MENIKAHLAH DENGAN SESAMA MANUSIA !
Luthfi Bashori
Allah berfirman yang artinya:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian isteri-isteri dari jenis kalian sendiri, agar kalian merasa tenteram dan cenderung kepadanya, dan Dia jadikan di antara kalian (pasangan suami istri) rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang (dapat) berfikir. (QS. ar-Rum/21).
Lafadz
min anfusikum (dari jenis kalian sendiri), yaitu dari bangsa kalian wahai anak cucu Adam. Maksudnya, Allah menjadikan perjodohan bagi pasangan suami istri itu adalah sesama bangsa manusia, bukan manusia menikah dengan bangsa jin (sekalipun hukumnya boleh menurut fiqih) dan bukan menikah dengan hewan.
Lafadz
litaskunuu ilaihaa (agar kamu merasa tenteram dan cenderung kepadanya. Maksudnya, hati suami itu dapat berlabuh dan beristirahat dalam dekapan istri, setelah beraktifitas seharian penuh yang tentunya cukup melelahkan, agar dapat merasakan kenyamanan hidup untuk menumbuhkan semangat beraktifitas kembali pada esok hari.
Lafadz
mawaddah (kasih), menurut tafsir Sy. Ibnu Abbas adalah terbangunnya rasa cinta suami terhadap istri, sedangkan
rahmah (sayang) adalah rasa belas kasih suami kepada istri dan rasa tanggung jawab serta pemberian perlindungan, termasuk dari marabahaya dan dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Demikian inilah take and give atau rasa saling tolong menolong, saling memberi dan menerima, bantu membantu, atau gotong royong dalam membangun rumah tangga itu dapat terwujud, jika antara suami dan istri itu benar-benar terdiri dari jenis atau bangsa yang sama, yaitu bangsa manusia.
Bahkan dalam mengatur pasangan makhluq hidup lainnya, Allah juga menjodohkan setiap pasangan itu dari jenisnya masing-masing, sebut saja ayam jantan selalu tertarik berpasangan dengan ayam betina, kambing jantan juga tertarik berpasangan dengan kambing betina, gajah jantan akan mengejar-ngejar gajah betina jika sudah datang musim kawin di antara mereka.
Demikianlah yang terjadi dalam kehidupan normal pada makhluq-makhluq ciptaan Allah, yaitu aturan main dalam membangun perjodohan yang telah diatur sedemikian rupa dengan penuh hikmah dan bijaksana serta tidak dipaksa-paksakan, maka kelestarian makhluq hidup dengan segala identitasnya masing-masing dapat terjaga dari masa ke masa hingga akhir masa.
Tidak dapat dibayangkan betapa kacau dan rancunya dunia ini, jika saja setiap orang atau makhluq hidup lainnya, tidak taat terhadap ketentuan Allah ini, lantas mengambil langkah-langkah yang bertentangan dengan kebijaksanaan-Nya.
Misalnya seorang manusia nekad menikah dengan kambing, kemudian memiliki anak keturunan dalam bentuk makhluq jenis baru berbadan manusia dan berkepala kambing, hingga tatkala makhluq spesies baru ini sedang belanja di swalayan ternyata ia hanya dapat mengembek, embeeekembeeeek, atau sebaliknya jika yang lahir itu berbadan kambing dan berkepala manusia, tentu keluarganya menjadi bingung, apakah harus ditidurkan di kamar dengan kasur springbed atau diletakkan di kandang kambing?
Atau misalnya ada orang yang menikah dengan seekor gajah yang menghasilkan keturunan spesies baru makhluk berbadan gajah dan berkepala manusia, lantas bagaimana cara mengatur kehidupannya? Apakah tukang jahit pakaian tidak kebingungan untuk melayani pesanan baju bagi spesies baru ini?
Belum lagi jika ada seekor badak bercula jantan ternyata mengejar-ngejar ayam betina karena ingin mengawininya, apa tidak mati seketika si ayam betina saat badak jantan berhasil mengumpulinya. Belum lagi jika ternyata sang badak bercula ini berhasil mendapat keturunan dari ayam yang diperistrikannya, lantas menurunkan spesies baru berupa makhluq berbadan badak namun berkepala ayam, yang kemana-mana selalu berkotek pethok-pethokpethok-pethok, atau bersuara kukuruyuuuuk, padahal badannya sebesar badak bercula.
Barangkali semacam inilah gambaran ringkas, mengapa Allah dengan kebijaksanaan-Nya sengaja mengatur ekosistem pada kehidupan semua makhluq ciptaan-Nya dengan penuh hikmah, termasuk
(menciptakan untuk kalian isteri-isteri dari jenis kalian sendiri). Yang pasti ketentuan Allah ini memiliki rahasia luar biasa, yang hanya dapat dimengerti oleh orang-orang yang mau berpikir
(Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang (dapat) berfikir).