi, kata guruku sebentar lagi kan ada pemilihan presiden, terus kira-kira Abi pilih presiden siapa yaa?
Secara spontan kami menjawab dengan senda gurau: Wah, Abi pilih presiden Cepot saja deeh....!
Loh, kok Abi pilih Cepot jadi presiden, kan jadinya lucu nantinya? Kata anak kami.
Kami menjawab dengan senyum-senyum: Yaa itu dia masalahnya, Abi memang senang sekali mempunyai presiden yang lucu, tapi orangnya harus benar-benar lucu, daripada punya presiden yang nggak lucu, tapi banyak kebijakannya yang tampak lucu.
Anak kami hanya melongo mendengar jawaban kami, karena tidak tahu persis apa yang kami maksudkan, dan dia hanya bilang: Oh, asyik doong... jadinya tiap hari bisa melihat presiden Cepot di TV.
Tentunya, kami menjawab seperti itu karena akhir-akhir ini seringkali melihat banyak kebijakan pemerintah (baca: presiden) yang tidak populis di mata masyarakat hingga tampak lucu jadinya, sebut saja semisal:
- Isu kenaikan BBM, dan gantinya pemerintah mencanangkan BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat). Lah, kebijakan ini, kan sangat lucu sekali, karena kenaikan BBM dicanangkan permanen, tapi gantinya hanya dicanangkan sementara waktu, he he he.
- Memilih waktu kenaikan BBM juga menjelang bulan suci Ramadhan, artinya juga menjelang hari Raya Idul Fithri, ini juga kebijakan yang lucu dan tidak pro umat Islam. Karena di saat-saat ini lah mayoritas penduduk Indonesia akan melaksanakan silaturrahim nasional, yaitu mudik lebaran. Belum lagi pada bulan Juni-Juli adalah hari-hari liburan sekolah, yang hampir semua orang tua ingin menghibur putra-putrinya dengan menikmati pesona alam Indonesia, tentunya butuh kendaraan yang menggunakan BBM pula.
- Bahkan bulan Juni-Juli termasuk hari-hari pendaftaran murid baru di semua tempat pendidikan, yang pastinya membutuhkan biaya pendidikan yang tidak sedikit. Padahal kesulitan ekonomi masyarakat sudah mengancam di depan mata, dengan terpengaruhnya kenaikan harga pasar yang akan mengikut isu kenaikan BBM. Lantas bagaimana nasib anak negeri dapat menempuh pendidikan yang layak, jika permainan-permainan politik semacam ini terus menerus dilakukan oleh pemerintah.
- Demikian juga kebijakan ini terasa amat lucu, karena harga minyak dunia, sedang tidak terlalu tinggi, sehingga tidak ada urgensinya menaikan harga BBM dalam waktu dekat-dekat ini. Jika saja alasan pemerintah menilai dari segi kurs dolar yang kerap menekan nilai rupiah, seharusnya Bank Indonesia dapat mengintervensi pasar valuta asing.
- Mengutip apa yang disampaikan oleh pengamat politik, Eep Syaifullah Fatah, ia mengklasifikasikan kebijakan populis yang dibuat pemerintah terkait dengan penanggulangan kemiskinan, seperti program keluarga sejahtera sebagai kebijakan populis temporer, karena dilakukan mendekati pemilihan umum. Menurut Eep, setiap pemerintahan di negara demokratis (khususnya Indonesia, pen), memang cenderung membuat kebijakan populis ketika akan mengakhiri masa jabatannya. Kebijakan tersebut dijadikan sebagai alat kampanye untuk terpilih kembali. Ada dua jenis kebijakan populis, lanjut Eep, yakni kebijakan populis yang genuine dan kebijakan populis temporer. Kebijakan populis genuine jika sejak awal pemerintahan memang pemerintahannya populis. Sementara, dikatakan kebijakan temporer jika suatu pemerintahan tiba-tiba menjadi populis begitu mendekati pemilihan umum. "Saya melihat kebijakan pemerintahan yang sekarang termasuk kebijakan temporer. Jadi sebelumnya tidak ada karakter kebijakan populis yang menonjol. Kalau ada, pun tidak berhasil, seperti Askeskin," katanya.
Coba, jika presiden Indonesia itu si Cepot, maka segala kebijakannya pasti akan dapat menghibur masyarakat, apalagi figur Cepot sudah sangat populis di tengah masyarakat Indonesia. Karena Cepot adalah figur yang lucu, maka dengan kejenakaannya itu dianggap sudah lumrah jika suatu saat akan mengambil kebijakan yang lucu pula, karena memang figurnya lucu.
Berbeda sekali jika ke depan akan terpilih lagi presiden yang memiliki karakter Tebar Pesona, kemudian sang presiden sering mengambil kebijakan temporer yang tidak lucu hingga menyebalkan masyarakat. Maka terpaksa yang dapat dilihat oleh masyarakat adalah ulah presiden yang tampak lucu karena dibuat-buat, dan tentu tujuannya hanya untuk mengamankan kepentigan pribadi dan partainya.
Jadi, Indonesia tidak akan memiliki presiden yang bijaksana dengan sesungguh-sungguhnya, atau sekalian saja lah pilih presiden Cepot yang memang lucu dari sono-nya...!