|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 8 users |
Total Hari Ini: 60 users |
Total Pengunjung: 6224161 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
GEJOLAK WAHHABI VS SYIAH (EDISI REVISI) |
Penulis: Pejuang Islam [ 15/9/2016 ] |
|
|
GEJOLAK
WAHHABI VS SYIAH
Luthfi Bashori
Dua kelompok Wahhabi dan Syiah, keberadaannya saat ini di dunia masih minoritas, namun bukan berarti tidak berpengaruh. Kedua kelompok ini sangat agresif dalam merekrut anggota dan simpatisan dari umat Islam, sekalipun dengan segala macam cara tanpa harus melalui etika apapun. Mau jujur, mau dusta, mau menipu, mau plagiat, mau money politics, bahkan mereka menghalalkan segala cara demi menempuh ambisinya menguasai seluruh umat Islam dunia. Dalam melancarkan misi, mereka tidak mengenal hukum, mau halal atau haram, mau sopan atau biadab, mau legal atau ilegal, maka metode apapun yang mereka lakukan dianggap sah-sah saja dan tidak menjadi masalah, yang penting dapat menambah anggota dan simpatisan sebanyak-banyaknya. Kini, baik Wahhabi maupun Syiah, keduanya tengah gencar memposisikan diri untuk saling berhadap-hadapan, saling beradu dan saling berlawanan (musuh abadi) antar mereka berdua di hadapan public, dengan slogan-slogan kebohongan seakan-akan ingin menyelamatkan umat Islam dari kesalahan beragama menurut versi mereka. Khususnya dalam upaya mengembangkan propaganda ajaran-ajaran sesatnya, hingga tak jarang di antara keduanya terjadi adu argumen, saling mencaci, saling mengkafirkan, bahkan gesekan fisik hingga upaya pembunuhan dan pengeboman pun terjadi di antara mereka. Untuk sekedar diingat, konon di era tahun 80-an, terjadi pengeboman di dalam bis Pemudi serta candi Borobudur yang dilakukan oleh kelompok Syiah. Sedangkan menurut berita, meletusnya bom akhir-akhir ini di beberapa tempat, banyak dilakukan oleh kelompok Wahhabi ekstrimis. Di luar negeri, antara kelompok Wahhabi versus kelompok Syiah seringkali saling menfitnah, membunuh, mengebom dan segala macam bentuk perselisihan di antara mereka. Jadi bukan sekedar perang ideologi saja yang mereka lancarkan, namun perang fisik pun sudah mereka kumandangkan dalam membangkitkan nafsu angkara, dalam rangka yufsiduuna fir ardli fasaadan (melakukan kerusakan di muka bumi). Kekejaman dua kelompok ini sering berimbas terhadap siapa saja yang dianggap sebagai lawannya atau penghalang, khususnya warga Ahlus Sunnah wal Jamaah. Terutama di saat kedua kelompok ini sudah dapat menguasai sebuah wilayah yang mereka anggap strategis untuk menyebarkan kesesatan-kesesatan ajarannya. Adapun dalam adu propaganda dan perebutan simpati dari masyarakat, banyak trik-trik khusus yang mereka lakukan, antara lain dengan cara membagi-bagikan buku serta mengadakan cerama-ceramah agama yang sifatnya dingin, bahkan terasa kondusif untuk segala lapisan, agar mendapat simpatik dari masyarakat. Namun di balik itu semua, mereka mempunyai misi-misi tertentu yang sesungguhnya sangat kejam dan mengkhawatirkan. Pembunuhan karakter pun sudah mereka lakukan yang tanpa disadari oleh kalangan awam. Ironisnya yang dijadikan sasaran tembak dalam mengusung misi utama kelompok Wahhabi dan Syiah adalah warga Ahlus Sunnah wal Jamaah, khususnya dari kalangan awam agama. Kedua kelompok ini sama-sama berani memberikan iming-iming dana yang menggiurkan, iming-iming berbagai fasilitas, bea siswa bagi para pelajar, hingga iming-iming kedudukan yang strategis bagi siapa saja yang pro terhadap program-programnya, tentunya di samping iming-iming kemurnian aqidah dan jaminan-jaminan masuk sorga. Wahhabi adalah kelompok yang berafiliasi pemahamannya kepada tokoh-tokoh pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab dari bangsa Najed Saudi Arabiah, seperti Bin Baz, Bin Shaleh, Utsaimin, Bin Mani`, Shaleh Fauzan dan sebagainya. Umumnya mereka selalu mengklaim diri sebagai golongan Salafi (penerus ulama Salaf), sekalipun ajaran mereka sangat berlawanan dengan pemahaman para Salaf Ahlus Sunnah wal Jamaah itu sendiri. Sedangkan Syiah (dalam hal ini Syiah Imamiyah yang masuk Indonesia) adalah kelompok yang berafiliasi pemahamannya kepada tokoh-tokoh Persi Iran terutama tokoh spiritualnya adalah Khomeini. Mereka selalu mengklaim diri sebagai madzhab Ahlul Bait, sekalipun ajaran-ajarannya sangat bertentangan dengan ajaran ulama Salaf khususnya dari kalangan Ahlul Bait-nya Nabi SAW itu sendiri. Ironisnya, masyarakat awam seringkali tidak menyadari, bahkan program utama kelompok Wahhabi dan Syiah, adalah bagaimanapun caranya agar kedua kelompok ini dapat mengeluarkan umat Islam Indonesia dari ajaran Islam yang masih asli dan murni sebagai madzhab yang dianut oleh warga Indonesia, yaitu madzhab Sunni Syafi`i, aqidah warisan yang diajarkan oleh para Walisongo sebagai penyebar agama Islam pertama kali kepada nenek moyang bangsa Indonesia. Ajaran para Walisongo ini sudah teruji ketegarannya, sejak masa pra penjajahan Belanda dan Jepang hingga masa kemerdekaan Republik Indonesia, yang mana mayoritas masyarakat Indonesia masih berpegang teguh dengan ilmu-ilmu keislaman yang diajarkan oleh para Walisongo, bahkan hingga saat ini pun jika dihitung-hitung jumlah penghuni planet bumi yang beragama Islam terbesar, adalah kaum muslimin bangsa Indonesia yang masih istiqamah melestarikan ajaran para Walisongo. Yang jelas agama Islam yang dianut mayoritas bangsa Indonesia adalah Ahlus Sunnah wal Jamaah dengan mengikuti fiqih madzhab Syafi`i, bukan ajaran Wahhabi dan bukan ajaran Syiah, alias bukan ajaran kedua pendatang baru itu. Karena itu ajaran kedua kelompok sesat ini tidak cocok dan sangat berseberangan dengan norma-norma kesopanan bangsa Indonesia yang terkenal dengan adat ketimurannya. Salah satu ajaran Wahhabi, adalah sangat gemar mengkafirkan dan menuduh syirik terhadap orang-orang yang ahli ziarah ke makam kuburan kerabatnya maupun makam kuburan orang-orang shalih, padahal amalan ini termasuk ajaran dasar dari para Walisongo yang sudah mentradisi dan mendarah daging bagi bangsa Indonesia, khususnya di saat datang Hari Raya Idul Fitri, karena ajaran ziarah ke makam kuburan itu hakikatnya berdasarkan perintah Nabi SAW: Dulu aku pernah melarang kalian berziarah makam kuburan, maka berziaralah sekarang ke makam kuburan karena dapat mengingatkan akhirat kalian. (HR. Muslim). Salah satu ajaran Syiah Iran, adalah sangat gemar mencaci-maki dan mengkafirkan para shahabat Nabi SAW serta mengkafirkan istri-istri Nabi SAW khususnya Sayyidatina `Aisyah RA, serta mengkafirkan para ulama Salaf Ahlussunnah wal Jamaah. Padahal, istri-istri dan para shahabat Nabi SAW serta para ulama itu termasuk para panutan dan idola kaum muslimin bangsa Indonesia yang sangat dihormati dan dimuliakan. Keberpihakan umat Islam Indonesia ini terbukti banyaknya nama umat Islam Indonesia yang sengaja diadopsi dari nama-nama para istri maupun para shahabat Nabi SAW serta nama-nama para ulam Salaf, tentunya sebagai bentuk tabarrukan, serta bukti cinta umat kepada para istri Nabi SAW dan para shahabat serta para ulama Salaf Ahlus sunnah wal Jamaah, dan hal semacam ini sudah mendarah daging bagi bangsa Indonesia. Karena itu, ajaran kedua kelompok minoritas baik Wahhabi maupun Syiah besutan tokoh-tokoh Najed Saudi Arabiah dan besutan tokoh-tokoh Persi Iran ini sangat tidak cocok dengan kultur bangsa Indonesia. Maka umat Islam Indonesia harus berani mengusir para missionaris dari kedua kelompok Wahhabi dan Syiah ini dari daerah-daerah yang dijadikan sasaran tembak dalam propaganda ajaran sesat mereka. Sebagian ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah mengistilahkan, bahwa Wahhabi dan Syiah ibarat: Ba`ratun tuqsamu qismain (ibarat kotoran sapi dibelah dua), yaitu sama-sama kotornya. Bukti keserupaan dan kesamaan antara ajaran Wahhabi dan Syiah adalah dalam masalah Tajsim. Arti Tajsim yaitu adanya penisbatan jasmani kepada Dzat Allah, alias Allah itu diyakini memiliki bentuk tubuh selayaknya manusia (makhluk). Menurut Wahhabi, Allah itu bertempat di langit, Allah juga naik turun di langit dengan kaki-Nya dari satu tingkat ke tingkat lainnya, seperti layaknya manusia bertempat di bumi dan dapat naik turun dari tempat ketinggian ke tempat yang lebih rendah, semisal naik turun di tangga dengan menggunakan kakinya. Dalam keyakinan Wahhabi, bahwa Allah itu memiliki mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh seperti anggota tubuh manusia. Seorang tokoh Wahhabi Mujassimah (penisbat jasmani kepada Dzat Allah) bernama Addarimi Alwahhabi, (ket: Addarimi Alwahhabi bukanlah Imam Addarimi ahli hadits), dia mengatakan: 1. Para musuh kita (yaitu Ahlussunnah wal Jamaah) berkeyakinan, bahwa Allah itu tidak memiliki bentuk, tidak memiliki sisi penghabisan dan batasan. (Kitab Annaqdl, 23). Pernyataan ini memberi arti jika Addarimi itu meyakini, bahwa Allah itu memiliki bentuk tubuh seperti layaknya makhluk, dengan memiliki batasan berapa tingginya, gemuk dan kurusnya, seperti pernyataannya sbb: 2. Sesungguhnya Allah benar-benar duduk di atas kursi, dan tidak tersisi (kosong) dari kursinya itu kecuali seukuran empat jari saja. (Kitab Annaqdl, 74). 3. Allah berada jauh dari makhluk-Nya. Dia berada di atas Arsy, dengan jarak antara Arsy tersebut dengan langit yang tujuh lapis, seperti jarak Dia sendiri dengan para makhluk-Nya yang berada di bumi. (Kitab Annaqdl, 79). 4. Jika Allah tidak memiliki dua tangan seperti yang engkau yakini, padahal dengan kedua tangan-Nya, Dia telah menciptakan Adam dengan jalan menyentuhnya, maka berarti tidak boleh dikatakan bagi Allah, biyadikal khair (pada tangan-Mu seluruh kebaikan). (Kitab Annaqdl, 29). Dengan asumsi Wahhabi ini, maka dalam memahami ayat Kullu syai-in haalikun illa wajhahu, yang selama ini menurut pemahaman umat Islam adalah: Segala sesuatu itu akan rusak (di hari Kiamat) kecuali Dzat Allah, sedangkan menurut pemahaman Wahhabi akan terjerumus pada kesesatan arti: Segala sesuatu itu akan rusak kecuali wajah-Nya (Allah) saja. Lantas bagaimana dengan mata Allah, tangan Allah, kaki Allah dan seluruh anggota tubuh Allah selain wajah-Nya, apakah semua itu akan rusak? Di sinilah bukti kesesatan pemahaman Tajsimnya kaum Wahhabi yang bertentangan dengan aqidah umat Islam. Sedangkan ajaran Syiah Indonesia pun meyakini Tajsim pada Dzat Allah, sebagaimana yang tertera pada buku KECUALI ALI, karangan Abbas Rais Kermani yang diterbitkan oleh Penerbit Alhuda Jakarta, pada halaman 22, saat Syiah mengklaim pembicaraan Imam Ja`far Shadiq, tatkala ditanya tentang arti ayat Kullu syai-in haalikun illa wajhahu, maka Imam Ja`far Shadiq menjawab: Segala sesuatu itu akan rusak kecuali WAJAH Allah, dan Wajah Allah itu adalah Ali bin Abi Thalib. Nama buku ini diambil dari satu ayat Alquran, Kullu syai-in haalikun illaa wajhah, yang telah dirubah oleh kaum syiah menjadi: Kullu syai-in haalikun illaa Ali (Segala sesualtu itu akan rusak Kecuali Ali), lantas dipotong menjadi: KECUALI ALI, lantas dijadikan nama untuk buku karangan tokoh Syiah Imamiyah, Abbas Rais Kermani. Jadi menurut keyakinan Syiah, bahwa Ali bin Abi Thalib adalah Dzat Allah dalam bentuk manusia. Di sinilah letak kesamaan antara aqidah Syiah dengan aqidah Wahhabi. Maka tidak salah jika dikatakan, antara Wahhabi dan Syiah itu ibarat kotoran sapi dibelah dua. Bahkan aqidah Syiah ini juga sama dengan keyakinan kaum Nasrani yang mengatakan: Yesus adalah Tuhan dan Tuhan adalah Yesus. Kaum Syiah mengatakan : Ali adalah Allah dan Allah adalah Ali. Tentu saja hakikat Imam Ja`far Shadiq sebagai Ahlul Bait Nabi SAW, seorang alim, suci nan bersih dari kesyirikan, tidak akan mengatakan keyakinan semacam itu. Maka hanya pengklaiman sesat para pengikut Syiah Indonesia saja yang menisbatkan keyakinan Tajsim terhadap Dzat Allah itu kepada Imam Ja`far Shadiq.
WASPADALAH !!!
|
1. |
Pengirim: lancenkmadura - Kota: madura
Tanggal: 26/4/2013 |
|
alhamdulillah smakin bertambah pemaham saya tentang bagaimana ajaran wahabi dan syiah
sukron Ami... |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Semoga bermanfaat untuk umat. |
|
|
|
|
|
|
|
2. |
Pengirim: syahril ramadhan - Kota: jakarta selatan
Tanggal: 26/4/2013 |
|
Assalammualaikum wr wb
Pak kyai, saya mohon izin copy tulisan diatas utk saya cetak menjadi buletin jumat, tks |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami persilahkan, semoga bermanfaat untuk untuk umat. |
|
|
|
|
|
|
|
3. |
Pengirim: herman - Kota: Bogor
Tanggal: 29/4/2013 |
|
Assalamualaikum,
Sekedar informasi, di daerah balikpapan kaltim ditemukan komik anak-anak dengan nama QOMI QU, di dalam komik tersebut nama tokoh-tokoh jahatnya adalah : FAROUK, Abu Bakar, Isyah, sedangkah tokoh baiknya: Ali, fathimah, hasan, Husein.
demikian infonya.
Wassalam,
Herman |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Perlu diwaspadai. Termasuk banyak juga karangan komik anak-anak yang juga digarap oleh Jalaluddin Rahmat, tokoh Syiah sesat yang sudah beredar. |
|
|
|
|
|
|
|
4. |
Pengirim: rahman - Kota: bandung
Tanggal: 29/4/2013 |
|
saya dulu pernah tinggal di Balikpapan, Kaltim. Disana perkembangan aliran Sesat seperti WAHABI & SYIAH RAFIDAH memang sangat pesat! Namun Alhamdulillah disana juga banyak ulama sunni yang menolak paham mereka! |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Semoga warga Sunni Syafi'i semakin tegas dalam menolak aliran-aliran sempalan pendatang baru yang akan merusak moral bangsa Indonesia. |
|
|
|
|
|
|
|
5. |
Pengirim: Dani - Kota: palu
Tanggal: 29/4/2013 |
|
assalamu alaikum
ustad ada mengganjal pikiran saya sbg seorang awam setelah diskusi dgn seseorang (kayaknya dia syiah), orang tsb mengatakan terjadi sesat menyesatkan bahkan mengafirkan di antara para imam mazhab dan pembesar ulama Ahlusunnah berikut saya kutip pandangan orang tsb
---------------------------------------------------------------------
Al ‘Uqaili menyebutkan bahwa Abdullah ibn Idirs –seorang hafidz dan tokoh ulama besar Ahlusunnah mengecam Abu Hanifah dengan kata-katanya
:كـان أبو حنيفـة ضالاً مضلاً، وأبو يوسف فاسقاً من الفاسقين .“
Adalah Abu Hanifah seorang yang sesat lagi menyesatkan. Abu Yusuf adalah adalah orang fasik.”
((Adh Dhu’afâ’,4/440 dengan nomer2071))
Imam Malik berkata:
إنّ أبا حنيفة كاد الدين، ومن كاد الدين فليس له دين .
“Abu Hanifah bermakar atas agama. Dan siapa yang bermakar atas agama ia tidak beragama.”
[Adh Dhu’afâ’, al Kabîr; al ‘Uqaili,4/281 dengan nomer 1876, Tarikh Baghdad,13/422, al ‘Ilal Wa Ma’rifah ar Rijâl;Ahmad ibn Hanbal,2/547 dengan nomer 3594, 3/164 dengan nomer 4733 dan Hilyah al Awliyâ’,6/325.]
Kecaman Imam Bukhari terhadap Abu Hanifah seperti dalam data d bawah ini:
Imam Bukhari berkata
:أبو حنيفة النعمان بن ثابت قال نعيم بن حماد حدثنا يحيى بن سعيد ومعاذ بن معاذ
، سمعا سفيان الثوري يقول: أبو حنيفة استتيب من الكفر مرتين، وقال نعيم عن الفزاري: كنت عند سفيان بن عيينة فجاء نعي أبي حنيفة، فقال: الحمد لله، كـان يهـدم الإسلام عروة عروة، وما ولد في الإسلام أشر منه .“
Abu Hanifah; Nu’man ibn Tsabit. Nu’aim ibn Hammâd berkata, ‘Yahya ibn Sa’id dan Mu’adz ibn Mu’adz brrkata, ‘Kami mendengar Sufyan ats taswri berkata, ‘Abu Hanifah telah diminta bertaubat dari kekafiran sebanyak dua kali.’ Nu’ain al Fizâri berkata, ‘Aku di sisi Sufyan ats Taswi lalu datanglah berita kematian Abu Hanifah, maka ia berkata, ‘Ahlamdullah, segala puji bagi Allah. Dia (Abu Hanifah) telah merobohkan pilar Islam, pilar demi pilar. Dan tiada dilahirkan di masa Islam bayi yang lebih jahat darinya.’”[
((Al Intiqâ’ Fi Fadhâil al Aimmah al Fuqahâ’; Ibnu Abdil Barr:278.))
----------------------------------------------------------------------
Demikianlah pernyataan orang tsb, mohon pencerahannya ustadz |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Inilah salah satu bentuk kebohongan publik yang dilakukan oleh Syiah, dan kalau tidak berbohong namanya bukan Syiah, karena berbohong itu adalah salah satu dari aqidah Syiah. Dalam kitab rujukan utama Syiah yaitu Alkaafi juz 2 hal 217 disebutkan: Laa diina liman laa taqiyyata lahu/tidak beriman orang yang tidak bertaqiyyah/berbohong). Berikut ini ada cuplikan artikel mudah-mudahan bermanfaat:
PENDAPAT TENTANG KEKAFIRAN SYI'AH
Yang berpendapat bahwa Syi'ah itu kafir adalah para Imam-Imam Besar Islam, seperti: Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Bukhari dan lain-lain. Berikut ini kata-kata dari fatwa para Imam dan Ulama Islam mengenai golongan Rafidhah yang disebut dengan Itsna Asy'ariyah dan Ja'fariyah.
Pernyataan pada Makalah-makalah Para Ulama Terkenal dan pada Buku-buku Induk Mereka.
Akan dimulai dengan mengutarakan fatwa Imam Malik, kemudian Imam Ahmad, lalu Imam Bukhari. Selanjutnya saya akan utarakan fatwa Imam-imam yang lain sesuai dengan masa hidup mereka. Saya memilih fatwa para imam yang besar, atau para ulama yang hidup semasa dengan golongan Rafidhah (Syi'ah) yang tinggal dalam satu negeri atau dari kitab-kitab mereka dan dari ulama Islam yang mempelajari madzhab mereka.
Imam Malik:
Al Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar al Marwadzi, katanya: "Saya mendengar Abu Abdullah berkata, bahwa Imam Malik berkata: "Orang yang mencela[1] shahabat-shahabat Nabi, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam."[2]
Ibnu katsir berkata - dalam kaitan dengan firman Allah surah Al-Fath ayat 29:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
Ia berkata: "Dari ayat ini, dalam satu riwayat dari Imam Malik, ia mengambil satu kesimpulan bahwa golongan Rafidhah, yaitu orang-orang yang membenci para shahabat Nabi saw adalah kafir. Beliau berkata: "Karena mereka ini membenci para shahabat. Barangsiapa membenci para shahabat, maka ia adalah kafir berdasarkan ayat ini." Pendapat ini disepakati oleh segolongan ulama.[3]
Al Qurthubi berkata: "Sungguh ucapan Imam Malik itu benar dan penafsirannya pun benar. Siapa pun yang menghina seseorang Shahabat atau mencela periwayatannya,[4] maka ia telah menentang Allah, Tuhan seru sekalian alam dan membatalkan syariat kaum Muslimin.[5]
Imam Ahmad:
Beberapa riwayat diriwayatkan orang darinya tentang pendapat beliau yang mengkafirkan golongan Syi'ah.
Al Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar al Marwadzi, ia berkata: "Saya bertanya kepada Abu Abdullah tentang orang yang mencela Abu Bakar, Umar dan Aisyah? Jawabnya: Saya berpendapat bahwa dia bukan orang Islam."[6]
Al Khalal berkata: "Abdul Malik bin Abdul Hamid menceritakan kepadaku, katanya: "Saya mendengar Abu Abdullah berkata: "Barangsiapa mencela (Shahabat) maka aku khawatir ia menjadi kafir seperti halnya orang-orang Rafidhah. Kemudian beliau berkata: "Barangsiapa mencela Shahabat Nabi saw maka kami khawatir dia keluar dari Islam (tanpa disadari)."[7]
Ia berkata: "Abdullah bin Ahmad bin Hambal bercerita kepada kami, katanya: "Saya bertanya kepada ayahku perihal seseorang yang mencela salah seorang dari Shahabat Nabi Saw. Maka jawabnya: "Saya berpendapat ia bukan orang Islam".[8]
Tersebut dalam kitab As Sunnah karya Imam Ahmad, mengenai pendapat beliau tentang golongan Rafidhah: "Mereka itu adalah golongan yang menjauhkan diri dari shahabat Muhammad saw dan mencelanya, menghinanya serta mengkafirkannya kecuali hanya empat orang saja yang tiada mereka kafirkan, yaitu: Ali, Ammar, Miqdad dan Salman. Golongan Rafidhah ini sama sekali bukan Islam."[9]
Syi'ah Itsna Asy'ariyah mengkafirkan para shahabat, kecuali beberapa orang yang jumlahnya tidak melebihi jari-jari satu tangan. Mereka melaknat shahabat, baik dalam doa, saat berziarah, di tempat-tempat pertemuan mereka maupun di dalam kitab-kitab induk mereka. Mereka mengkafirkan para shahabat sampai hari Kiamat.[10]
Ibnu Abdil Qawiy berkata: "Imam Ahmad telah mengkafirkan orang-orang yang menjauhkan diri dari shahabat, orang yang mencela Aisyah, ummul Mukminin dan menuduhnya berbuat serong, padahal Allah telah mensucikannya dari tuduhan tersebut seraya beliau membaca ayat: "Allah menasehati kamu, agar kamu jangan mengulang hal seperti itu untuk selama-lamanya, jika kamu benar-benar beriman."[11]
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan di dalam kitab Majmu' al Fatawa, bahwa pernyataan mengkafirkan golongan Rafidhah seakan-akan ada perbedaan antara Imam Ahmad dan lain-lainnya.[12]
Pernyataan-pernyataan Imam Ahmad yang tersebut di atas dengan jelas memuat kata mengkafirkan mereka. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah memperingatkan duduk persoalan pendapat yang tidak mengkafirkan golongan Rafidhah (Syi'ah), karena perbuatan mereka mencela Shahabat. Dengan demikian batallah anggapan tentang pernyataan Imam Ahmad yang seakan-akan bertentangan - kafir tidaknya Syi'ah.
Selanjutnya Ibnu Taimiyyah berkata: "Adapun seseorang yang mencela shahabat dengan kata-kata yang tidak sampai mengingkari kejujuran mereka dan agama mereka, seperti mengatakan bahwa ada shahabat yang bakhil, atau penakut, atau kurang ilmunya, atau tidak zuhud dan sejenisnya, maka orang semacam ini wajib mendapatkan pengajaran dan hukuman. Tetapi kita tidak menggolongkannya sebagai orang kafir, semata-mata karena perbuatan tersebut. Demikianlah yang dimaksud oleh pernyataan kalangan ulama yang tidak mengkafirkan orang-orang yang mencela shahabat.[13]
Maksudnya, barangsiapa mencela para shahabat dengan kata-kata yang mengingkari kejujuran mereka dan agama mereka, maka ia digolongkan sebagai orang kafir oleh sebagian kalangan ulama. Kalau begitu, lalu bagaimana halnya dengan orang yang menyatakan bahwa para shahabat telah murtad?
Al Bukhari (wafat tahun 256 H)
Ia berkata: "Bagi saya sama saja, apakah aku shalat dibelakang Imam beraliran Jahm atau Rafidhah, atau aku shalat dibelakang Imam Yahudi atau Nashrani. Dan (seorang muslim) tidak boleh memberi salam kepada mereka, mengunjungi mereka ketika sakit, kawin dengan mereka, menjadikan mereka sebagai saksi dan memakan sembelihan mereka."[14]
Abdur Rahman bin Mahdi [15]
Bukhari berkata, Abdur Rahman Mahdi berkata: "Dua hal ini (mengingkari kejujuran shahabat dan menganggap mereka murtad) merupakan agama bagi golongan Jahmiyah dan Rafidhah."[16]
Al Faryabi [17]
Al Khalal meriwayatkan, katanya: "Telah menceritakan kepadaku Harb bin Ismail al Kirmani, katanya: "Musa bin Harun bin Zayyad menceritakan kepada kami, katanya: "Saya mendengar al Faryabi dan seseorang yang bertanya kepadanya tentang orang yang mencela Abu Bakar. Jawabnya: "Dia Kafir." Lalu ia berkata: "Apakah orang semacam itu boleh dishalatkan jenazahnya?" Jawabnya: "Tidak." Dan aku bertanya pula kepadanya: "Apa yang dilakukan terhadapnya, padahal orang itu juga telah mengucapkan Laa Ilaaha Illallah?" Jawabnya: "Jangan kamu sentuh (Jenazahnya) dengan tangan kamu, tetapi kamu angkat dengan kayu sampai kamu menurunkan ke liang lahatnya."[18]
Ahmad bin Yunus[19]
Beliau berkata: "Sekiranya seorang Yahudi menyembelih seekor binatang dan seorang Rafidhi (Syi'i) juga menyembelih seekor binatang, niscaya saya hanya memakan sembelihan si Yahudi, dan aku tidak mau makan sembelihan si Rafidhi. Karena dia telah murtad dari Islam."[20]
Abu Zur'ah ar Razi [21]
Beliau berkata: "Bila anda melihat seseorang merendahkan (mencela) salah seorang shahabat Rasulullah saw maka ketahuilah, bahwa orang tersebut adalah Zindiq. Karena ucapannya itu berakibat membatalkan Al Qur'an dan As Sunnah."[22]
Ibnu Qutaibah [23]
Beliau berkata: bahwa sikap berlebihan golongan Syi'ah dalam mencintai Ali tergambar di dalam perilakunya dengan melebihkan beliau di atas orang-orang yang dilebihkan oleh Nabi dan para Shahabatnya, anggapan mereka, bahwa Ali sebagai sekutu Nabi Saw dalam kenabian, dan para Imam dari keturunannya mempunyai pengetahuan tentang hal-hal yang ghaib. Pandangan seperti itu dan banyak hal-hal rahasia lainnya menjadikannya sebagai perbuatan dusta dan kekafiran, kebodohan dan kedunguan yang keterlaluan.[24]
Abdul Qadir al Baghdadi [25]
Beliau berkata: "Golongan Jarudiyah, Hisyamiyah, Jahmiyah, Imamiyah sebagai golongan pengikut hawa nafsu yang telah mengkafirkan Shahabat-shahabat terbaik Nabi, maka menurut kami mereka adalah kafir. Menurut kami mereka tidak boleh dishalatkan dan tidak sah berma'mum shalat dibelakang mereka."[26]
Beliau berkata: "Mengkafirkan mereka adalah suatu hal yang wajib, karena mereka menyatakan Allah bersifat al Badaa' (tidak tahu apa yang akan terjadi). Mereka beranggapan, bahwa Allah apabila menghendaki sesuatu, maka Allah mengetahuinya setelah sesuatu itu muncul. Mereka pun beranggapan, bahwa Allah dalam memerintahkan sesuatu (tidak tahu baik-buruknya), bila kemudian muncul (buruknya), maka dibatalkannya perintah itu.
Kami apabila melihat dan mendengar sesuatu sifat kekafiran senantiasa sifat itu melekat pada golongan Rafidhah (Syi'ah).[27]
Al Qadhi Abu Ya'la [28]
Beliau berkata: "Adapun hukum terhadap orang Rafidhah", jika ia mengkafirkan shahabat atau menganggap mereka fasik yang berarti mesti masuk neraka, maka orang semacam ini adalah kafir."[29]
Padahal golongan Rafidhah (Syi'ah) sebagaimana terbukti di dalam pokok-pokok ajaran mereka adalah orang-orang yang mengkafirkan sebagian besar Shahabat Nabi.
Ibnu Hazm
Beliau berkata: "Pendapat golongan Nashrani yang menyatakan bahwa golongan Rafidhah (Syi'ah) menuduh Al Qur'an telah diubah, maka sesungguhnya dakwaan semacam itu menunjukkan golongan Syi'ah adalah bukan muslim.[30] Karena golongan ini muncul pertama kali dua puluh lima (25) tahun setelah wafatnya Rasulullah. Ia merupakan golongan yang melakukan kebohongan dan kekafiran seperti yang dilakukan kaum Yahudi dan Nashrani."[31]
Beliau berkata: "Salah satu pendapat golongan Syi'ah Imamiyah, baik yang dahulu maupun sekarang ialah Al Qur'an itu sesungguhnya telah diubah."[32]
Kemudian beliau berkata: "Orang yang berpendapat, bahwa Al Qur'an ini telah diubah adalah benar-benar kafir dan men-dustakan Rasulullah Saw.[33]
Beliau berkata: "Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan semua kelompok umat Islam Ahlus Sunnah, Mu'tazilah, Murji'ah, Zaidiyah, bahwa adalah wajib berpegang kepada Al Qur'an yang biasa kita baca ini " Dan hanya golongan Syi'ah ekstrim sajalah yang menyalahi sikap ini. Dengan sikapnya itu mereka menjadi kafir lagi musyrik, menurut pendapat semua penganut Islam. Dan pendapat kita sama sekali tidak sama dengan mereka (Syi'ah). Pendapat kita hanyalah sejalan dengan sesama pemeluk agama kita."[34]
Beliau berkata pula: "Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah tidak pernah menyembunyikan satu kata pun atau satu huruf pun dari syariat Ilahi. Saya tidak melihat adanya keistimewaan pada manusia tertentu, baik anak perempuannya atau keponakan laki-lakinya atau istrinya atau shahabatnya, untuk mengetahui sesuatu syariat yang disembunyikan oleh Nabi terhadap bangsa kulit putih, atau bangsa kulit hitam atau penggembala kambing. Tidak ada sesuatu pun rahasia, perlambang ataupun kata sandi di luar apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah kepada umat manusia. Sekiranya Nabi menyembunyikan sesuatu yang harus disampaikan kepada manusia, berarti beliau tidak menjalankan tugasnya. Barang siapa beranggapan semacam ini, berarti ia kafir.[35]
Al Asfaraayaini [36]
Telah diriwayatkan beberapa macam aqidah Syi'ah, misalnya: Mereka mengkafirkan shahabat , Al Qur'an telah diubah dari keasliannya dan terdapat tambahan serta pengurangan, mereka menantikan kedatangan imam ghaib mereka yang akan muncul untuk mengajarkan syariat kepada mereka " beliau berkata: "Semua kelompok Syi'ah Imamiyah telah sepakat pada keyakinan sebagaimana kami sebutkan di atas." Kemudian beliau menyatakan tentang hukum mereka sebagaimana dikatakannya: "Dalam keyakinan mereka semacam itu sama sekali bukanlah merupakan ajaran Islam dan hanya berarti suatu kekafiran. Karena di dalam keyakinan semacam itu tak ada lagi sedikit pun ajaran Islam tersisa."[37]
Abu Hamid Al Ghazali [38]
Beliau berkata: Karena golongan Rafidhah[39] dalam memahami Islam itu lemah (dangkal), maka mereka melakukan kedurhakaan dengan membuat aqidah al Badaa'. Meriwayatkan dari Ali, bahwa beliau tidak mau menceritakan hal yang ghaib, karena khawatir diketahui oleh Allah, sehingga Allah akan mengubah-nya.[40] Mereka pun meriwayatkan dari Ja'far bin Muhammad, bahwa ia berkata: "Allah tidak mengetahui sesuatu kejadian dimasa datang sebagaimana hanya pada peristiwa Ismail, yaitu peristiwa penyembelihannya.[41] " Aqidah semacam ini benar-benar suatu kekafiran, dan menganggap Allah itu bodoh dan mudah terpengaruh. Hal semacam ini mustahil, karena Allah itu ilmu-Nya Maha meliputi segala sesuatu.[42]
Al-Ghazali berkata: "Seseorang yang dengan terus terang mengkafirkan Abu Bakar dan Umar -semoga Allah meridhai mereka- maka ia telah menentang dan membinasakan ijma' kaum muslimin. Padahal tentang diri mereka (para shahabat) ini terdapat ayat-ayat yang menjanjikan surga kepada mereka dan pujian bagi mereka serta mengukuhkan atas kebenaran kehidupan agama mereka, keteguhan aqidah mereka dan kelebihan mereka dari manusia-manusia lain. Kemudian kata beliau: "Bilamana riwayat yang begini banyak telah sampai kepadanya, namun ia tetap berkeyakinan bahwa para shahabat itu kafir, maka orang semacam ini adalah kafir. Karena ia telah mendustakan Rasulullah. Sedangkan orang yang mendustakan satu kata saja dari ucapan beliau, maka menurut ijma' kaum muslimin, orang tersebut adalah kafir.[43]
Al Qadhi 'Iyadh [44]
Beliau berkata: "Kita telah menetapkan kekafiran orang-orang Syi'ah yang telah berlebihan dalam keyakinan mereka, bahwa para imam mereka lebih mulia daripada Nabi."[45]
Begitu pula dihukum kafir orang yang mengatakan, bahwa Ali dan para imam sesudahnya mempunyai wewenang kenabian yang sama dengan Nabi Saw. Setiap imam Syi'ah menempati derajat sama dengan Nabi Saw. Di dalam hal kenabian dan sumber penetapan agama. Beliau menyatakan, bahwa mayoritas golongan Syi'ah berkeyakinan seperti ini.[46] Begitu juga seseorang yang mengaku-ngaku memperoleh wahyu, sekalipun tidak mengaku sebagai Nabi[47].
Beliau berkata: "Kami juga mengkafirkan siapa saja yang mengingkari Al Qur'an, walaupun hanya satu huruf atau menyatakan ada ayat-ayat yang diubah atau ditambah di dalamnya, sebagaimana keyakinan golongan Bathiniyyah dan Isma'iliyyah.[48]
As Sam'aani [49](Wafat, 562 H)
Beliau berkata: "Umat Islam telah bersepakat untuk mengkafirkan golongan imamiyah (Syi'ah) karena mereka berkeyakinan, bahwa para shahabat telah sesat, mengingkari ijma' mereka dan menisbatkan hal-hal yang patut bagi mereka."[50]& [51]
Ar Rozi [52]
Ar Rozi menyebutkan, bahwa shahabat-shahabatnya dari aliran Asyairah mengkafirkan golongan Rafidhah (Syi'ah), karena tiga alas an:
Pertama: karena mengkafirkan para pemuka kaum muslimin (para shahabat Nabi). Setiap orang yang mengkafirkan seseorang muslim, maka dia adalah kafir. Dasarnya adalah sabda Nabi Saw (artinya): "Barangsiapa berkata kepada saudaranya, hai kafir!, maka sesungguhnya salah seseorang dari keduanya atau lebih patut sebagai orang kafir."[53]
Dengan demikian mereka (golongan Syi'ah) otomatis menjadi kafir.
Kedua: mereka telah mengkafirkan suatu umat (kaum) yang telah ditegaskan oleh Rasulullah sebagai orang-orang terpuji dan memperoleh kehormatan (para shahabat Nabi).
Dengan demikian golongan Syi'ah menjadi kafir, karena mendustakan apa yang telah dikatakan oleh Rasulullah.
Ketiga: Umat Islam telah ijma' menghukum kafir siapa saja yang mengkafirkan para tokoh dari kalangan shahabat[54]
|
|
|
|
|
|
|
|
6. |
Pengirim: herman - Kota: Bogor
Tanggal: 1/5/2013 |
|
Bismillahir Rahman Rahim,
Ustadz Lutfi, saya mohon ijin untuk copas uraian ustadz lutfi untuk kesesatan syiah rafidhah, untuk saya letakkan di web ABU SALAFY yang mengaku aswaja tapi komentatornya kebanyakan RAFIDHAH.
Jazakumullah,
Herman |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami persilahkan, semoga bermanfaat untuk umat. |
|
|
|
|
|
|
|
7. |
Pengirim: Herman - Kota: Bogor
Tanggal: 3/5/2013 |
|
Bismillahirrahmanirrahim,
Ustadz Lutfi, artikel dari ustadz tentang "Pendapat Tentang Kekafiran Syiah" sudah saya masukkan di blok SYIAH ABU SALAFY. Tadi saya mengharapkan jawaban ilmiah dari mereka, pas hari ini saya cek web mereka, ternyata postingan dari ustadz telah dihapus oleh mereka. Ternyata SYIAH RAFIDHAH BIN YAHUDI tidak mampu / berani menjawab artikel dari ustadz lutfi, penakutnya mereka.
Mohon tanya, kalau di daerah bekasi atau cileungsi siapa ustadz aswaja yang sejalan dengan ustadz lutfi? lalu tahun 2011 bln Juni semua ormas aswaja berkumpul di masjid Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII), mendeklarasikan Persatuan menghadapi syiah, dari Jatim ada habib al kaff, apa waktu itu ustadz Lutfi juga hadir,
jazakumullah, herman |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Semoga Allah membuka hati mereka.
Coba akhi klik google dg kata kunci: Hasil kesepakatan FUUI Bandung tahun 2012 dalam menyikapi Syiah. Mudah2an akhi dapat tambahan ilmu. |
|
|
|
|
|
|
|
8. |
Pengirim: herman - Kota: Bogor
Tanggal: 10/5/2013 |
|
Assalamualaikum,
Ya betul ustadz sy sdh googling, ternyata ustadz duduk sbg salah seorang ketuanya.
Saya kemarin masuk ke website SYIAHALI.WORDPRESS.COM (SYIAH SAYANG NU) ternyata di sana ada artikel utama tentang murid2 habib sayyid al maliki yang dianggap sebagai provokator permusuhan SYIAH dengan NU, yang dimaksud murid oleh SYIAHALI adalah Habib al kaff dan ustadz Lutfi Bashori sendiri.
Ustadz lutfi harus menjelaskan ke warga nadhliyin tentang SYIAH yang berpura2 sayang dan bersahabat dengan NU.
Teruskan perjuangan ustadz, kami warga ahlul sunnah wal jamaah akan selalu berdoa buat ustadz lutfi dan para dai lainnya.
Wassalam,
Herman
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Lewat lisan dan tulisan kami selalu menyampaikan, ada tiga kelompok yang selalu merongrong aqidah warga Nahdhiyyin : Wahhabi, Syiah dan JIL. Ketiga golongan perlu diberantas dari lingkungan warga Nahdhiyyin. |
|
|
|
|
|
|
|
9. |
Pengirim: Misbehul munir - Kota: Kab.sampang kec.omben Desa rapa daya ponpes sabilus salam madura
Tanggal: 12/5/2013 |
|
Apa semua siah dalam memuji sayyidina ali itu sama seperti yg d tulis dalam buku nu garis lurus |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Jika kami menyebut Syiah, maka pasti yang kami maksud adalah Syiah Indonesia, karena mereka inilah yang langsung dihadapi oleh umat Islam Indonesia, yaitu Syiah Imamiyah Khomeiniyah yang disebarkan oleh para alumnus kota Qum Iran.
Kami tidak membahas kelompok2 Syiah lainnya yang berada di luar negeri, tetapi kami hanya ingin memurnikan Indonesia dari rongrongan aliran sesat khususnya Syiah Khomeiniyah.
Buku KECUALI ALI karangan orang syiah yang kami kutip adalah terbitan Penerbit Alhuda Jakarta Indonesia. |
|
|
|
|
|
|
|
10. |
Pengirim: adiya - Kota: jakarta
Tanggal: 14/5/2013 |
|
pak kiai, tapi kenapa KH Said Aqil Siradj malah menyatakan bahwa syiah tidak sesat, cuma berbeda saja? |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Tidak heran kalau Said Aqil mengatakan seperti itu karena Said Aqil mendapat kucuran dana dari Iran, dan karena Said Aqil tidak takut kepada Allah, untuk mengenal Said Aqil lebih dekat, coba akhi baca artikel kami berjudul : SAID AQIL ADALAH PEJUANG HINDU, BUDHA, KRISTEN, KHONG HUCU, |
|
|
|
|
|
|
|
11. |
Pengirim: Micko Sigit Wahono - Kota: Yogyakarta
Tanggal: 15/5/2013 |
|
Afwan sebelumnya...
Diatas anda sampaikan bahwa "Wahhabi adalah kelompok yang berafiliasi pemahamannya kepada tokoh-tokoh pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab" Kalo Pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab lahir pada tahun 1115 H dan wafat pada tahun 1206 H
harusnya namanya MUHAMMADY karena namanya Muhammad anaknya abdul wahhab .... Kalo WAHHABI itu harusnya pengikut Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum wafat pada tahun 197 H
karena namanya Abdul Wahhab Anaknya Abdirrahman jadi fans nya dinamain WAHHABI. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Itu kan aturan anda semata, padahal Bahasa Arab itu ada yang harus dipelajari secara sama'i (hasil pendengaran langsung dari lisan bangsa Arab), seperti bahasa akaluunil baraaghiits yang tidak sesuai dengan grametikal Arab, namun dipergunakan oleh bangsa Arab secara fushah.
Anda perlu bermukim di Saudi Arabiah dulu sebelum membuat definisi, dan anda harus mendengarkan langsung pembicaraan masyarakat Saudi Arabiah tentang sekte apa yang diikuti oleh Bin Baz, Bin Shalih, Utsaimin, Bin Mani' dan cs-nya? Jawabannya pasti: SEKTE WAHHABI. |
|
|
|
|
|
|
|
12. |
Pengirim: Achmad alQuthfby, SH, MH - Kota: Probolinggo
Tanggal: 16/5/2013 |
|
Pengirim: Micko Sigit Wahono - Kota: Yogyakarta
Tanggal: 15/5/2013
Afwan sebelumnya...
Diatas anda sampaikan bahwa "Wahhabi adalah kelompok yang berafiliasi pemahamannya kepada tokoh-tokoh pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab" Kalo Pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab lahir pada tahun 1115 H dan wafat pada tahun 1206 H
harusnya namanya MUHAMMADY karena namanya Muhammad anaknya abdul wahhab .... Kalo WAHHABI itu harusnya pengikut Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum wafat pada tahun 197 H
karena namanya Abdul Wahhab Anaknya Abdirrahman jadi fans nya dinamain WAHHABI.
--------------------------
kebanyakan penganut sekte bentukan Muhammad ibn Abdil Wahhâb merasa begitu gusar disebut sebagai kaum Wahhâbi alias bermadzhab Wahhâbi, sementara kalimat/istilah/penyebutan itu tidak mengandung konotasi pujian atau celaan. Ia bukan celaan, andai mereka mengaku bahwa apa yang mereka anut itu adalah sebuah mazhab. Sebab sebuah mazhab yang ditegakkan di atas dalil-dalil yang shahihah tidak akan dicemari dengan nama baru yang disandangnya atau penamaan baru yang disematkan orang kepadanya!. Kalo agak represif bicara: Terserah saja orang mau mengistilahkan apapun sekte wahabi tersebut, apalagi istilah wahabi, sekali lagi tidak mengandung celaan atau pujian.
Saya benar-benar terheran-heran terhadap para muqallidin (yang hanya pandai bertaqlid buta, tanpa kefahaman, namun tidak pernah mau mengakuinya) yang tak henti-hentinya menampakkan kegusaran mereka dan mengeluhkan bahwa istilah Wahhâbi itu sengaja digelindingkan “musuh-musuh da’wah” dengan konotasi mengejek, sementara itu perlu mereka sadari bahwa penamaan itu di luar area pertikaian. Ini yang pertama.
Kedua, berapa banyak ulama Wahhâbi sendiri menerima dengan lapang dada penamaan itu. Mereka tidak malu-malu atau enggan menyebut diri mereka sebagai Wahhâbi, bahkan sebagian mereka menulis buku atau risalah bertemakan Akidah Wahhâbiyah. Itu semua tidak semestinya dirisaukan.
Di antara ulama Wahhâbi yang menggunakan istilah atau menamakan aliran/mazhab mereka dengan nama Wahhâbi adalah Sulaiman ibn Sahmân, dan sebelumnya Muhammad ibn Abdil Lathîf. Baca kitab ad-Durar as Saniyyah,8/433, serta masih banyak lainnya. Demikian juga para pembela Wahhâbi, seperti Syeikh Hamid al Faqi, Muhammad Rasyid Ridha, Abdullah al Qashîmi, Sulaiman ad Dukhayyil, Ahmad ibn Hajar Abu Thâmi, Mas’ud an Nadawi, Ibrahim ibn Ubaid –penulis kitab at Tadzkirah- dan banyak lagi selain mereka. Mereka semua menggunakan istilah atau nama tersebut untuk merujuk kepada aliran yang dibawa Muhammad ibn Abdil Wahhâb at Tamimi an Najdi. Kendati Syeikh Hamid al Faqi terkesan meragukan i’tikad baik mereka yang menggunakan nama itu dan ia mengusulkan lebih tepatnya ajakan Muhammad ibn Abdil Wahhâb itu dinamai dengan Da’wah Muhammadiyah mengingat nama pendirinya adalah Muhammad bukan Abdul Wahhâb! Dan sikap ini diikuti oleh sebagian Misinioris dan juru da’wah serta aktifis sekte wahabi, seperti Shaleh ibn Fauzân ketika ia mengecam Abu Zuhrah dan lainnya.
sebenarnya bukan hany mas micko yang cukup alergi dengan istilah wahabi, tuntutan Syeikh Fauzân dan Hamid al Faqi agar nama Wahhâbi dijauhkan dari penggunaan dan sebagai gantinya nama Da’wah Muhammadiyah mengingat pendiri sekte ini adalah Muhammad adalah tuntutan yang aneh bin ajaib, dengan satu alasan yang sederhana, yaitu bahwa kebanyakan mazhab-mazhab yang ada di kalangan kaum Muslimin tidak dinisbatkan kepada nama pendirinya, akan tetapi dinisbatkan kepada nama ayah-ayah atau kakek-kakek mereka.
Mazhab Hanbali misalnya, dinisbatkan kepada kakek Imam Ahmad, sebab nama beliau adalah Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal. Sementara itu syeikh Fauzân dan al Faqi serta para penganut Wahhâbi tidak sediktpun memprotes penamaan tersebut, mereka tidak mengatakan bahwa mazhab Imam Ahmad itu seharusnya dinamakan dengan nama Mazhab Ahmadi!
Begitu juga dengan Mazhab Syafi’i, ia dinisbatkan kepada Syafi’ -kakek keempat Imam Syafi’i -sebab nama lengkap beliau adalah Muhammad ibn Idris ibn Abbas ibn Utsman ibn Syafi’. Lalu mengapa mereka tidak memprotesnya dengan mengatakan penamaan itu tidak benar, sebab nama pendiri mazhab itu adalah Muhammad, jadi penamaan yang tepat adalah Mazhab Muhammadi!
Begitu juga dengan Mazhab Hanafi, ia dinisbatkan kepada Abu Hanifah, sementara Hanifah itu sendiri bukan nama pendirinya, nama pendirinya adalah Nu’mân ibn Tsabit.
Hal yang sama kita jumpai dalam penamaan Mazhab Teoloqi/Kalam Asy’ari, para penganut mazhab tersebut dipanggil dengan nama Asyâ’irah (bentuk jamak Asy’ari) dengan dinisbatkan kepada Abu al Hasan al Asy’ari, sementaa nama Asy’ar adalah nama kakek Abu al Hasan yang kesekian sejak masa jahilah sebelum kedatangan Islam yang menjadi moyang bani Asya’irah, yaitu Asy’ar ibn Adad ibn Zaid ibn Yasyjab ibn Arîb ibn Zaid ibn kahlan ibn Saba’.
Dapat kita perhatikan bahwa antara Abu al Hasan –pendiri mazhab- dan Asy’ar terdapat puluhan ayah…
Selain itu, sering kita saksikan bahwa para Wahhâbiyun dengan seenaknya sendiri menyebut kelompok-kelompok tertentu dengan sebutan dan gelar dengan kesan kental mengejek, seperti al Jâmiyyîn, Al Bâziyyîn, al Quthbiyyîn, al Bannaiyyîn, al Albâniyyîn, al-Sururiyyin dan lain-lain.
Bahkan yang mengherankan ialah ternyata Shaleh ibn Fazân –yang keberatan digunakannya istilah Wahhabi- ternyata dengan serampangan menggunakan istilah Surûriyah untuk pengikut Muhammad ibn Surûr ibn Nâyif ibn Zainal Âbidîn. Mengapa ia tidak menamainya dengan nama Muhammadiyah/Muhammadi mengingat pendirinya/pimpinan kelompok itu bernama Muhammad dan bukan Surûr?!!
Namun, apa hendak dikata, kaum Wahhâbiyah tidak pernah ingin dibatasi dengan aturan main dan etika dalam berkomunikasi! Apa yang mau mereka lakukan, ya mereka lakukan, jangan ada yang menanyakan mengapa? “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS.21[Al Anbiyâ’];23)
Atau jangan-jangan keberatan mereka atas penamaan/penisbatan itu sebenarnya bersifat politis dan demi kepentingan “Da’wah Pemurnian Tauhidi ala mereka”, agar kaum awam tidak lagi mengingat potret kelam pendiri sekte Mazhab ini yang akrab dengan doktrin pengafiran dan pencucuran darah-darah suci kaum Muslimin lain selain pengikut mazhabnya, sebab kalau mereka menyadari hal itu pasti mereka akan merasa jijik terhadapnya! Bisa jadi itulah alasan hakiki dibalik keberatan itu, namum kami tidak ingin bersepekulasi atau sû’dzdzan, mungkin ada alasan lain yang luhur.
Wallahu A’lam
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Penting untuk diketahui semuanya. Terima kasih infonya. |
|
|
|
|
|
|
|
13. |
Pengirim: Micko Sigit - Kota: Yogyakarta
Tanggal: 16/5/2013 |
|
Mungkin Kita perlu menyimak dialog Ilmiah berikut ini antara Syaikh Muhammad bin Sa’ad Asy Syuwai’ir dengan para masyaikh/dosen-dosen di Universitas Islam Maroko.
Sehingga kita bisa berfikir lebih ilmuah Siapa itu wahabi..?
Apakah kita mengenalnya, atau anda hanya terbawa doktrin kebencian karena fakirnya ilmu dan membenci kemurnian islam?
Bagaimanakah sejarah penamaan mereka ?
____________________________
Salah seorang Dosen itu berkata: ”Sungguh hati kami sangat mencintai Kerajaan Saudi Arabia, demikian pula dengan jiwa-jiwa dan hati-hati kaum muslimin sangat condong kepadanya, dimana setiap kaum muslimin sangat ingin pergi kesana, bahkan antara kami dengan kalian sangat dekat jaraknya. Namun sayang, kalian berada diatas suatu Madzhab, yang kalau kalian tinggalkan tentu akan lebih baik, yaitu Madzhab Wahabi.”
============================
Kemudian Asy Syaikh dengan tenangnya menjawab: ”Sungguh banyak pengetahuan yang keliru yang melekat dalam pikiran manusia, yang mana pengetahuan tersebut bukan diambil dari sumber-sumber yang terpercaya, dan mungkin kalian pun mendapat khabar-khabar yang tidak tepat dalam hal ini.
Baiklah, agar pemahaman kita bersatu, maka saya minta kepada kalian dalam diskusi ini agar mengeluarkan argumen-argumen yang diambil dari sumber-sumber yang terpercaya,dan saya rasa di Universitas ini terdapat Perpustakaan yang menyediakan kitab-kitab sejarah islam terpercaya .Dan juga hendaknya kita semaksimal mungkin untuk menjauhi sifat Fanatisme dan Emosional.”
____________________________
Dosen itu berkata : ”saya setuju denganmu, dan biarkanlah para Masyaikh yang ada dihadapan kita menjadi saksi dan hakim diantara kita.
============================
Asy Syaikh berkata : ”saya terima, Setelah bertawakal kepada Allah, saya persilahkan kepada anda untuk melontarkan masalah sebagai pembuka diskusi kita ini.”
____________________________
Dosen itu pun berkata :
”baiklah kita ambil satu contoh, ada sebuah fatwa yang menyatakan bahwa firqoh wahabi adalah Firqoh yang sesat. Disebutkan dalam kitab Al-Mi ’yar yang ditulis oleh Al Imam Al-Wansyarisi, beliau menyebutkan bahwa Al-Imam Al-Lakhmi pernah ditanya tentang suatu negeri yang disitu orang-orang Wahabiyyun membangun sebuah masjid,”Bolehkan kita Sholat di Masiid yang dibangun oleh orang-orang wahabi itu ?? ”maka Imam Al-Lakhmi pun menjawab: ”Firqoh Wahabiyyah adalah firqoh yang sesat, yang masjidnya wajib untuk dihancurkan, karena mereka telah menyelisihi kepada jalannya kaum mu ’minin, dan telah membuat bid’ah yang sesat dan wajib bagi kaum muslimin untuk mengusir mereka dari negeri-negeri kaum muslimin ”.
(wajib kita ketahui bahwa Imam Al-Wansyarisi dan Imam Al-Lakhmi adalah ulama ahlusunnah)
Dosen itu berkata lagi :”Saya rasa kita sudah sepakat akan hal ini, bahwa tindakan kalian adalah salah selama ini,”
============================
Kemudian Asy Syaikh menjawab : ”Tunggu dulu..!! kita belum sepakat, lagipula diskusi kita ini baru dimulai, dan perlu anda ketahui bahwasannya sangat banyak fatwa yang seperti ini yang dikeluarkan oleh para ulama sebelum dan sesudah Al-Lakhmi, untuk itu tolong anda sebutkan terlebih dahulu kitab yang menjadi rujukan kalian itu !”
____________________________
Dosen itu berkata: ”anda ingin saya membacakannya dari fatwanya saja, atau saya mulai dari sampulnya ??”
============================
Asy Syaikh menjawab:”dari sampul luarnya saja.”
____________________________
Dosen itu kemudian mengambil kitabnya dan membacakannya: ”Namanya adalah Kitab Al-Mi’yar,yang dikarang oleh Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi. Wafat pada tahun 914 H di kota Fas, di Maroko.”
============================
Kemudian Asy Syaikh berkata kepada salah seorang penulis di sebelahnya:”wahai syaikh, tolong catat baik- baik, bahwa Imam Al-Wansyarisi wafat pada tahun 914 H. Kemudian bisakah anda menghadirkan biografi Imam Al- Lakhmi??”
____________________________
Dosen itu berkata:
”Ya,”kemudian dia berdiri menuju salah satu rak perpustakaan, lalu dia membawakan satu juz dari salah satu kitab-kitab yang mengumpulkan biografi ulama. Didalam kitab tersebut terdapat biografi Ali bin Muhammad Al-Lakhmi, seorang Mufti Andalusia dan Afrika Utara.
============================
Kemudian Asy Syaikh berkata : ”Kapan beliau wafat?”
Yang membaca kitab menjawab: ”beliau wafat pada tahun 478 H”
Asy Syaikh berkata kepada seorang penulis tadi: ”wahai syaikh tolong dicatat tahun wafatnya Syaikh Al-Lakhmi ” kemudian ditulis.
Lalu dengan tegasnya Asy Syaikh berkata : ”Wahai para masyaikh….!!! Saya ingin bertanya kepada antum semua …!!! Apakah mungkin ada ulama yang memfatwakan tentang kesesatan suatu kelompok yang belum datang (lahir) ???? kecuali kalau dapat wahyu????”
____________________________
Mereka semua menjawab :”Tentu tidak mungkin, Tolong perjelas lagi maksud anda !”
============================
Asy syaikh berkata lagi : ”bukankah wahabi yang kalian anggap sesat itu adalah dakwahnya yang dibawa dan dibangun oleh Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab????
____________________________
Mereka berkata : ”Siapa lagi???”
============================
Asy Syaikh berkata:”Coba tolong perhatikan..!!! Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab lahir pada tahun 1115 H dan wafat pada tahun 1206 H, …
Nah,ketika Al-Imam Al-Lakhmi berfatwa seperi itu, jauh RATUSAN TAHUN lamanya syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab belum lahir.. bahkan sampai 22 generasi keatas dari beliau sama belum yang lahir..apalagi berdakwah..
KAIF ??? GIMANA INI???
(Merekapun terdiam beberapa saat..)
____________________________
Kemudian mereka berkata:”Lalu sebenarnya siapa yang dimaksud Wahabi oleh Imam Al-Lakhmi tersebut ??” mohon dielaskan dengan dalil yang memuaskan, kami ingin mengetahui yang sebenarnya !”
============================
Asy Syaikh pun menjawab dengan tenang : ”Apakah anda memiliki kitab Al-Firaq Fii Syimal Afriqiya, yang ditulis oleh Al-Faradbil, seorang kebangsaan Francis ?”
____________________________
Dosen itu berkata:”Ya ini ada,”
============================
Asy Syaikh pun berkata :”Coba tolong buka di huruf “ wau” ..maka dibukalah huruf tersebut dan munculah sebuah judul yang tertulis “ Wahabiyyah”
Kemudian Asy Syaikh menyuruh kepada Dosen itu untuk membacakan tentang biografi firqoh wahabiyyah itu.
____________________________
Dosen itu pun membacakannya: ”Wahabi atau Wahabiyyah adalah sebuah sekte KHOWARIJ ABADHIYYAH yang dicetuskan oleh Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum Al-Khoriji Al- Abadhi, Orang ini telah banyak menghapus Syari’at Islam, dia menghapus kewajiban menunaikan ibadah haji dan telah terjadi peperangan antara dia dengan beberapa orang yang menentangnya. Dia wafat pada tahun 197 H di kota Thorat di Afrika Utara. Penulis mengatakan bahwa firqoh ini dinamai dengan nama pendirinya, dikarenakan memunculkan banyak perubahan dan dan keyakinan dalam madzhabnya. Mereka sangat membenci Ahlussunnah.
Setelah Dosen itu membacakan kitabnya
============================
Asy Syaikh berkata : ”Inilah Wahabi yang dimaksud oleh imam Al-Lakhmi, inilah wahabi yang telah memecah belah kaum muslimin dan merekalah yang difatwakan oleh para ulama Andalusia dan Afrika Utara sebagaimana yang telah kalian dapati sendiri dari kitab-kitab yang kalian miliki. Adapun Dakwah yang dibawa oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang didukung oleh Al-Imam Muhammad bin Su’ud-Rahimuhumallah-, maka dia bertentangan dengan amalan dakwah Khowarij, karena dakwah beliau ini tegak diatas kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih, dan beliau menjauhkan semua yang bertentangan dengan keduanya, mereka mendakwahkah tauhid, melarang berbuat syirik, mengajak umat kepada Sunnah dan menjauhinya kepada bid ’ah, dan ini merupakan Manhaj Dakwahnya para Nabi dan Rasul.
Syubhat yang tersebar dinegeri-negeri Islam ini dipropagandakan oleh musuh- musuh islam dan kaum muslimin dari kalangan penjajah dan selain mereka agar terjadi perpecahan dalam barisan kaum muslimin.
Sesungguhnya telah diketahui bahwa dulu para penjajah menguasai kebanyakan negeri-negeri islam pada waktu itu,dan saat itu adalah puncak dari kekuatan mereka. Dan mereka tahu betul kenyataan pada perang salib bahwa musuh utama mereka adalah kaum muslimin yang bebas dari noda yang pada waktu itu menamakan dirinya dengan Salafiyyah. Belakangan mereka mendapatkan sebuah pakaian siap pakai, maka mereka langsung menggunakan pakaian dakwah ini untuk membuat manusia lari darinya dan memecah belah diantara kaum muslimin, karena yang menjadi moto mereka adalah “PECAH BELAHLAH MEREKA, NISCAYA KAMU AKAN MEMIMPIN MEREKA ”
Sholahuddin Al-Ayubi tidaklah mengusir mereka keluar dari negeri Syam secara sempurna kecuali setelah berakhirnya daulah Fathimiyyah Al-Ubaidiyyin di Mesir, kemudian beliau (Sholahuddin mendatangkan para ulama ahlusunnah dari Syam lalu mengutus mereka ke negeri Mesir, sehingga berubahlah negeri mesir dari aqidah Syiah Bathiniyyah menuju kepada Aqidah Ahlusunnah yang terang dalam hal dalil, amalan dan keyakinan.
====================================================================================
Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum wafat pada tahun 197 H
Syaikh Al-Lakhmi wafat pada tahun 478 H
Imam Al-Wansyarisi wafat pada tahun 914 H
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab lahir pada tahun 1115 H dan wafat pada tahun 1206 H
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Panjang lebar komentar anda tidak akan mempengaruhi istilah dunia Islam terhadap para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai SEKTE WAHHABI sekalipun mereka (dan anda) berkelit dg model apapun. Coba saja klik Google dan tanyakan : Sekte apa namanya bagi para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab Annajdi ? Pasti jawabannya : SEKTE WAHHABI. Gitu looh... !
Coba perdalam bacanya kiriman Sdr. Achmad-AlQuthfby: Madzhab Hanbali diambil dari Imam Ahmad bin Hanbal, ya no problem kok bagi umat Islam, dan gak ada yang protes: Mestinya madzhab Ahmadi saja bukan madzhab Hanbali ... !
Makanya Wahhabi ya tetap Wahhabi saja, gak perlu diganti Salafi segala, wong kenyataannya memang Wahhabi. Adapun tokoh2 kontemporer sekte Wahhabi saat ini adalah : Bin Baz, Utsaimin, Shaleh Fauzan, Bin Mani', Muqbil, dll. Ciri-cirinya adalah: HOBY MEMBID'AHKAN DAN MENUDUH SYIRIK TERHADAP AMALIAH ASWAJA. |
|
|
|
|
|
|
|
14. |
Pengirim: Achmad alQuthfby, SH, MH - Kota: Probolinggo
Tanggal: 16/5/2013 |
|
Saya tegaskan bahwa jawaban Micko sama sekali tidak menyanggah argument saya. Saya akan merespon jika sanggahannya berbobot ilmiyyah dalam menyanggah argumentasi saya….
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mudan-mudahan saj sdr. Micko bersedia diskusi Ilmiah dengan sdr. Achmad Al Quthfby, pasti akan menarik bagi para pengunjung Situs Pejuang Islam. Kami persilahkan untuk dilanjut. |
|
|
|
|
|
|
|
15. |
Pengirim: herman - Kota: Bogor
Tanggal: 16/5/2013 |
|
Assalamualaikum,
Sebuah diskusi yang menarik antara akhi micko dan akhi achmad al quthfby.
Ana ambil jalan tengah aja deh: Maksud dari akhi micko adalah ingin menjelaskan bahwa ada perbedaan yang jelas dari sisi ajaran dan masa antara WAHHABY yang digagas oleh Abdul Wahhab bin Rustum al abidhy dengan gerakan dakwah dari syaikh muhammad bin abdul wahhab, berbeda jauh dalam ajaran dan masanya.
Sedangkan akhi achmad al quthfby mendiskusikan tentang penggunaan istilah WAHABBY berdasarkan kebiasaan orang menamai suatu mazhab, seperti mazhab Hanafi, Maliki, Syafie, Hambali.
Jadi yang perlu disepakati akhi berdua adalah tema sentral diskusinya dulu, apakah ingin membahas "Asal usul istilah penyematan kata wahhabi" atau " Benarkah wahhabi melakukan takfirin"
Akhi Achmadi dalam paragrap terakhir menyatakan " Atau jangan-jangan keberatan mereka atas penamaan/penisbatan itu sebenarnya bersifat politis dan demi kepentingan “Da’wah Pemurnian Tauhidi ala mereka”, agar kaum awam tidak lagi mengingat potret kelam pendiri sekte Mazhab ini yang akrab dengan doktrin pengafiran dan pencucuran darah-darah suci kaum Muslimin lain selain pengikut mazhabnya, sebab kalau mereka menyadari hal itu pasti mereka akan merasa jijik terhadapnya! Bisa jadi itulah alasan hakiki dibalik keberatan itu, namum kami tidak ingin bersepekulasi atau sû’dzdzan, mungkin ada alasan lain yang luhur.
nah klo begini sanggahan dari akhi achmadi ini pun sudah keluar jalur tema diskusi, karena paragrap2 sebelumnya hanya membahas kebiasaan umum kaum muslimin menamai suatu madzhab fikih dengan mengambil nama kakek atau buyut, sedangkan paragrap terakhir justru justifikasi sepihak.
Hayo akhi sedulur berunding dulu tema sentralnya, setelah itu saya dan teman2 pengunjung setia web yang bagus ini akan menjadi penonton dari diskusi ilmiah akhi berdua, ditunggu diskusinya ya.
Wassalam,
Herman |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Loh, kan judul dan tema pembahasan artikel kami sudah jelas yang dikritisi sdr. Micko . Kami mengatakan bahwa Bin Baz, Utsaimin, Bin Mani', Muqbil, dan cs-nya itu adalah pengikut MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB, makanya dinamakan WAHHABI, dg ciri khas SUKA MEMBID'AHKAN KAUM ASWAJA hingga MENUDUHNYA SYIRIK, padahal kaum Wahhabi sendiri adalah KAUM MUJASSIMAH. Jadi tema diskusinya ya seputar ini saja sesuai judul artikel. |
|
|
|
|
|
|
|
16. |
Pengirim: mickosigit - Kota: yogyakarta
Tanggal: 18/5/2013 |
|
afwan.....
bukan maksud saya untuk berdebat disini.
saya cuman bermaksud kiranya kita bisa saling bersatu dengan semua saudara2 kita sesama muslim yang masih berpegang teguh pada Al Qur'an dan hadits dengan pemahaman yang benar seperti yang dipahami para sahabat Rosulullah SAW, dan kita tidak terkotak-kotak dengan manhaj kita masing2.
saya lahir dan besar di lingkungan NU Jawa Timur, saya juga pernah sekolah di ponpes NU, akan tetapi saya juga aktif ikut tholabul ilmi dengan saudara2 kita dari Muhammadiyah, Ikhwanul Muslimin, Hisbut Tahrir, Mujahiddin, pernah ikut khuruj dengan temen2 Jamaah Tabligh selama 40 hari juga, pernah juga dengan temen2 shalafi (yang anda kira wahabbi)
selama mengikuti kajian di salafi belum pernah saya jumpai mereka seenaknya mengkafirkan ataupun membid'ah kan segala sesuatu semau mereka, sejauh ini yang saya tangkep dari ajaran mereka sama dengan fiqih yang lain "hukum dasar ibadah haram, kecuali ada dalil yang menghalalkannya. Hukum dasar muamallah halal selama tidak ada dalil yang mengharamkannya".
sejauh yang saya pelajari yang suka membid'ahkan dan mengkafirkan ya wahhabi yang didirikan abdul wahhab seperti yang saya sampaikan pada komentar pertama saya. sehingga marilah melalui NU garis lurus ini kita bisa lebih meningkatkan persaudaraan sesama muslim, kita tidak mudah terpecah2 oleh fitnah2 dari non muslim.
Karena Allah SWT pernah berfirman dalam Al-Quran Surah (QS) Al-Baqarah 2:120 bahwasanya Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada
kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.
sekali lagi maaf kalau kurang berkenan...... Semoga Allah SWT meridhoi setiap langkah dari sisa usia kita.... aamiin....
Mungkin kita perlu mengkaji kitab/buku At-Tanbihaat Alwaajibaat. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Anda harus tahu, bahwa Situs kami ini khusus untuk mengcounter aliran dan pemahaman sesat/menyimpang, bukan tanpa dasar. Jika anda rajin membaca semua artikel kami, maka anda akan sadar bahwa sekte Wahhabi itu ya madzhabnya kaum Wahhabi pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab.
Kami pribadi pernah bermukim 8 tahun di Saudi Arabiah, sejak tahun 1983 sampai 1991, kami sudah sangat sering mendengarkan secara langsung tokoh-tokoh Wahhabi pusat sekelas Bin Shaleh, Bin Mani', Utsaimin dan lainnya yang menvonis Syirik bagi para ahli ziarah kubur, sedangkan kami para Aktifis NU Garis Lurus adalah termasuk Ahli Ziarah Kubur.
Coba anda klik Google untuk mencari tahu tentang Fatwa Wahhabi Bogor terhadap hukum makanan suguhan perayaan Maulid Nabi SAW, niscaya anda akan mendapatkan jawaban: Termasuk Bid'ah memakan suguhan pada perayaan Maulid Nabi SAW, dan haramnya lebih haram dari pada makan Daging Babi. Padahal aktifis NU Garis Lurus adalah ahli merayakan Maulid Nabi SAW dan menyuguhkan/memakan hidangan suguhan pada Perayaan Maulid Nabi SAW.
Lantas apakah anda akan menyatukan kaum Wahhabi yang keberadaannya itu minoritas di Indonesia dengan kami kaum mayoritas penghuni negeri ini yang justru selalu diserang oleh kaum Wahhabi dengan tuduhan2 bid'ah, sesat, syirik dan haram terhadap mayoritas amaliah yang kami amalkan.
Kalau anda bijaksana dan fair, maka anda harus datangi dulu Yazid Jawas (dan cs-nya) salah satu tokoh Wahhabi Indonesia (sebagai sekte pendatang baru pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab), dan anda suruh dia (dan cs-nya) untuk bertaubat menyerang amaliah warga NU yang dia vonis sebagai amaliah bid'ah sesat, padaha kami dapat menunjukkan dalil kongkritnya dari Alquran maupun hadits, bahkan Yazid Jawas (dan Cs-nya) juga menggolongkan madzhab Tauhid Asy'ariyah dan Maturidiyah serta Shufiyah sebagai aliran sesat, padahal kami adalah penganut Asy'ariyah, Maturidiyah dan Shufiyah.
Kami tunggu HASIL karya anda untuk menyadarkan kelompok minoritas pendatang baru di bumi ASWAJA INDONESIA ini, yaitu PERTAUBATAN KAUM WAHHABI.
Kalau anda belum mampu menyadarkan kelompok minoritas itu, khususnya kalangan WAHHABI GALAK, (bukan Wahhabi JINAK), apa masih perlu anda mengomentari argumentasi kami dalam membentengi warga NU dari serangan pemecah belah MUSLIM ASLI INDONESIA SUNNI SYAFI'I ? Sekalian tolong anda baca/dengarkan juga artikel dan MP3 kami berjudul ASLI MUSLIM INDONESIA agar anda juga dapat menyadarinya, betapa pentingnya pelestarian AQIDAH warisan nenek moyang bangsa Indonesia.
Jadi, janganlah anda terlalu mendramatisirnya, terima kasih |
|
|
|
|
|
|
|
17. |
Pengirim: Achmad alQuthfby, SH, MH - Kota: Probolinggo
Tanggal: 19/5/2013 |
|
Assalamualaikum,
Sebuah diskusi yang menarik antara akhi micko dan akhi achmad al quthfby.
Ana ambil jalan tengah aja deh: Maksud dari akhi micko adalah ingin menjelaskan bahwa ada perbedaan yang jelas dari sisi ajaran dan masa antara WAHHABY yang digagas oleh Abdul Wahhab bin Rustum al abidhy dengan gerakan dakwah dari syaikh muhammad bin abdul wahhab, berbeda jauh dalam ajaran dan masanya.
Sedangkan akhi achmad al quthfby mendiskusikan tentang penggunaan istilah WAHABBY berdasarkan kebiasaan orang menamai suatu mazhab, seperti mazhab Hanafi, Maliki, Syafie, Hambali.
Jadi yang perlu disepakati akhi berdua adalah tema sentral diskusinya dulu, apakah ingin membahas "Asal usul istilah penyematan kata wahhabi" atau " Benarkah wahhabi melakukan takfirin"
Akhi Achmadi dalam paragrap terakhir menyatakan " Atau jangan-jangan keberatan mereka atas penamaan/penisbatan itu sebenarnya bersifat politis dan demi kepentingan “Da’wah Pemurnian Tauhidi ala mereka”, agar kaum awam tidak lagi mengingat potret kelam pendiri sekte Mazhab ini yang akrab dengan doktrin pengafiran dan pencucuran darah-darah suci kaum Muslimin lain selain pengikut mazhabnya, sebab kalau mereka menyadari hal itu pasti mereka akan merasa jijik terhadapnya! Bisa jadi itulah alasan hakiki dibalik keberatan itu, namum kami tidak ingin bersepekulasi atau sû’dzdzan, mungkin ada alasan lain yang luhur.
nah klo begini sanggahan dari akhi achmadi ini pun sudah keluar jalur tema diskusi, karena paragrap2 sebelumnya hanya membahas kebiasaan umum kaum muslimin menamai suatu madzhab fikih dengan mengambil nama kakek atau buyut, sedangkan paragrap terakhir justru justifikasi sepihak.
Hayo akhi sedulur berunding dulu tema sentralnya, setelah itu saya dan teman2 pengunjung setia web yang bagus ini akan menjadi penonton dari diskusi ilmiah akhi berdua, ditunggu diskusinya ya.
Wassalam,
Herman
-----------------------------
Paradigma pemikiran wahabi itu mengusung konsep takfir dan istihlal dima’ wa amwal al-mukhalifin (pengkafiran dan penghalalan darah dan harta benda kaum Muslimin di luar alirannya).
Bahwa Wahhabi itu mengkafirkan dan menghalalkan darah kaum Muslimin, itu bukan kata saya. Tetapi itu pernyataan Syaikh Muhammad, pendiri aliran Wahhabi
Misalnya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata:
“Aku pada waktu itu tidak mengerti makna la ilaha illallah dan tidak mengerti
agama Islam, sebelum kebaikan yang dianugerahkan oleh Allah. Demikian pula
guru-guruku, tidak seorang pun di antara mereka yang mengetahui hal tersebut.
Barangsiapa yang berasumsi di antara ulama Aridh (Riyadh) bahwa ia
mengetahui makna la ilaha illallah atau mengetahui makna Islam sebelum waktu
ini, atau berasumsi bahwa di antara guru-gurunya ada yang mengetahui hal
tersebut, berarti ia telah berdusta, mereka-reka (kebohongan), menipu manusia
dan memuji dirinya dengan sesuatu yang tidak dimilikinya.” (Ibn Ghannam,
Tarikh Najd hal. 310).
Dalam pernyataan di atas, jelas sekali Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
menyatakan bahwa sebelum ia menyebarkan faham Wahhabi, ia sendiri tidak
mengerti makna kalimat la ilaha illallah dan tidak mengerti agama Islam. Bahkan
tidak seorang pun dari guru-gurunya dan ulama manapun yang mengerti makna
kalimat la ilaaha illallah dan makna agama Islam. Pernyataan ini menunjukkan
bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengkafirkan guru-gurunya,
semua ulama dan mengkafirkan dirinya sebelum menyebarkan faham Wahhabi.
Pernyataan tersebut ditulis oleh muridnya sendiri, Syaikh Ibn Ghannam dalam
Tarikh Najd hal. 310.
Dalam kitab Kasyf al-Syubuhat hal. 29-30, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
berkata: “Ketahuilah bahwa kesyirikan orang-orang dulu lebih ringan dari pada
kesyirikan orang-orang masa kita sekarang ini.” Maksudnya kaum Muslimin di
luar golongannya itu telah syirik semua. Kesyirikan mereka melebihi kesyirikan
orang-orang Jahiliyah. Sebagaimana ia tulis dalam kitab Kasyf al-Syubuhat, kitab
pendiri Wahhabi yang paling ekstrem dan paling keras dalam mengkafirkan
seluruh kaum Muslimin selain golongannya.
Dalam kitab al-Durar al-Saniyyah fi al-Ajwibat al-Najdiyyah, kumpulan fatwafatwa
ulama Wahhabi sejak masa pendirinya, yang di-tahqiq oleh Syaikh
Abdurrahman bin Muhammad bin Qasim, ulama Wahhabi kontemporer, ada
pernyataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, bahwa ilmu fiqih dan kitabkitab
fiqih madzhab empat yang diajarkan oleh para ulama adalah ilmu syirik,
sedangkan para ulama yang menyusunnya adalah syetan-syetan manusia dan
jin. (Al-Durar al-Saniyyah, juz 3 hal. 56). Pernyataan Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab ini berarti pembatalan dan pengkafiran terhadap kaum Muslimin
yang mengikuti madzhab fiqih yang empat.
Dalam berbagai kitab dan risalahnya, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
selalu menyebutkan kalimat-kalimat yang ditujukan kepada orang-orang musyrik.
Namun ia tidak pernah menyebut seorang pun nama orang musyrik yang
menjadi lawan polemiknya dalam kitab-kitab dan tulisannya. Justru yang ia
sebutkan adalah nama-nama para ulama terkemuka pada waktu itu seperti
Syaikh Ibn Fairuz, Marbad al-Tamimi, Ibn Suhaim, Syaikh Sulaiman dan ulamaulama
lainnya. Maksudnya, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengkafirkan
seluruh ulama pada waktu itu yang tidak mengikuti ajarannya. Bahkan secara
terang-terangan, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menyebutkan dalam
kitab Kasyf al-Syubuhat, bahwa kaum Muslimin pada waktu itu telah memilih
mengikuti agamanya Amr bin Luhay al-Khuza’i, orang yang pertama kali
mengajak orang-orang Arab memuja berhala.
Pengkafiran terhadap kaum Muslimin terus dilakukan oleh ulama Wahhabi
dewasa ini. Dalam kitab Kaifa Nafhamu al-Tauhid, karangan Muhammad bin
Ahmad Basyamil, disebutkan:
“Aneh dan ganjil, ternyata Abu Jahal dan Abu Lahab lebih banyak tauhidnya
kepada Allah dan lebih murni imannya kepada-Nya dari pada kaum Muslimin
yang bertawassul dengan para wali dan orang-orang saleh dan memohon
pertolongan dengan perantara mereka kepada Allah. Ternyata Abu Jahal dan
Abu Lahab lebih banyak tauhidnya dan lebih tulus imannya dari mereka kaum
Muslimin yang mengucapkan tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasul
Allah.” (Muhammad bin Ahmad Basyamil, Kaifa Nafhamu al-Tauhid, hal. 16).
Dalam pernyataan tersebut, Basyamil menganggap bahwa kaum Muslimin selain
Wahhabi, lebih syirik dari pada Abu Jahal dan Abu Lahab. Kitab karya Basyamil
ini dibagi-bagikan secara gratis oleh tokoh-tokoh Wahhabi kepada siapapun
yang berminat.
Wahhabi itu hanya istilah yang sematkan oleh kalangan non wahabi terhadap orang yang anti tahlil, maulid, dll.. Bebas saja orang memberikan istilah terhadap suatu golongan. Karena yang gencar menyebarkan faham anti tahlil, maulid, dll tsb adalah Abdullah Ibn Abdul Wahhab maka mayoritas Ulama Ahlussunnah menamakannya sbg Wahabi. Dan org-org yg pndptnya sama dg anti tahlil, maulid, dll maka yang diistilahkan sbg wahabi agar mudah masyakarat modern dalam memahaminya.
Anda tdk berada ditengah namun anda cenderung miring ke wahabi micko
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Alhamdulillah, Akhi Ahmad Alquthfby sudah merespon komentar positif Akhi Herman, rupanya tinggal menunggu jawaban Sdr. Mikco dalam diskusi ilmiah dengan pembahasan yang sesuai fakta di lapangan, bukan sekedar membaca buku Tambihaat Waajibaat. |
|
|
|
|
|
|
|
18. |
Pengirim: ACHMAD ALQUTHFBY, SH, MH - Kota: Probolinggo
Tanggal: 19/5/2013 |
|
Pengirim: mickosigit - Kota: yogyakarta
Tanggal: 18/5/2013
afwan.....
bukan maksud saya untuk berdebat disini.
saya cuman bermaksud kiranya kita bisa saling bersatu dengan semua saudara2 kita sesama muslim yang masih berpegang teguh pada Al Qur'an dan hadits dengan pemahaman yang benar seperti yang dipahami para sahabat Rosulullah SAW, dan kita tidak terkotak-kotak dengan manhaj kita masing2.
saya lahir dan besar di lingkungan NU Jawa Timur, saya juga pernah sekolah di ponpes NU, akan tetapi saya juga aktif ikut tholabul ilmi dengan saudara2 kita dari Muhammadiyah, Ikhwanul Muslimin, Hisbut Tahrir, Mujahiddin, pernah ikut khuruj dengan temen2 Jamaah Tabligh selama 40 hari juga, pernah juga dengan temen2 shalafi (yang anda kira wahabbi)
selama mengikuti kajian di salafi belum pernah saya jumpai mereka seenaknya mengkafirkan ataupun membid'ah kan segala sesuatu semau mereka, sejauh ini yang saya tangkep dari ajaran mereka sama dengan fiqih yang lain "hukum dasar ibadah haram, kecuali ada dalil yang menghalalkannya. Hukum dasar muamallah halal selama tidak ada dalil yang mengharamkannya".
sejauh yang saya pelajari yang suka membid'ahkan dan mengkafirkan ya wahhabi yang didirikan abdul wahhab seperti yang saya sampaikan pada komentar pertama saya. sehingga marilah melalui NU garis lurus ini kita bisa lebih meningkatkan persaudaraan sesama muslim, kita tidak mudah terpecah2 oleh fitnah2 dari non muslim.
Karena Allah SWT pernah berfirman dalam Al-Quran Surah (QS) Al-Baqarah 2:120 bahwasanya Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada
kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.
sekali lagi maaf kalau kurang berkenan...... Semoga Allah SWT meridhoi setiap langkah dari sisa usia kita.... aamiin....
Mungkin kita perlu mengkaji kitab/buku At-Tanbihaat Alwaajibaat
----------------------------
anda tdk menjawab argumentasi saya. Justru sangat disayangkan anda hidup di kalangan NU Jatim Negeri Para Kyai kok malah terengaruh doktrinasi salafi/wahabi.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami persilahkan Sdr. Mikco merespon dengan fokus pada tema yang telah dikritiknya terdahulu dari tulisan kami. |
|
|
|
|
|
|
|
19. |
Pengirim: Kyai - Kota: Probolinggo
Tanggal: 19/5/2013 |
|
Bahkan pernyataan ulama terkemuka dari empat madzhab, Hanafi, Maliki,
Syafi’i dan Hanbali, menegaskan bahwa golongan Wahhabi termasuk
Khawarij bukan Ahlussunnah Wal-Jama’ah.
Dari kaum Wahhabi kontemporer tidak sedikit terlontar pernyataan
tokoh-tokoh mereka yang menistakan generasi salaf secara parsial (juz’i). Syaikh
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, misalnya menganggap sahabat Bilal bin al-
Harits al-Muzani radhiyallahu anhu telah musyrik, dalam komentarnya terhadap
kitab Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari karena melakukan istighatsah di
makam Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada masa Khalifah Umar bin al-
Khaththab radhiyallahu anhu. Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin dalam
fatwanya, menganggap al-Imam al-Nawawi dan al-Hafizh Ibn Hajar al-’Asqalani
bukan pengikut Ahlussunnah.
Syaikh Nashir al-Albani dalam fatwanya mengkafirkan al-Imam al-Bukhari karena
melakukan ta’wil terhadap ayat mutasyabihat dalam al-Qur’an. Dalam kitab al-
Tawassul Ahkamuhu wa Anwa’uhu, al-Albani juga mencela Sayyidah ‘Aisyah,
dan menganggapnya tidak mengetahui kesyirikan. Syaikh Ahmad bin Sa’ad bin
Hamdan al-Ghamidi, menganggap al-Imam al-Hafizh al-Lalika’i, pengarang kitab
Syarh Ushul I’tiqad Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah, tidak bersih dari kesyirikan.
Demikian sekelumit contoh penistaan tokoh-tokoh Wahhabi terhadap generasi
salaf dan para ulama terkemuka secara parsial.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Ini juga respon positif yang sangat bermanfaat untuk catatan Sdr. Mikco. Mudah2an Akh. Herman juga bisa ikut nimbrung dalam diskusi yang menarik ini. |
|
|
|
|
|
|
|
20. |
Pengirim: Kyai - Kota: Probolinggo
Tanggal: 19/5/2013 |
|
ULAMA WAHABI MENAMPAR KERAS KAUM WAHABI YANG MENOLAK NAMA WAHABI
Kaum awam Wahabi dewasa ini banyak yang menolak nama Wahabi sebagai nama aliran mereka. Mereka mengklaim, bahwa nama mereka adalah Salafi. Padahal nama ini berkembang di kalangan Wahabi sejak tahun 1930 Masehi, sejak digunakan oleh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha sebagai nama gerakan pembaharuan mereka.
Ditulis oleh Sulaimah bin Sahman , ulama Wahabi yang tuna netra pada era awal-awal berdirinya Kerajaan Saudi Arabia, dan diterbitkan oleh penerbit al-Manar di Mesir, milik Rasyid Ridha, yang cenderung Wahabi. Dalam cover tersebut jelas sekali, aliran mereka memang bernama Wahabi, bukan Salafi. Kitab tersebut berjudul lengkap, AL-HADIYYAH AS-SANIYYAH WA AT-TUHFAH AL-WAHHABIYYAH AN-NAJDIYYAH (HADIAH YANG LUHUR, ANUGERAH KAUM WAHABI NAJD), KARYA SULAIMAN BIN SAHMAN.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Artikel dan info yang bagus, agar dipahami oleh Sdr. Mikco, sekalipun belum merespon ulang. |
|
|
|
|
|
|
|
21. |
Pengirim: Kyai - Kota: Probolinggo
Tanggal: 19/5/2013 |
|
Dakwah ajaran Wahabi adalah dakwah ajaran baru, dari kantongnya sendiri, dakwah radikal yang dibungkus dengan nama tauhid dan sunnah. Bukti bahwa dakwah Wahabi adalah ajaran baru, pernyataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, dalam sebuah risalah yang ditulisnya, dan diabadikan oleh Syaikh al-‘Ashimi dalam himpunan al-Durar al-Saniyyah fi al-Ajwibah al-Najdiyyah, dia mengeluarkan fatwa berikut ini:
وَأَنَا أُخْبِرُكُمْ عَنْ نَفْسِيْ وَاللهِ الَّذِيْ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ، لَقَدْ طَلَبْتُ الْعِلْمَ، وَاعْتَقَدَ مَنْ عَرَفَنِيْ أَنَّ لِيْ مَعْرِفَةً، وَأَنَا ذَلِكَ الْوَقْتَ، لَا أَعْرِفُ مَعْنَى لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَلَا أَعْرِفُ دِيْنَ الْإِسْلَامِ، قَبْلَ هَذَا الْخَيْرِ الَّذِيْ مَنَّ اللهُ بِهِ؛ وَكَذَلِكَ مَشَايِخِيْ، مَا مِنْهُمْ رَجُلٌ عَرَفَ ذَلِكَ. فَمَنْ زَعَمَ مِنْ عُلَمَاءِ الْعَارِضِ: أَنَّهُ عَرَفَ مَعْنَى لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، أَوْ عَرَفَ مَعْنَى الْإِسْلاَمِ قَبْلَ هَذَا الْوَقْتِ، أَوْ زَعَمَ مِنْ مَشَايِخِهِ أَنَّ أَحَدًا عَرَفَ ذَلِكَ، فَقَدْ كَذِبَ وَافْتَرَى، وَلَبَّسَ عَلَى النَّاسِ، وَمَدَحَ نَفْسَهُ بِمَا لَيْسَ فِيْهِ.
“Aku kabarkan kepada kalian tentang diriku, demi Allah yang tiada Tuhan selain-Nya, aku telah menuntut ilmu, dan orang yang dulu mengenalku meyakini aku memiliki pengetahuan, padahal aku pada waktu itu belum mengerti makna la ila illallah, dan aku tidak mengetahui agama Islam, sebelum memperoleh kebaikan yang Allah karuniakan ini. Demikian pula guru-guruku, tak seorang pun di antara mereka yang mengetahui hal tersebut. Barangsiapa yang menyangka dari ulama daerah ‘Aridh (Riyadh), bahwa ia mengetahui makna la ilaha illallah atau mengetahui makna Islam sebelum waktu sekarang ini, atau menyangka bahwa di antara guru-gurunya ada yang mengetahui hal tersebut, maka ia telah berdusta, berbuat-buat, menipu manusia dan memuji dirinya dengan sesuatu yang tidak ada padanya.” (al-Durar al-Saniyyah fi al-Ajwibah al-Najdiyyah, juz 10 hal. 51, terbitan Riyadh Saudi Arabia tahun 1996).
Pernyataan Muhammad bin Abdul Wahhab tersebut mengandung beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1) Sebelum menyebarkan ajaran Wahabi, Muhammad bin Abdul Wahhab mengaku belum mengetahui makna la ilaaha illallaah dan belum mengerti agama Islam. Pernyataan ini secara tidak langsung menganggap bahwa dirinya termasuk orang kafir sebelum menyebarkan ajaran Wahabi. Bukankah syarat seorang Muslim harus mengerti makna kalimat laa ilaaha illallaah?
2) Tidak seorang pun dari ulama Riyadh dan guru-gurunya yang mengetahui makna laa ilaaha illallaah dan mengetahui agama Islam. Pernyataan ini berarti mengkafirkan semua guru-gurunya dan semua ulama yang ada.
3) Ajaran Wahabi yang didakwahkannya, tidak ia pelajari dari guru-gurunya, akan tetapi ia terima dari Allah sebagai karunia. Di sini kita patut mempersoalkan, bagaimana caranya Muhammad bin Abdul Wahhab menerima ajaran Salafi-Wahabi tersebut dari Allah? Apabila ia memperoleh ajaran tersebut dari wahyu, secara tidak langsung ia mengaku nabi, dan tidak ada bedanya antara dia dengan Mirza Ghulam Ahmad al-Qadiyani. Hal ini tidak mungkin terjadi dan ia akui bagi dirinya. Apabila ia menerimanya bukan dari wahyu, maka kemungkinan ia menerimanya dari setan, dan hal ini tidak mungkin ia akui. Dan ada kemungkinan ia terima dari pikirannya sendiri, yang tidak ada jaminan bahwa hasil pikirannya tersebut dipastikan benar sebagaimana hasil pikiran para nabi. Demikian tersebut bertentangan dengan metode kaum Muslimin dalam menerima ilmu agama, dimana ilmu agama mereka terima melalui mata rantai sanad, dari guru ke guru sebelumnya secara berkesinambungan sampai kepada Rasulullah SAW. Ustadz-ustadz Wahabi biasanya hafal pernyataan al-Imam Ibnu al-Mubarak, “al-isnaad minaddiin, sanad termasuk bagian dari agama.” Jadi ilmuanya pendiri Wahabi, tidak punya sanad.
Paparan di atas menyimpulkan bahwa ajaran Salafi-Wahabi, berdasarkan testimoni pendirinya, tidak diperoleh dari para ulama, akan tetapi ia peroleh dari hasil pemikirannya sendiri, dan dianggapnya sebagai anugerah dari Allah, lalu kemudian ia doktrinkan kepada para pengikutnya. Karena pendiri Salafi-Wahabi tidak mengakui keilmuan para ulama, termasuk guru-gurunya sendiri. Bahkan secara terang-terangan ia mengatakan, bahwa sebelum lahirnya dakwah Salafi-Wahabi, tidak seorangpun ulama –termasuk guru-gurunya-, yang mengetahui makna la ilaha illallah dan mengetahui agama Islam. Hal ini berarti pengkafiran terhadap seluruh ulama dan umat Islam dan mengkafirkan dirinya sendiri.
Muhammad bin Abdul Wahhab menganggap ilmu fiqih termasuk ilmu syirik, dan ulama fiqih sebagai syetan manusia dan jin. Muhammad bin Abdul Wahhab berkata:
{اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَاباً مِنْ دُونِ اللَّهِ} الآية [سورة التوبة آية: 31] ، فسرها رسول الله صلى الله عليه وسلم والأئمة بعده بهذا الذي تسمونه الفقه، وهو الذي سماه الله شركا واتخاذهم أربابا، لا أعلم بين المفسرين في ذلك اختلافا. والحاصل: أن من رزقه الله العلم، يعرف أن هذه المكاتيب التي أتتكم، وفرحتم بها، وقرأتموها على العامة، من عند هؤلاء الذين تظنون أنهم علماء، كما قال تعالى: {وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّاً شَيَاطِينَ الْأِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً} [سورة الأنعام آية: 112] ، إلى قوله: {وَلِتَصْغَى إِلَيْهِ أَفْئِدَةُ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ} [سورة الأنعام آية: 113]
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah”. Rasulullah SAW dan para imam sesudahnya menafsirkan ayat tersebut dengan ilmu yang kalian namakan ilmu fiqih, itulah yang Allah namakan syirik, dan menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan, aku tidak menemukan perbedaan di kalangan ahli tafsir mengenai makna tersebut. Kesimpulannya, orang yang diberikan rizqi ilmu oleh Allah, akan tahu bahwa catatan-catatan yang datang kepada kamu, kamu gembira dengannya dan kalian bacakan kepada orang-orang awam, dari mereka yang kalian anggap sebagai ulama, sebagaimana Allah SWT berfirman: “112. dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)[499]. 113. dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu”. (al-Durar al-Saniyyah fi al-Ajwibah al-Najdiyyah, juz 2 hal. 59, terbitan Riyadh Saudi Arabia tahun 1996).
Dalam pernyataan Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi al-Qarni di atas, ada beberapa kesimpulan yang perlu digarisbawahi;
1) Muhammad bin Abdul Wahhab menganggap ilmu fiqih sebagai ilmu syirik.
2) Pendapat tersebut menurutnya sebagai penafsiran dari ayat 31 surah al-Taubah, tanpa ada perselisihan di kalangan ulama ahli tafsir manapun. Tentu saja ini murni kebohongan Muhammad bin Abdul Wahhab. Silahkan Anda lihat kitab al-Durr al-Mantsur, karya al-Imam Jalaluddin al-Suyuthi, yang mengutip semua penafsiran ulama Salaf terhadap ayat tersebut, tidak satu pun di antara mereka yang menafsirkan ayat 31 surah al-Taubah, dengan ilmu fiqih sebagai ilmu syirik. Tetapi Muhammad bin Abdul Wahhab menganggap penafsirannya sebagai penafsiran final dan disepakati oleh seluruh ahli tafsir.
3) Para ulama fiqih menurutnya, tak obahnya setan-setan manusia dan jin
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Info tambahan yang sangat bermanfaat bagi para pengunjung, khususnya untuk Sdr. Mikco. |
|
|
|
|
|
|
|
22. |
Pengirim: ACHMAD ALQUTHFBY, SH, MH - Kota: Probolinggo
Tanggal: 19/5/2013 |
|
Sayyid Muhammad Ibn Alwy al Maliky (Guru dari KH. Luthfi Bashori Alwy) pernah dikafirkan oleh Ibnu Mani’ dalam kitabnya Hiwar ma’ al-Maliki, yang diberi kata pengantar oleh Syaikh Bin Baz.
Disisi lain, sebagaimana dimaklumi, para ulama terkemuka bersaksi bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab bukan orang yang alim. Ia tumbuh sebagai pemalas untuk mempelajari ilmu fiqih, sebagaimana dipaparkan dalam kitab al-Suhub al-Wabilah, yang diterbitkan di Saudi Arabia. Oleh karenanya, dia tidak pakar dalam ilmu fiqih maupun dalam ilmu hadits. Al-Imam al-Muhaddits Muhammad Anwar Syah al-Kasymiri, ahli hadits dari India berkata dalam kitabnya Faidh al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, juz 1, hal 252, bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab seorang yang bodoh, sedikit ilmu, sehingga mudah mengkafirkan banyak orang
Bukti bahwa Wahabi mengkafirkan orang yang tawasul, seorang ulama Wahabi di daerah kami di Jawa Timur, bergelar doctor alumni Universitas Wahabi Madinah, menyebarkan kitab berjudul Kaifa Nafhamu al-Tauhid, karya Muhammad bin Ahmad Basymil. Pada halaman 16 kitab tersebut tertulis begini:
“Mengherankan dan terasa aneh, ternyata Abu Jahal dan Abu Lahab lebih mantap tauhidnya kepada Allah, dan lebih tulus imannya kepada-Nya, daripada kaum Muslimin yang bertawasul dengan para auliya dan orang-orang shaleh, dan beristighatsah dengan mereka.” (Kaifa Nafhamu al-Tauhid, karya Muhammad bin Ahmad Basymil, hal, 16).
Dalam pernyataan di atas, Wahabi tersebut memposisikan umat Islam yang bertawasul dan beristighatsah lebih buruk daripada nasib Abu Jahal dan Abu Lahab, laa haula walaa quwwata illaa billaah. Anehnya, ketika saya bertemu dalam forum dialog terpaksa di Kota Sumenep, doktor Wahabi tersebut, ketika kami desak mengapa dia mengkafirkan kaum Muslimin yang bertawasul, ternyata dia mengutip pernyataan Muhammad bin Abdul Wahhab yang membolehkan tawasul. Sepertinya pernyataan Muhammad bin Abdul Wahhab yang pro tawasul hanya dijadikan bahan bertaqiyyah dalam kondisi tertentu. Padahal doktor tersebut lah yang menyebarkan kitab Kaifa Nafhamu al-Tauhid kepada para mahasiswa nya di Jember
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mohon maaf, sebenarnya kami ingin menyampaikan masalah ini, namun rasanya kurang elok jika kami sebagai murid langsung dari Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki, lantas kami sendiri yang mengatakan bahwa tokoh Wahhabi kontemporer Ibnu Mani' telah mengkafirkan guru kami yang mulia Abuya Asayyid Muhammad Alwi Almaliki Alhasani, dengan alasan karena ada kekhawatiran bahwa hanya kemarahan hawa nafsu sematalah yang akan keluar, bukan dalam konteks ilmiah. Karena itu kami ucapkan ribuan terima kasih kepada Akhi Achmad Alquthfby yang berkenan mengangkatnya dalam forum diskusi ini sebagai bukti ilmiah khususnya untuk Sdr. mikco. |
|
|
|
|
|
|
|
23. |
Pengirim: MIcko Sigit - Kota: Yogyakarta
Tanggal: 20/5/2013 |
|
Menurut Saya, Al-Wahabiyah merupakan firqah sempalan Ibadhiyah khawarij yang timbul pada abad ke 2 (dua) Hijriyah (jauh sebelum masa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab), yaitu sebutan Wahabi nisbat kepada tokoh sentralnya Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum yang wafat tahun 211 H. Wahabi merupakan kelompok yang sangat ekstrim kepada ahli sunnah, sangat membenci syiah dan sangat jauh dari Islam.
Untuk menciptakan permusuhan di tengah Umat Islam, kaum Imperialisme dan kaum munafikun memancing di air keruh dengan menyematkan baju lama (Wahabi) dengan berbagai atribut penyimpangan dan kesesatannya untuk menghantam dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau setiap dakwah mana saja yang mengajak untuk memurnikan Islam. Karena dakwah beliau sanggup merontokkan kebatilan, menghancurkan angan-angan kaum durjana dan melumatkan tahta agen-agen asing, maka dakwah beliau dianggap sebagai penghalang yang mengancam eksistensi mereka di negeri-negeri Islam.
Contohnya: Inggris mengulirkan isue wahabi di India, Prancis menggulirkan isu wahabi di Afrika Utara, bahkan Mesir menuduh semua kelompok yang menegakkan dakwah tauhid dengan sebutan Wahabi, Italia juga mengipaskan tuduhan wahabi di Libia, dan Belanda di Indonesia, bahkan menuduh Imam Bonjol yang mengobarkan perang Padri sebagai kelompok yang beraliran Wahabi. Semua itu, mereka lakukan karena mereka sangat ketakutan terhadap pengaruh murid-murid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang mengobarkan jihad melawan Imperialisme di masing-masing negeri Islam.
Tuduhan buruk yang mereka lancarkan kepada dakwah beliau hanya didasari tiga faktor:
1. Tuduhan itu berasal dari para tokoh agama yang memutarbalikkan kebenaran, yang hak dikatakan bathil dan sebaliknya, keyakinan mereka bahwa mendirikan bangunan dan masjid di atas kuburan, berdoa dan meminta bantuan kepada mayit dan semisalnya termasuk bagian dari ajaran Islam. Dan barangsiapa yang mengingkarinya dianggap membenci orang-orang shalih dan para wali.
2. Mereka berasal dari kalangan ilmuwan namun tidak mengetahui secara benar tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan dakwahnya, bahkan mereka hanya mendengar tentang beliau dari pihak yang sentimen dan tidak senang Islam kembali jaya, sehingga mereka mencela beliau dan dakwahnya sehingga memberinya sebutan Wahabi.
3. Ada sebagian dari mereka takut kehilangan posisi dan popularitas karena dakwah tauhid masuk wilayah mereka, yang akhirnya menumbangkan proyek raksasa yang mereka bangun siang malam.
Dan barangsiapa ingin mengetahui secara utuh tentang pemikiran dan ajaran Syaikh Muhammad (Abdul Wahab) maka hendaklah membaca kitab-kitab beliau seperti Kitab Tauhid, Kasyfu as-Syubhat, Usul ats-Tsalatsah dan Rasail beliau yang sudah banyak beredar baik berbahasa arab atau Indonesia.
Penulis: Ustadz Zainal Abidin, Lc. Dan Artikel ini sebelumnya dipublikasikan oleh KORAN REPUBLIKA, edisi Selasa, 25 Agustus 2009.Dipublikasi ulang oleh muslim.or.id.
http://muslim.or.id/manhaj/wahabisme-versus-terorisme.html
FATWA AL-LAKHMI DITUJUKAN KEPADA WAHABI (ABDUL WAHHAB BIN ABDURRAHMAN BIN RUSTUM) SANG TOKOH KHAWARIJ BUKAN KEPADA SYAIKH MUHAMMAD ABDUL WAHAB
Mengenai fatwa Al-Imam Al-Lakhmi yang dia mengatakan bahwa Al-Wahhabiyyah adalah salah satu dari kelompok sesat Khawarij. Maka yg dia maksudkan adalah Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum dan kelompoknya bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya. Hal ini karena tahun wafat Al-Lakhmi adalah 478 H sedangkan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab wafat pada tahun 1206 H /Juni atau Juli 1792 M. Amatlah janggal bila ada orang yg telah wafat namun berfatwa tentang seseorang yg hidup berabad-abad setelahnya. Adapun Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum maka dia meninggal pada tahun 211 H. Sehingga amatlah tepat bila fatwa Al-Lakhmi tertuju kepadanya. Berikut Al-Lakhmi merupakan mufti Andalusia dan Afrika Utara dan fitnah Wahhabiyyah Rustumiyyah ini terjadi di Afrika Utara. Sementara di masa Al-Lakhmi hubungan antara Najd dgn Andalusia dan Afrika Utara amatlah jauh. Sehingga bukti sejarah ini semakin menguatkan bahwa Wahhabiyyah Khawarij yg diperingatkan Al-Lakhmi adl Wahhabiyyah Rustumiyyah bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya. [Lihat kitab Al-Mu’rib Fi Fatawa Ahlil Maghrib, karya Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi, juz 11.]
Penulis: Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Lc. Syariah Manhaji 24 – Maret – 2006 20:20:30
Perbedaan Da’wah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum Dan Da’wah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab
1.Da’wah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum (Khawarij)
Khawarij adalah salah satu kelompok dari kaum muslimin yang mengkafirkan pelaku maksiat (dosa besar), membangkang dan memberontak terhadap pemerintah Islam, dan keluar dari jama’ah kaum muslimin.
Termasuk dalam kategori Khawarij, adalah Khawarij generasi awal (Muhakkimah Haruriyah) dan sempalan-sempalannya, seperti al-Azariqah, ash-Shafariyyah, dan an-Najdat –ketiganya sudah lenyap– dan al-Ibadhiyah –masih ada hingga sekarang–. Termasuk pula dalam kategori Khawarij, adalah siapa saja yang dasar-dasar jalan hidupnya seperti mereka, seperti Jama’ah Takfir dan Hijrah. Atas dasar ini, maka bisa saja Khawarij muncul di sepanjang masa, bahkan betul-betul akan muncul pada akhir zaman, seperti telah diberitakan oleh Rasulullah.
“Pada akhir zaman akan muncul suatu kaum yang usianya rata-rata masih muda dan sedikit ilmunya. Perkataan mereka adalah sebaik-baik perkataan manusia, namun tidaklah keimanan mereka melampaui tenggorokan Maksudnya, mereka beriman hanya sebatas perkataan tidak sampai ke dalam hatinya – red. Mereka terlepas dari agama; maksudnya, keluar dari ketaatan – red sebagaimana terlepasnya anak panah dari busurnya. Maka di mana saja kalian menjumpai mereka, bunuhlah! Karena hal itu mendapat pahala di hari Kiamat.” (HR. Al Bukhari no. 6930, Muslim no. 1066)
Lihat kelengkapannya Di Link berikut
http://alqiyamah.wordpress.com/2008/06/22/khawarij-bahaya-laten-bagi-kaum-muslimin/
2. Da’wah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab (Ahlussunnah Wal Jama’ah)
Alangkah baiknya kami paparkan terlebih dahulu penjelasan singkat tentang hakikat dakwah yang beliau serukan. Karena hingga saat ini ‘para musuh’ dakwah beliau masih terus membangun dinding tebal di hadapan orang-orang awam, sehingga mereka terhalang untuk melihat hakikat dakwah sebenarnya yang diusung oleh beliau.
Syaikh berkata,
“Segala puji dan karunia dari Allah, serta kekuatan hanyalah bersumber dari-Nya. Sesungguhnya Allah ta’ala telah memberikan hidayah kepadaku untuk menempuh jalan lurus, yaitu agama yang benar; agama Nabi Ibrahim yang lurus, dan Nabi Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Alhamdulillah aku bukanlah orang yang mengajak kepada ajaran sufi, ajaran imam tertentu yang aku agungkan atau ajaran orang filsafat.
Akan tetapi aku mengajak kepada Allah Yang tiada sekutu bagi-Nya, dan mengajak kepada sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah diwasiatkan kepada seluruh umatnya. Aku berharap untuk tidak menolak kebenaran jika datang kepadaku. Bahkan aku jadikan Allah, para malaikat-Nya serta seluruh makhluk-Nya sebagai saksi bahwa jika datang kepada kami kebenaran darimu maka aku akan menerimanya dengan lapang dada. Lalu akan kubuang jauh-jauh semua yang menyelisihinya walaupun itu perkataan Imamku, kecuali perkataan Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam karena beliau tidak pernah menyampaikan selain kebenaran.” (Kitab ad-Durar as-Saniyyah: I/37-38).
“Alhamdulillah, aku termasuk orang yang senantiasa berusaha mengikuti dalil, bukan orang yang mengada-adakan hal yang baru dalam agama.” (Kitab Muallafat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab: V/36).
Lihat kelengkapannya di Link berikut
http://muslim.or.id/manhaj/buku-putih-syaikh-muhammad-bin-abdul-wahab-1.html
http://muslim.or.id/manhaj/buku-putih-syaikh-muhammad-bin-abdul-wahab-2.html
http://muslim.or.id/aqidah/inilah-aqidah-syaikh-muhammad-bin-abdul-wahhab.html
Jadi menurut saya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab bukan wahabi dan wahabi bukan dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Akan tetapi Wahabi dari Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum
Demikian pula menurut saya Salafy bukan wahabi dan wahabi bukan Salafy karena berbeda dalam Aqidah dan Manhaj
Dan negara Kerajaan Saudi Arabia bukan negara wahabi. Akan tetapi Negara Islam yang Bermanhaj Salaf
Saya memang bukan dari Salafi
tetapi, Jika Saudara2 Saya Seiman (SALAFI) Masih Anda Tuduh WAHABI, Insya Allah Saya akan menolak.
Tidak ada maksud saya untuk mendebat, akan tetapi hanya Karena saya tidak ingin adanya perpecahan diantara umat ini.....
wallahu a’lam bishawab.... |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kepada Sdr. Mikco, tolong satu pertanyaan kami pribadi anda jawab secara ringkas, karena pertanyaannya juga ringkas:
Syeikh Bin Baz dan Syeikh Bin Mani' itu termasuk WAHHABI atau termasuk apa ? Kalau bukan Wahhabi, lantas mengapa kedua tokoh ini mengkafirkan Abuya Assyayid Muhammad bi Alwi Almaliki Alhasani, tokoh ASWAJA Pelestari Maulid Nabi SAW dan amaliah2 yang sesuai dengan warga NU Indonesia ? |
|
|
|
|
|
|
|
24. |
Pengirim: herman - Kota: Bogor
Tanggal: 20/5/2013 |
|
Assalamualaikum,
afwan Ustadz Lutfi, saya baru buka website ustadz pagi ini. Jadi saya permisi mau nimbrung lagi.
Menarik sekali respon dari Akhi Micko, Akhi Achmad dan Akhi Kyai, semuanya jadi menambah wawasan saya, sukron atas komen ke 3 akhi.
Saya sebagai ahlul sunnah waljamaah awam atau grass root tidak mempermasalahkan perdebatan antara NU (mayoritas) dan WAHHABY (minoritas).
Insya Allah dalam peraktek keseharian, saya berusaha mempraktekkan ajaran rasulullah melalui 4 imam madzhab, saya tidak fanatik dalam satu mazhab, tetapi semuanya, yang penting sama2 ahlul sunnah wal jamaah.
Jika ada teman NU ngajak saya maulidan, saya ikut. Jika ada teman wahaby saya ngajak ngaji kitab hadits umdahtul ahkam, saya juga ikut. Jika ada teman wahaby bilang maulid bidah, saya katakan ke dia maulid itu adalah ijtihad Imam Ibnu Hajar dan Imam As Suyuthi ahlul sunnah wal jamaah. Jika teman NU bilang wahaby mujasimmah, saya katakan itu masalah ijtihad ulama dalam madzhab hambali (syaikhul islam, ibnu rajab dan lain2)
Saya ambil jalan tengah aja, Allah subhanahu wataala yang maha mengetahui kebenaran yang mutlak. Jadi perbedaan mayoritas dan minoritas tidak mempengaruhi saya dalam amaliah dan ibadah.
Dalam praktik keseharian sudah ada contoh kerjasama yang bagus antara mayoritas dan minoritas, contohnya:
1. Ustadz Yusuf Mansyur dalam acara khataman alquran mengundang qori terkenal syaikh saad al ghomidi dari saudi arabia, pastilah ustadz yusuf mansyur juga sdh tahu, tetapi dalam kerangka ukhuwah islamiah tidak mengapa.
2. Ustadz kita, ustadz lutfi bashori juga dalam rangka amar makruf nahi mungkar membendung SYIAH juga bermuamalah dengan ustadz Prof. DR. Daud Rasyid dan Ustadz Farid Okbah, keduanya adalah bermanhaj SALAFY, tetapi tidak mengapa dan bagus dalam kerangka persatuan dan persaudaraan.
Itu saja saudara sedulur seakidah, sukron untuk ustadz saya Ustadz Lutfi atas kebaikannya mengijinkan saya ikutan nimbrung.
sukron. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Judul dan topik yang kami angkat dalam artikel ini sudah benar dan sesuai dengan realita di lapangan, karena itu mohon jangan ada yang marah (sewot) dengan isinya. Kami hanya menyampaikan info yang perlu diketahui oleh umat Islam. Coba akhi klik google dengan kata kunci: Wahhabi adalah kaum mujassimah, pasti akhi akan mendapat bukti-bukti nyata jika Wahhabi adalah kaum mujassimah.
Bahkan yang ramai dibahas oleh kaum Wahhabi di internet adalah Allah itu menetap/bertempat di langit.
Coba klik saja di google, pasti muncul aqidah Wahhabi yang berkeyakinan jika Allah itu berada/menetap di langit, padahal keyakinan ini adalah keyakinan kaum Mujassimah.
Coba tengok juga salah satu keyakinan tokoh Wahhabi, yaitu Addarimi Alwahhabi (ini bukan nama Imam Addarimi ulama Sunni Ahli hadits). Addarimi Alwahhabi menulis buku tentang sifat Allah dengan menyebutkan:
ALLAH TURUN DARI ARSY MENUJU KE KURSI-NYA.
(kitab Annaqdl, halaman 73, terbitan Darul Kutub Al-ilmiyah yang dita`liq oleh Muhammad Hamid Alfaqiy). Pernyataan Addarimi Alwahhabi ini jelas-jelas menisbatkan kepemilikan jasmani yang dilakukan oleh pentolan Wahhabi terhadap Dzat Allah.
Addarimi Alwahhabi menggambarkan, bahwa Arys-nya Allah itu berada di satu tempat, sedangkan kursi-nya Allah itu berada di tempat yang letaknya lebih rendah daripada Arsy. Lantas Allah yang di dalam firman-Nya menyatakan Arrahmaanu `alal `arsyis tawaa, diterjemahkan oleh kaum Wahhabi sbb: Allah itu duduk di atas Asry. Kemudian digambarkan oleh Addarimi Alwahhabi, bahwa terkadang Allah itu turun dari Arsy-Nya menuju Kursi-Nya yang berada di langit lebih rendah. Karena sudah dimaklumi bahwa Allah menciptakan langit itu berlapis hingga tujuh tingkat.
Inti dari ajaran Aqidah Wahhabi adalah, mereka meyakini bahwa Allah versi Wahhabi itu memiliki bentuk tubuh, dan saat ini Allah sedang berada di langit. Terkadang Allah duduk-duduk di-Arsy-Nya, namun tak jarang Allah ingin jalan-jalan turun menuju ke langit yang tingkatnya lebih rendah, karena Allah akan menikmati suasana istirahat duduk-duduk di kursi-Nya.
Lantas apa bedanya aqidah Wahhabiyah ini dengan keyakinan para penyembah berhala-berhala. Tuhan-tuhan berhala itu sengaja dibuat oleh tangan mereka dalam bentuk patung yang memiliki bentuk jasmani. Mereka berasumsi bahwa dengan tampaknya bentuk tuhan di depan mata, maka lebih memudahkan mereka untuk menyembah dan mengingtnya, lantaran sudah ketemu bentuk tubuh tuhannya itu.
Begitu looh...!
|
|
|
|
|
|
|
|
25. |
Pengirim: Achmad alQuthfby, SH, MH - Kota: Probolinggo
Tanggal: 21/5/2013 |
|
Di Indonesia orang yang anti tahlil, maulid, dll dijuluki sebagai wahhabi. Dan julukan itu terserah org yg menjuluki. Mau dijuluki apapun itu…. Terserah yang menjuluki…. Dan tidaklah salah jika julukan tsb nisbatnya kepada Muhammad Ibn Abdul Wahhab juga mengusung faham anti tahlil, maulid, dll. Sebagaimana dulu anti tahlil, maulid, dll dijuluki sebagai Muhammadiyah. dan perlu ditegaskan bahwa kalimat/istilah/penyebutan itu tidak mengandung konotasi pujian atau celaan. Lagi pula banyak ulama Wahhâbi sendiri menerima dengan lapang dada penamaan itu. Mereka tidak malu-malu atau enggan menyebut diri mereka sebagai Wahhâbi, bahkan sebagian mereka menulis buku atau risalah bertemakan Akidah Wahhâbiyah. Itu semua tidak semestinya dirisaukan dan digalaukan. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Benar sekali, kami juga sejatinya lebih fokus membahas subtansi masalah bahwa, salah besar pemahaman Bin Baz, Bin Mani', Shaleh Fauzan, Bin Shaleh dan cs-nya terhadap amaliah2 warga NU (Sunni Syafi'i) yg mereka vonis sebagai amaliah bid'ah dhalalah. Di sisi lain para penuduh ini ternyata justru adalah pengikut paham MUJASSIMAH yang tak kurang dan tak lebih dari aqidah Wahhabiyah. |
|
|
|
|
|
|
|
26. |
Pengirim: Kyai - Kota: Probolinggo
Tanggal: 21/5/2013 |
|
Julukan wahhabi hanya istilah untuk sekedar membedakan bahwa kelompok yang beristilah wahhabi tsb adalah kelompok anti tawassul, istighasah, tahlil, maulid, dll.
lantas apa yang perlu dipersoalkan?????? mau diistilahkan apa itu ya terserah yang mengistilahkan, hanya utk sekedar istilah pembedaan.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Merk sebuah produk yg sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia, sering kali mengalahkan substansi aslinya. (di tempat kami, banyak orang menyebut Mesin Pompa Air itu dg sebutan Sanyo, padahal Sanyo adalah sebuah merk dagang. Bahkan ada pembeli yang mengatakan : Saya beli SANYO merk DOP... ! Maksudnya beli Pompa Air merk DOP. Seperti juga banyak orang yang mengatakan : Beli air Aqua merk Ades.
Jadi sah-sah sajalah Bin Baz, Utsaimin, Yazid Jawas dan cs-nya disebut KAUM WAHHABI. |
|
|
|
|
|
|
|
27. |
Pengirim: aswaja belajaran - Kota: sidoarjo
Tanggal: 21/5/2013 |
|
menarik diskusi antara mas micko dengan mas muhammad Al Qut...
masalah penama'an yang mas micko merasa keberatan sebenarnya kerap kali jadi bahan pembahasan, bahkan kisah dialog tersebut di tempat diskusi kita, kita anggep hanya sebagai dongeng untuk membela diri...
kesimpulan dari diskusi kita mengenai dongeng tersebut dari berbagai rujukan yang diambil bahwa :
~ Firqah yang difatwakan sesat oleh Al-Lakhmi dalam dongeng adalah ajaran yang dinisbahkan kepada Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum yang bernama Wahhabiyyah, tapi kenyataan nya dalam rujukan kitab itu, bukan bernama Wahhabiyyah tapi Wahbiyyah.
~ Wahbiyyah bukan nisbah kepada Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum, tapi nisbah kepada Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi.
~ Wahbiyyah dan Wahhabiyyah adalah dua nama untuk dua ajaran yang berbeda dan masa berbeda.
~ Wahhabi atau Wahhabiyyah yang telah difatwakan sesat oleh Ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah semua Madzhab, sejak kemunculan nya sampai sekarang adalah ajaran Syekh Muhammad bin Abdil Wahhab At-Tamimi An-Najdi, dan tidak ada hubungan dengan fatwa Al-Lakhmi.
~ Ada misi di balik dongeng tersebut, mereka ingin membela ajaran Syekh mereka dengan cara berdusta dan membodohi para pengikut setia mereka, dan mengalihkan semua Fatwa Ulama hlus Sunnah Waljama’ah kepada ajaran lain yang hampir serupa nama nya dalam penulisan dan bacaan nya.
~ Fatwa Ulama Ahlus Sunnah seluruh Madzhab, ditujukan kepada ajaran Syekh Muhammad bin Abdil Wahhab An-Najdi, yakni ajaran Salafi-Wahabi.
~ Wahabi dalam dongeng tersebut tidak ada hubungan dengan Salafi-Wahabi, bukan sebagai bukti sesat nya atau tidak sesat nya.
~ Wahhabi yang sesungguhnya hanya ada satu yakni ajaran Syekh Muhammad bin Abdil Wahhab At-Tamimi An-Najdi, karena ajaran Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum tidak pernah dinamakan dengan nama Wahhabi kecuali hanya dalam dongeng itu saja.
untuk selengkapnya bisa dibaca di http://warkopmbahlalar.com/4378/dongeng-populer-wahhabiyyah-rustumiyyah/
===========================
satu lagi, bahkan di khasiah as Showy surat al fathir ayat 7 (jilid 3) di tulis jelas menyebut wahhabiyah ,, sayang ana beli termasuk yang di tahrif sehingga tampak segaris kosong... ketika ceck di yang asli akan tampak keliatan kalimat و هم فرقة بأرض الحجاز يقال لهم الوهابية . ...."hilang"
Salam santun wat semuanya...
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Maasyaa-allah. Ternyata Wahbiyah dan Wahhabiyah adalah dua hal yang berbeda. Jadi janganlah kita mudah terkecoh dengan permainan kata-kata. Terima kasih atas respon sahabat Aswaj belajaran. |
|
|
|
|
|
|
|
28. |
Pengirim: Kyai - Kota: Probolinggo
Tanggal: 21/5/2013 |
|
Julukan wahhabi hanya istilah untuk sekedar membedakan bahwa kelompok yang beristilah wahhabi tsb adalah kelompok anti tawassul, istighasah, tahlil, maulid, dll. Dan telah terbukti bahwa banyak ulama wahhabi sendiri yang bangga dg istilah itu.
Terserah yang menjuluki dong, mau menjuluki apa. Dan tidak salah julukan wahhabi tsb tersematkan kpd gol anti tahlil, maulid, istighasah, tawassul, tabarruk, dll. krn memang ajaran yg diusung Muhammad Ibn Abdul Wahhab memang begitu. Istilah tsb menjadi salah ketika Muhammad Ibn Abdul Wahhab ternyata tdk anti tahlil, maulid, dll. faham?
Kalo masih ga faham ya terserah anda sudah, brrti anda perlu banyak belajar.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Terima kasih sdr. Kyai, semakin diperjelas komentarnya, semakin bermanfaat. |
|
|
|
|
|
|
|
29. |
Pengirim: Kyai - Kota: Probolinggo
Tanggal: 21/5/2013 |
|
apalah arti sebuah nama, bila paham nya melenceng dari Al-Quran Hadits, bila pemahaman nya sangat jauh dari paham Ahlus sunnah Waljama’ah, bila paham nya telah di fatwakan sesat oleh Ulama Ahlus Sunnah, seribu kali gonta-ganti nama tetap saja itu ajaran yang sama, karena permasalahan nya bukan pada nama, apapun nama yang mereka gelari untuk diri mereka tidak akan dapat mengubah apapun buat kebaikan diri mereka sendiri. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Yang lebih parah, jika memiliki hobi mengkafirkan umat Islam Aswaja, khususnya terhadsap para pengikut Sunni Syafi'i. |
|
|
|
|
|
|
|
30. |
Pengirim: Kang Ajid - Kota: Indonesia
Tanggal: 21/5/2013 |
|
Ketakutan mereka disebut Wahhabi disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
– Karena sejarah kelam dakwah Syeikh mereka yang di bantu oleh Dinasti King Sa’ud / Saudi.
– Karena telah ada fatwa-fatwa para Ulama Ahlus Sunnah terhadap paham Wahhabi yakni paham yang dibawa oleh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab.
– Karena sudah terdeteksi mereka ingin menipu orang awam dengan nama terkenal untuk paham yang baru, agar orang menyangka bahwa itu ajaran murni menurut Al-Quran Hadits.
– Karena kedok mereka telah terbongkar dalam kitab para Ulama Ahlus Sunnah.
– Karena nama Wahabi / Wahhabi telah dikotori oleh para pendahulu mereka.
– Karena itulah mereka berusaha agar tetap aman walaupun sudah terdeteksi sebagai musuh Islam dari dalam.
– dan masih banyak lagi kemungkinan yang terselubung.
Terlepas dari siapa yang menamakan ajaran mereka itu dengan Wahhabi, dan kapan pertama kali muncul nama itu, harusnya yang mereka bela bukanlah hanya sebatas nama atau sebutan saja. Tapi ada yang lebih penting dari itu yakni Tauhid mereka yang jauh dari ajaran Rasulullah dan para Sahabatnya. Fitnah mereka terhadap para Ulama Salaf, kontradiksi dalam ajaran mereka sendiri bahkan antara satu Syaikh dengan Syaikh yang lain, kesesatan dalam ajaran mereka sendiri, distorsi kitab-kitab para Ulama yang bertentangan dengan mereka, yang semuanya belum bisa mereka pertanggung-jawabkan kepada Ummat Islam sedunia. Tidak ada gunanya buang waktu untuk melenyapkan nama Wahabi yang telah terkenal buat dakwah mereka sejak kemunculannya. Bahkan para Syaikh mereka telah mengakui nama Wahabi tersebut walaupun itu dianggap hanya sebagai sebutan dari musuh mereka.
Syaikh Wahabi Mengakui Nama Wahabi
Ketika para Juhala’ Wahabi tertipu dan terus menipu dengan sekte bahwa mereka bukan Wahabi, ternyata telah ada Syaikh Wahabi yang mengakuinya. Berikut ini akan kami sampaikan pengakuan tersebut, agar tidak adalagi Talbis konyol ini.
1.Syaikh Ahmad ibn ‘Hajar al-Butami dalam Biografi Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab yang juga ditashhihkan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Bazz, mengakui Wahhabi adalah ajaran Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab.
– Di halaman 59 disebutkan :
فقامت الثورات على يد دعاة الوهابيين
[maka tegaklah revolusi di atas tangan para da'i Wahhabi.......]
- Di halaman 60 disebutkan :
على أساس من الدعوة الدينية الوهابية في مكة
[atas dasar dari dakwah agama wahhabi di Mekkah.........]
– Di halaman 60 juga disebutkan :
فلما التقى بالوهابيين
[manakala berjumpa dengan para Wahhabi...........]
– Di halaman 60 juga disebutkan :
استطاع هؤلاء المسلمون الوهابيون
[sangguplah mereka orang Islam Wahhabi............]
– Di halaman 60 juga disebutkan :
من المبادئ الوهابية
[dari dasar-dasar Wahhabi............]
- Di halaman 60 juga disebutkan :
ولكن الدعوة الوهابية
[tetapi dakwah Wahhabi............]
– Di halaman 60 juga disebutkan :
يدينون بالإسلام على المذهب الوهابي
[mereka beragama dengan Islam atas Mazhab Wahhabi......]
Cukup tujuh saja kita ambil dari kitab Syaikh Wahabi tersebut, dan kita cari dalam kitab Syaikh Wahabi lain. Yaitu dalam kitab Syaikh Dr.Muhammad Khalil Al-Harras yang berjudul: ”Al-Harakatul Wahhabiyah” dari nama kitabnya saja sudah jujur yaitu “Gerakan Wahhabi”. Mari kita buka kitabnya….
– Di halaman 11 disebutkan :
اسس الحركة الوهابية
[Dasar-dasar gerakan Wahhabi...................]
- Di halaman 14 disebutkan :
الحركة الوهابية تدعو الي توكيد التوحيد
[gerakan Wahhabi menyeru kepada menguatkan Tauhid..........]
– Di halaman 17 disebutkan :
الحركة الوهابية تدعو الي سبيل ربها
[gerakan Wahhabi menyeru kepada jalan Tuhan nya.........]
- Di halaman 21 disebutkan :
فلماذا تنسب الوهابية وحدها الى المبالغة
[kenapa Wahhabi saja yang dinisbahkan kepada berlebihan........]
– Di halaman 22 disebutkan :
لايقع على الوهابية
[tidak terjadi atas Wahhabi....................]
– Di halaman 30 disebutkan :
ان الوهابية لم تقم للاجتهاد فى الفروع
[sesungguhnya Wahhabi tidak tegak untuk ijtihad dalam masalah furu'...........]
- Di halaman 43 disebutkan :
للدعوة الوهابية
[bagi dakwah Wahhabi]
Cukup tujuh juga dari kitab tersebut, mari kita cari lagi dari kitab Syaikh Wahabi yang lain. Ternyata sangat banyak kitab-kitab Syaikh Wahabi yang mengakui penamaan Wahhabi untuk dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab An-Najdi, diantaranya:
– Syaikh Muhammad Hamid Al-Fiqi dalam kitab Atsarud da’watil wahhabiyah.
– Syaikh Umar Abu Nashri dalam kitab Ibnu Sa’ud.
– Syaikh Muhammad Kurdi Ali dalam kitab Al-Qadim wal-Hadits.
– Syaikh Muhammad Jamil Baiham dalam kitab al-Halqah al-Mafqudah fi Tarikh Arab.
– Syaikh Abdul Karim Al-Khathibi dalam kitab Muhammad ibn Abdil Wahhab.
– dan masih banyak lagi.
Para pembesar Wahabi telah mengakui penamaan Wahabi tersebut terhadap ajaran yang di bawakan oleh Syaikh Mohd bin Abdil Wahhab. Meski sebagian ada yang mengatakan itu sebutan musuh Syaikh terhadap dakwah Syaikh, sebagian lagi ada yang beralasan itu nisbah yang mukhalafah qiyas atau syaz. Biar pun tidak menerima sepenuhnya, tapi para Juhala’ Wahabi justru konyol dengan tidak mengakui sama sekali. Karena biar pun itu nisbah yang mukhalafah qiyas atau penamaan dari musuh, tetap itu nama resmi/tidak resmi untuk dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Najdi yang mereka agungkan itu.
Lalu kenapa marah jika mereka disebut WAHABI? Dengan mengetahui fakta-fakta yang tak terbantahkan itu tentunya mereka malu sehingga menjadi minder dalam pergaulan sesama muslim sedunia, sehingga mereka berusaha dengan berbagai cara untuk gonta-ganti nama dan buat menyebut diri mereka sendiri. Dari sebutan MUWAHID sehingga yang terakhir mereka menyebut dirinya SALAFY.
Akahirnya dengan menimbang fakta-fakta yang diungkap di atas, ada dua opsi buat mereka untuk dipilih:
1- Tetap sebagai WAHABI
2- Bertobat
Jika demikian kenapa mereka tidak memilih opsi paling menentramkan hatinya dan aman, yaitu BERTOBAT? Akan tetapi jika masih ngotot memilih “Tetap sebagai WAHABI” maka bagi pemilih opsi ini katakanlah dengan Bangga: “Ana Wahabi Why Not?” Tetapi jika boleh kami sarankan, janganlah menutup diri, teruslah berusaha mencari kebenaran dan berhentilah berdakwah secara licik dan terkesan ada yang dirahasiakan. Kenapa harus menyampaikan kebenaran dengan cara yang tidak benar, na’uzubillah.
wallahul muwaffiq ila aqwamit thoriq. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Menyimak dan sepakat. Terima kasih. |
|
|
|
|
|
|
|
31. |
Pengirim: micko sigit - Kota: yogyakarta
Tanggal: 21/5/2013 |
|
Kepada Sdr. Mikco, tolong satu pertanyaan kami pribadi anda jawab secara ringkas, karena pertanyaannya juga ringkas:
Syeikh Bin Baz dan Syeikh Bin Mani' itu termasuk WAHHABI atau termasuk apa ? Kalau bukan Wahhabi, lantas mengapa kedua tokoh ini mengkafirkan Abuya Assyayid Muhammad bi Alwi Almaliki Alhasani, tokoh ASWAJA Pelestari Maulid Nabi SAW dan amaliah2 yang sesuai dengan warga NU Indonesia ?
-----------------------------------------------------------------
1. Syeikh Bin Baz dan Syeikh Bin Mani' itu termasuk WAHHABI atau termasuk apa ?
• SYEIKH BIN BAZ
Menurut saya, Syaikh Bin Baz adalah seorang tokoh ahli fiqih, dengan nama lengkap adalah Abdul ‘Aziz Bin Abdillah Bin Muhammad Bin Abdillah Ali (keluarga) Baz. Lahirkan di kota Riyadh pada bulan Dzulhijah 1330 H.
Guru Beliau
1) Syaikh Muhammad Bin Abdil Lathif Bin Abdirrahman Bin Hasan Bin Asy Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab, seorang hakim di kota Riyadh.
2) Syaikh Hamid Bin Faris, seorang pejabat wakil urusan Baitul Mal, Riyadh.
3) Syaikh Sa’d, Qadhi negeri Bukhara, seorang ulama Makkah – Ilmu tauhid
4) Samahatus Syaikh Muhammad Bin Ibrahim Bin Abdul Lathief Alu Syaikh - aqidah, fiqih, hadits, nahwu, faraidh (ilmu waris), tafsir, sirah.
Fiqih
Dalam memahami fiqih beliau memakai thariqah (mengikuti ) Ahmad Bin Hanbal rahimahullah. Akan tetapi bukan taklid buta kepada beliau, akan tetapi mengikuti dasar-dasar pemahaman yang beliau tempuh. Adapun dalam menghadapi ikhtilaf ulama, beliau memakai metodologi tarjih, kalau dapat ditarjih dengan mengambil dalil yang paling shahih. Demikian pula ketika saya mengeluarkan fatwa, khususnya bila ditemukan silang pendapat di antara para ulama baik yang mencocoki pendapat Imam Ahmad atau tidak. Karena AL HAQ itulah yang pantas diikuti. Allah berfirman (yang artinya -red), “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah dia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul-Nya (As Sunnah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (An Nisa:59)”
Amanah Resmi yang pernah diemban :
1) Hakim dari tahun 1357 - 1371 H
2) Pengajar Ma’had Ilmi Riyadh tahun 1372 - 1380 H.
3) Wakil Rektor Universitas Islam Madinah pada tahun 1381-1390 H.
4) Rektor Universitas Islam Madinah pada tahun 1390 - 1395 H.
5) Pada tahun 1395 H diangkat menjadi pimpinan umum yang berhubungan dengan penelitian ilmiah, fatwa-fawa, dakwah dan bimbingan keagamaan
Jabatan berbagai organisasi keIslaman lain seperti:
1) Anggota Kibarul Ulama di Makkah.
2) Ketua Lajnah Daimah (Komite Tetap) terhadap penelitian dan fatwa dalam masalah keagamaan di dalam lembaga Kibarul Ulama tersebut.
3) Anggota pimpinan Majelis Tinggi Rabithah ‘Alam Islami.
4) Pimpinan Majelis Tinggi untuk masjid-masjid.
5) Pimpinan kumpulan penelitian fiqih Islam di Makkah di bawah naungan organisasi Rabithah ‘Alam Islami.
6) Anggota majelis tinggi di Jami’ah Islamiyah (universitas Islam -red), Madinah.
7) Anggota lembaga tinggi untuk dakwah Islam yang berkedudukan di Makkah.
AKIDAH DAN MANHAJ DAKWAH
Akidah dan manhaj dakwah Syaikh ini tercermin dari tulisan atau karya-karyanya.
Misalnya buku Aqidah Shahihah yang menerangkan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, menegakkan tauhid dan membersihkan sekaligus memerangi kesyirikan dan pelakunya.
Pembelaannya kepada sunnah dan kebenciannya terhadap kebid’ahan tertuang dalam karya beliau yang ringkas dan padat, berjudul At Tahdzir ‘alal Bida’.
Sedangkan perhatian (ihtimam) dan pembelaan beliau terhadap dakwah salafiyah tidak diragukan lagi. Beliaulah yang menfatwakan bahwa firqatun najiyah (golongan yang selamat) adalah yang berpegang dengan kitabullah dan sunnah Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hal suluk (perilaku) dan akhlaq serta aqidah.
Beliau tetap gigih memperjuangkan dakwah ini di tengah-tengah rongrongan syubhat para da’i penyeru ke pintu neraka di negerinya khususnya dan luar negeri beliau pada umumnya, hingga al haq nampak dan kebatilan dilumatkan.
Agaknya ini adalah bukti kebenaran sabda Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam (yang artinya), “Akan tetap ada pada umatku kelompok yang menampakkan kebenaran (al haq), tidak memudharatkan mereka orang yang mencela atau menyelisihinya”
• SYEIKH BIN MANI'
Maaf saya kurang begitu tahu berkenaan dengan beliau
Kesimpulan : Menurut saya Syeikh Bin Baz Salafi, Bukan Wahabbi.
2. Kalau bukan Wahhabi, lantas mengapa kedua tokoh ini mengkafirkan Abuya Assyayid Muhammad bi Alwi Almaliki Alhasani, tokoh ASWAJA Pelestari Maulid Nabi SAW dan amaliah2 yang sesuai dengan warga NU Indonesia ?
Maaf mengenai permasalahan Abuya Assyayid Muhammad bi Alwi Almaliki Alhasani tidak pas kalau saya berkomentar di Wet ini, karena itu keluar dari niat awal saya. Tapi saya sudah posting berkenaan Abuya Assyayid Muhammad bi Alwi Almaliki Alhasani di Web temen2 salafi, Karena tujuan saya saat ini memang satu Temen2 NU tidak memandang sebelah mata temen2 salafi, begitu pula temen2 salafi tidak memandang sebelah mata temen2 NU.
Berkenaan masalah Maulid saya lebih melihat dari berbagai sumber.
a. Sudut Pandang Tim Fatwa Muhammadiyah
Pada prinsipnya, Tim Fatwa belum pernah menemukan dalil tentang perintah menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Faw apabila ini dianggap sebagai ibadah, sementara itu belum pernah pula menemukan dalil yang melarang penyelenggaraannya apabila hal ini dimasukkan sebagai muamallah.
Oleh sebab itu, perkara ini termasuk dalam perkara ijtihadiyah dan tidak ada kewajiban sekaligus tidak ada larangan untuk melaksanakannya. Apabila di suatu masyarakat Muslim memandang perlu menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi saw tersebut, yang perlu diperhatikan adalah agar jangan sampai melakukan perbuatan yang dilarang serta harus atas dasar kemaslahatan.
Perbuatan yang dilarang di sini, misalnya adalah perbuatan-perbutan bid'ah dan mengandung unsur syirik serta memuja-muja Nabi Muhammad saw secara berlebihan, seperti membaca wirid-wirid atau bacaan-bacaan sejenis yang tidak jelas sumber dan dalilnya. Nabi Muhammad saw sendiri telah menyatakan dalam sebuah hadis: “Diriwayatkan dari Umar ra., ia berkata: Aku mendengar Nabi saw bersabda: Janganlah kamu memberi penghormatan (memuji/memuliakan) kepada saya secara berlebihan sebagaimana orang Nasrani yang telah memberi penghormatan (memuji/memuliakan) kepada Isa putra Maryam. Saya hanya seorang hamba Allah, maka katakan saja hamba Allah dan Rasul-Nya.” [HR. al-Bukhari dan Muslim]
Adapun yang dimaksud dengan kemaslahatan di sini, adalah peringatan Maulid Nabi Muhammad saw yang dipandang perlu diselenggarakan tersebut harus mengandung manfaat untuk kepentingan dakwah Islam, meningkatkan iman dan taqwa serta mencintai dan meneladani sifat, perilaku, kepemimpinan dan perjuangan Nabi Muhammad saw. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan cara menyelenggarakan pengajian atau acara lain yang sejenis yang mengandung materi kisah-kisah keteladanan Nabi saw.
b. Sudut Pandang Kyai Muhammad Hasyim Asy’ari rahimahullah pendiri N.U
Dalam risalah At-Tanbiihaat Al-Waajibaat - Kyai Muhammad Hasyim al-Asy’ari membolehkan merayakan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan tetapi beliau meletakkan aturan-aturan dalam perayan maulid tersebut.
Beliau sungguh terkejut tatkala melihat orang-orang yang merayakan maulid Nabi telah melakukan kemungkaran-kemungkaran dalam perayaan tersebut, sehingga mendorong beliau untuk menulis risalah ini sebagai bentuk bernahi mungkar.
“Pada senin malam tanggal 25 Robi’ul awwal 1355 Hijriyah, sungguh aku telah melihat sebagian dari kalangan para penuntut ilmu di sebagian pondok telah melakukan perkumpulan dengan nama “Perayaan Maulid”. Mereka telah menghadirkan alat-alat musik lalu mereka membaca sedikit dari Al-Qur’an dan riwayat-riwayat yang datang tentang awal sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tentang tanda-tanda kebesaran Allah yang terjadi tatkala maulid (kelahiran) Nabi, demikian juga sejarah beliau yang penuh keberkahan setelah itu. Setelah itu merekapun mulai melakukan kemungkaran-kemungkaran seperti saling berkelahi dan saling mendorong yang mereka namakan dengan “Pencak silat” atau “Box”, dan memukul-mukul rebana. Semua itu mereka lakukan dihadapan para wanita ajnabiah (bukan mahram mereka-pen) yang dekat posisinya dengan mereka sambil menonton mereka. Dan juga musik dan sandiwara cara kuno, dan juga permainan yang mirip dengan judi, serta bercampurnya (ikhtilatnya) para lelaki dan wanita. Juga nari-nari dan tenggelam dalam permainan dan tertawa, suara yang keras dan teriakan-teriakan di dalam mesjid dan sekitarnya. Maka akupun melarang mereka dan mengingkari perbuatan kemungkaran-kemungkaran tersebut, lalu mereka pun buyar dan pergi”
Setelah itu Kiyai Muhammad Hasyim berkata :
“Dan tatkala perkaranya sebagaimana yang aku sifatkan dan aku takut perbuatan yang menghinakan ini akan tersebar di banyak tempat, sehingga menjerumuskan orang-orang awam kepada kemaksiatan yang bermacam-macam, dan bisa jadi mengantarkan mereka kepada keluar dari agama Islam, maka aku menulis peringatan-peringatan ini sebagai bentuk nasehat untuk agama dan memberi pengarahan kepada kaum mulsimin. Aku berharap agar Allah menjadikan amalanku ini murni ikhlas untuk wajahNya yang mulia, sesungguhnya Ia adalah pemilik karunia yang besar” (At-Tanbiihaat Al-Waajibaat hal 10)
Tata Cara Perayaan Maulid :
Kyai Muhammad Hasyim Asy’ari rahimahullah menyebutkan tentang tata cara perayaan maulid yang dianjurkan. Beliau berkata ;
“Dari perkataan para ulama… bahwasanya maulid yang dianjurkan oleh para ulama adalah berkumpulnya orang-orang dan membaca sebagian ayat-ayat al-Qur’an dan riwayat khabar-khabar yang menjelaskan tentang permulaan sejarah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan peristiwa-peristiwa yang terjadi tatkala Nabi dalam kandungan dan kelahirannya, demikian juga setelahnya berupa sejarah/siroh beliau yang penuh keberkahan. Setelah itu diletakkan makanan lalu mereka memakannya lalu buyar. Jika mereka menambahkan dengan memukul rebana sambil memperhatikan kesopanan dan adab maka tidak mengapa” (At-Tanbiihaat Al-Waajibaat hal 10-11)
Kemungkaran-Kemungkaran dalam Perayaan Maulid yang disebutkan oleh Kyai Muhammad Hasyim Asy’ari
Diantara kemungkaran-kemungkaran tersebut adalah :
1) Bercampurnya (ikhtilath) antara laki-laki dan perempuan
2) Diadakannya “strik” (semacam sandiwara cara kuno, wallahu a’lam, saya kurang faham)
3) Alat-alat musik, seperti seruling dan yang lainnya. Hanyalah yang dibolehkan adalah rebana.
4) Mubadzir dalam mengeluarkan harta untuk perkara yang berlebih-lebihan dan tidak bermanfaat. (Lihat At-Tanbiihaat Al-Waajibaat 38-39)
5) Joget atau tarian-tarian
6) Keasikan bermain sehingga lupa dengan hari kebangkitan. (Lihat At-Tanbiihaat Al-Waajibaat hal 21)
7) Jika tidak terjadi ikhtilat dan para wanita berkumpul sendirian maka ada kemungkaran-kemungkaran juga yang mereka lakukan seperti : Mengangkat suara keras-keras dalam mengucapkan selamat dan juga bergoyang-goyang dalam bernasyid, serta membaca al-Qur’an dan dzikir dengan cara membaca yang keluar dari syariat dan cara yang wajar. (At-Tanbiihaat Al-Waajibaat hal 22)
Setelah itu beliau mengingatkan akan beberapa perkara:
1) Merayakan maulid dengan cara melakukan kemungkaran-kemungkaran di atas merupakan bentuk tidak beradab kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan merupakan bentuk perendahan dan menyakiti beliau. Orang-orang yang merayakan melakukan hal ini telah terjerumus dalam dosa yang besar yang dekat dengan kekufuran dan dikhawatirkan mereka terken suul khootimah (kematian yang buruk). Kalau mereka melakukan kemungkaran tersebut dengan niat merendahkan Nabi dan menghinanya maka tidak diragukan lagi akan kekufurannya. (Lihat At-Tanbiihaat al-Waajibaat hal 44-45)
2) Ketahuilah bahwasanya perayaan maulid jika mengantarkan kepada kemaksiatan yang jelas/kuat seperti kemungkaran-kemungkaran maka wajib untuk ditinggalkan dan haram perayaan tersebut (At-Tanbiihaat Al-Waajibaat hal 19)
3) Mengeluarkan uang untuk perayaan maulid (yang bercampur kemungkaran-kemungkaran) menjadi haram dikarenakan hal ini merupakan bentuk membantu pelaksanaan maksiat. Dan barang siapa yang membantu terselenggaranya kemaksiatan maka ia ikut serta di dalamnya. Demikian juga haram untuk menyaksikan dan hadir dalam acara tersebut, karena kaidah menyatakan : “Setiap yang haram maka haram pula menyaksikan dan hadir di dalamnya (At-Tanbiihaat Al-Waajibaat hal 39)
4) Kyai Muhammad Hasyim Asy’ari juga menyatakan bahwa seseorang yang melakukan perayaan maulid dengan melakukan kemungkaran-kemungkaran maka ia sedang bermuhaajaroh (menampakan terang-terangan) dengan kemaksiatan. (lihat At-Tanbiihaat hal 39-40)
5) Diantara kerusakan-kerusakan maulid model ini adalah pelakunya bersifat dengan sifat kemunafikan, yaitu memperlihatkan apa yang berbeda dengan di dalam hati. Karena lahiriahnya ia melaksanakan maulid karena mencintai dan memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan tetapi batinnya ia mengumpulkan perkara-perkara yang melalaikan dan melakukan kemaksiatan-kemaksiatan” (At-Tanbiihaat hal 40)
6) Wajib bagi seorang alim untuk mengingkari para penuntut ilmu yang melakukan kemungkaran-kemungkaran tersebut. Karena jika didiamkan maka orang awam akan menyangka bahwa cara merayakan maulid dengan kemungkaran-kemungkaran tersebut adalah merupakan bagian dari syari’at. Padahal perkaranya adalah sebaliknya, justru mengantarkan pada penyia-nyiaan syari’at dan meninggalkannya. (lihat At-Tanbiihaat al-Waajibaat hal 40-41).
c. Sudut Pandang Salafi (Yang Anda Anggap Wahabbi)
Tidak diragukan lagi bahwa melaksanakan perayaan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah perkara yang tidak dikenal oleh para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali bin Abi Tholib tidak pernah merayakannya, bahkan tidak seorang sahabatpun. Padahal kecintaan mereka kepada Nabi sangatlah besar…mereka rela mengorbankan harta bahkan nyawa mereka demi menunjukkan cinta mereka kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian pula tidak diragukan lagi bahwasanya para imam 4 madzhab (Al-Imam Abu Hanifah, Al-Imam Malik, Al-Imam As-Syafi’i, dan Al-Imam Ahmad) juga sama sekali tidak diriwayatkan bahwa mereka pernah sekalipun melakukan perayaan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Menurut Salafi perayaan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bisa dianggap bid’ah apabila banyak kemungkaran-kemungkaran yang terjadi dalam perayaan maulid. Sehingga sebagian mereka membolehkan perayaan maulid akan tetapi harus dengan cara perayaan yang benardan tidak berisi banyak kemungkaran.
Kesimpulan Saya :
Kalau saya sendiri selama ini memandang kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW apabila diadakan selama tidak melanggar hukum2 Islam seperti yang disampaikan dari ketiga sudut pandang diatas sejauh yang saya Fahami diperbolehkan, dan apabila tidak dilaksanakan maka tidak akan mengurangi cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW.
Akan tetapi mencintai Rasulullah SAW adalah hal yang wajib, dan hendaklah Nabi Muhammad SAW lebih kita cintai setelah Allah SWT dari pada makhluk lainnya. Seperti firman Allah Ta’ala,
“Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (Qs. At Taubah: 24)
Cinta bukanlah hanya klaim semata. Semua cinta harus dengan bukti. Di antara bentuk cinta pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ittiba’ (mengikuti), taat dan berpegang teguh pada petunjuknya. Karena ketaatan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah buah dari kecintaan.
Salah seorang khulafa’ur rosyidin dan manusia terbaik setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
“Tidaklah aku biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (HR. Abu Daud no. 2970. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa atsar ini shohih)
Itulah saudaraku menurut saya bukti seseorang mencintai nabinya –shallallahu ‘alaihi wa sallam- yaitu dengan mentaati, mengikuti dan meneladani setiap ajarannya, dan kebalikan dari hal ini adalah enggan mentaatinya dan melakukan suatu ibadah yang tidak ada ajarannya. Karena setiap orang pasti akan mentaati dan mengikuti orang yang dicintai.
Sedang untuk di daerah tempat tinggal saya sendiri saat ini perayaan Maulid nabi Muhammad SAW kadang dilaksanakan, kadang tidak dilaksanakan. Ketika diadakan kegiatannya cukup berupa Kajian tidak lebih. Dan sayapun juga selalu menghadiri selama ini.
wallahu a’lam bishawab.... |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Ya akhi, kenapa anda tiba-tiba menjadi tidak fair, dan harus menyembunyikan jawaban dari pertayaan kami: Kalau Bin Mani' dan Bin Baz bukan Wahhabi, mengapa mereka berdua mengkafirkan guru kami Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki, tokoh setral Aswaja abad ini?
Jangan ada kebenaran yang disembunyikan dalam urusan agama. Maaf, kami dan para pengunjung Situs ini bukan anak kecil yang dapat dininabubukkan dengan cara-cara seperti jawaban anda itu.
Anda juga perlu kami beritahu, bahwa di Makkah 'musuh' utama guru kami, Abuya Almaliki adalah kaum Wahhabi. Padahal secara aqidah, antara Bin Baz dan Bin Mani' itu adalah Kembar Siam. Karena itu, tatkala Bin Mani' mengkafirkan Abuya Almaliki, dalm bukunya Hiwar ma'al Maliki, maka Bin Baz memberikan rekomendasi untuk buku pengkafiran terhadap Abuya Almaliki.
Kami pribadi, memiliki pandangan yang berbeda antara menyikapi sekte Wahhabi sebagai aliran yang dibangun oleh Muhammad bin Abdul Wahhab Almujassimi Annajdi Assa'udi Al'arabi, dengan memandang Muhammadiyah dan Al-irsyad (Muhammadiyahnya orang Arab Indonesia dari kalangan masyayekh) yang keduanya adalah ormas produk lokal. Memang terkadang dalam menghadapi beberapa masalah, keduanya dapat bergabung dengan kami dalam satu wadah, seperti saat kami bersama Ust. Farid Okbah dan Ust. Dawud Rasyid dalam menyikapi aliran sesat Syiah Imamiyah. Namun terhadap sekte Wahhabi Mujassimah, maka kami jelas-jelas menolak mereka dengan tegas.
|
|
|
|
|
|
|
|
32. |
Pengirim: Herman - Kota: Bogor
Tanggal: 22/5/2013 |
|
Assalamualaikum,
Wah rupanya dari sekumpulan ARSIP PEJUANG, "Gejolak Wahhabi VS Syiah" ini menempati angka rating tertinggi, jauh mengalahkan "Taqqiyah, Guyonan, dll) he..he..
Ya sudahlah buat Akhi Micko berlapang dada saja setelah berdiskusi dengan Akhi Achmad, Kyai, Kang Ajid. Kita semua umat rasululullah muhammad sallahu alaihi wassalam, semuanya AHLUL SUNNAH WALJAMAAH, tidak ada satupun yang AHLUL BIDAH.
Berdiskusi dengan santun sejauh ini sudah tercapai, hanya saja tetap hati-hati semua saudaraku, diskusi seperti ini rawan disusupi orang SYIAH RAFIDHAH, dalam beberapa web NU maupun WAHHABY banyak sekali komentator SYIAH RAFIDHAH yang menyelusup, kadang menyamar sebagai NU Gadungan atau WAHHABY Gadungan, bukan titik temu yang didapat tapi semakin memperkeruh dan memperuncing antara kedua AHLUL SUNNAH yang berbeda manhaj ini.
Syukron,
Herman |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Memang benar, Sesama aliran sesat, (Wahhabi dan Syiah) perlu diadu tanding antar keduanya, Aswaja perlu jadi HAKIM-nya. makanya terwujud artikel GEJOLAK WAHHABI vs SYIAH, dan hasil akhir adalah: KEDUANYA SAMA-SAMA SESAT karena sama-sama KAUM MUJASSIMAH. Telah kami buktikan dalam artikel kami di atas. |
|
|
|
|
|
|
|
33. |
Pengirim: Ahmad - Kota: Jakarta
Tanggal: 22/5/2013 |
|
Asww, saya setuju dengan perjuangan Ustadz Lutfi dalam membela Ahlu Sunnah wal Jama'ah. Kemudian ada beberapa yang ingin saya tanyakan :
1. Soal "Allah adalah Ali, Ali adalah Allah" apakah mungkin ini adalah majazi saja? Atau mungkin itu hanya pendapat yang menyimpang dari sebagian kaum Syiah saja?
2. Tidak semua Ulama Ahlu Sunnah mengkafirkan Syiah & Wahhabi, walaupun jelas mengaki kesesatannya. Berarti tidak mengapa kan klo kita tidak mengkafirkan mereka? Cukup menjelaskan tentang kesesatannya saja?
3. Bagaimana menurut Ustadz sikap kita terhadap mereka? Apakah diperbolehkan penyerangan secara fisik? Karena klo menurut saya tidak boleh, lebih baik kita ajukan saja ke pengadilan jika mereka menganggu kita. Afwan, JazakaLlah Khair. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami menulis artikel sesuai dengan fakta di lapangan. Yang sesat kami katakan sesat, tidak kurang dan tidak lebih.
MUI JATIM juga telah mengeluarkan FATWA SESAT secara resmi terhadap SYIAH INDONESIA. Kami pribadi adalah pengurus MUI Kabupaten Malang pada jajaran Komisi Hukum dan Fatwa.
Biasanya orang yang bertitel Ulama, namun tidak mengkafirkan Syiah Indonesia, adalah oknum-oknum yang telah dibeli. Memang oknum-oknum dari kelas yang memiliki standar mudah dibeli ini lagi naik daun. |
|
|
|
|
|
|
|
34. |
Pengirim: Achmad alQuthfby, SH, MH - Kota: Probolinggo
Tanggal: 23/5/2013 |
|
Saya akan tanggapi per item :
Menurut Salafi perayaan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bisa dianggap bid’ah apabila banyak kemungkaran-kemungkaran yang terjadi dalam perayaan maulid. Sehingga sebagian mereka membolehkan perayaan maulid akan tetapi harus dengan cara perayaan yang benardan tidak berisi banyak kemungkaran.
- Tolong di sebutkan ulama yang membolehkan perayaan maulid Nabi SAW??? Siapa saja???
Kesimpulan Saya :
Kalau saya sendiri selama ini memandang kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW apabila diadakan selama tidak melanggar hukum2 Islam seperti yang disampaikan dari ketiga sudut pandang diatas sejauh yang saya Fahami diperbolehkan, dan apabila tidak dilaksanakan maka tidak akan mengurangi cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW.
- Kegiatan maulid Nabi yang dianjurkan oleh para ulama tentu saja aktivitas yang sesuai dengan syariat, jika seandainya di temukan pelanggaran syariat di dalam aktivitas maulid Nabi tsb maka perbuatan pelanggaran syariat tsb lah yang perlu di luruskan, bukan maulid Nabi nya yg diharamkan. Tidak ada ulama yang berfatwa jika ummat muslim tidak merealisasikan acara maulid nabi maka kecintaannya terhadap Nabi menjadi berkurang. Namun peringatan Maulid Nabi seyogyanya dapat menambah kecintaan kita terhadap Rasulullah SAW. Acara Maulid Nabi bisa di lakukan dalam berbagai cara, ada yang puasa, bersedekah, majelis ‘ilm, majelis dzikr, dll.
Akan tetapi mencintai Rasulullah SAW adalah hal yang wajib, dan hendaklah Nabi Muhammad SAW lebih kita cintai setelah Allah SWT dari pada makhluk lainnya. Seperti firman Allah Ta’ala,
“Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (Qs. At Taubah: 24)
Cinta bukanlah hanya klaim semata. Semua cinta harus dengan bukti. Di antara bentuk cinta pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ittiba’ (mengikuti), taat dan berpegang teguh pada petunjuknya. Karena ketaatan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah buah dari kecintaan.
Salah seorang khulafa’ur rosyidin dan manusia terbaik setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
“Tidaklah aku biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (HR. Abu Daud no. 2970. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa atsar ini shohih)
Itulah saudaraku menurut saya bukti seseorang mencintai nabinya –shallallahu ‘alaihi wa sallam- yaitu dengan mentaati, mengikuti dan meneladani setiap ajarannya, dan kebalikan dari hal ini adalah enggan mentaatinya dan melakukan suatu ibadah yang tidak ada ajarannya. Karena setiap orang pasti akan mentaati dan mengikuti orang yang dicintai.
Sedang untuk di daerah tempat tinggal saya sendiri saat ini perayaan Maulid nabi Muhammad SAW kadang dilaksanakan, kadang tidak dilaksanakan. Ketika diadakan kegiatannya cukup berupa Kajian tidak lebih. Dan sayapun juga selalu menghadiri selama ini.
- Pelaksanaan perayaan maulid nabi adalah wujud cinta qta kepada rasul. Dan wujud cinta itu harus berbukti, di ucapkan, di resapi, dan direalisasikan. Nah.. berikut saya nukilkan tulisan al ‘Allamah KH. Luthfi Bashori Alwi :
Pada bulan kelahirannya, sangatlah mudah untuk menyatukan umat, serta mengelorakan kecintaan mereka, sesuai dengan kebiasaan kalangan masyarakat yang mencintai kenangan nostalgia yang baik, maka mereka seakan mampu menghadirkan di hadapan mereka sesuatu yang dulu pernah terjadi, hingga terasa sangat nyata, pada setiap terulang tanggal kejadian yang dimaksudkan. Sesungguhnya ijtima dan perkumpulan untuk memperingati kelahiran Nabi SAW ini, adalah wahana untuk dakwah di jalan Allah, bahkan inilah kesempatan emas yang tidak boleh disia-siakkan oleh para ulama dan da`i. Maka sudah seharusnya di saat itu pula para ulama dan da`i untuk mengingatkan dan mengajak umat agar dapat mengikuti Nabi SAW, baik dari segi akhlaq, sopan santun, kepribadian, meniti kehidupan, bermasyarakat, dan urusan ibadah kepada Allah. Hendaklah para ulama dan da`i selalu menasehati umat dan membimbing mereka menuju ke arah kebaikan dan kebahagiaan, serta mengingatkan mereka agar menjauh dari kemaksiatan, kesesatan, dan menebar fitnah. Sesungguhnya kita telah melaksanakan semua apa yang tertera di atas itu, dan kita terangkan kepada umat bahwa ijtima` dan perkumpulan peringatan Maulid ini bukan sekedar perkumpulan biasa, namun merupakan wahana yang mempunyai tujuan yang jelas dan baik. Maka barang siapa yang tidak dapat mengambil manfaat untuk kehidupan keagamaannya dari perayaan peringatan Maulid Nabi SAW, sejatinya dia adalah orang yang tidak mendapat suatu kebaikan apapun dari kelahiran Nabi SAW.
Maulid Nabi itu sudah dilakukan bahkan oleh Rasul sendiri. Beliau SAW mencetuskan kegembiraannya itu dengan cara berpuasa, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya, bahwa Beliau SAW ditanya tentang sebab Beliau SAW berpuasa pada setiap hari Senin, maka Beliau menjawab : `PADA HARI ITU AKU DILAHIRKAN, dan pada hari itu pula pertama kali Alquran diturunkan kepadaku`.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Benar. Wahhabi kalau kalah berdebat, larinya kemana-mana. Gak bakal menjawab substansi pertanyaan yang kita ajukan.
Pertanyaan ringan kami kepada Mikco juga nggak bisa dijawab : Kalau Bin Baz dan Bin Mani' bukan Wahhabi, mengapa berani mengkafirkan Abuya Almaliki?
Padahal seluruh ulama Aswaja juga sudah tahu, jika musuh utama Abuya Almaliki itu adalah Kaum Wahhabi ahli Takfiir (tukang mengkafirkan umat Islam). |
|
|
|
|
|
|
|
35. |
Pengirim: Achmad alQuthfby, SH, MH - Kota: Probolinggo
Tanggal: 23/5/2013 |
|
para wahhabi komentator di web ini ternyata tidak dapat menjawab argumentasi kami dengan baik. mereka hanya beretorika dengan pengalihan tema lainnya, yakni maulid nabi. maka dari itu saya peringatkan JANGAN PERNAH MENYALAHKAN MUSLIM BERHALUAN AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH YANG MENYEBUT / MENJUKUKI ANDA DENGAN JULUKAN WAHHABI.
Berbanggalah dengan julukan tersebut. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Artikel kami berjudul Anzun Walau Thaarat, sangat tepat untuk megungkap sifat dan watak kaum Wahhabi. Silahkan baca di kolom Karya Tulis Pejuang. |
|
|
|
|
|
|
|
36. |
Pengirim: Kyai (Murid Achmad alQuthfby, SH, MH) - Kota: Probolinggo
Tanggal: 23/5/2013 |
|
Nabi Muhammad SAW sendiri memuliakan hari kelahiran Nabi Adam AS. Berdasarkan hadits yang menjelaskan tentang kemuliaan hari Jum`at, Nabi SAW bersabda, `Pada hari itu Nabi Adam diciptakan`.
Beliau SAW juga selalu memuliakan waktu atau momen kelahiran para Nabi yang lain, atau perstiwa bersejarah yang berkaitan dengan para Nabi tersebut.
Lantas bagaimana dengan amalan dan kegiatan yang bertujuan untuk memuliakan hari kelahiran seorang Nabi yang paling agung dan seorang Rasul yang paling utama, Sayyidina Muhammad SAW?
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Gejolak Wahhabi vs Syiah di Indonesia ini memang sudah masuk dalam kategori Bahaya Laten. |
|
|
|
|
|
|
|
37. |
Pengirim: herman - Kota: Bogor
Tanggal: 24/5/2013 |
|
Sangat setuju, maulid nabi bisa digunakan para kyai untuk mengajak umat lebih mencintai nabi. Yang penting jangan ada iktilath laki dan perempuan. apalagi perempuan menabuh rebana di depan laki2 dengan memakai kain yang ketat.
jadi kalau merayakan maulid sebaiknya cukup ikwan saja, akhwat silahkan merayakan sendiri.
Syukron,
Herman |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Banyak kelompok orang yang belum bisa membedakan antara hukum halal (boleh) terhadap suatu amalan (sebut saja Maulid Nabi SAW) dengan teknis pelaksanaannya (sebut saja masalah ikhthilath/tidaknya), lantas merancukan urusan penentuan hukum. Padahal pembahasan hukum Perayaan Maulid Nabi SAW dan hukum Ikhtilath adalah dua pembahasan yang berbeda.
Sudah jelas-jelas para ulama Aswaja menentukan hukum Perayaan Maulid Nabi SAW adalah HALALAN THAYYIBAN, tidak ada keraguan sama sekali. Jadi jangan ada lagi yang merancukan dengan pembahasan hukum amalan lainnya seperti hukum ikhtilath, karena pembahasannya memang berbeda.
Kekakuan kelompok perancu semacam ini seringkali menjadi kontra produktif dalam pelaksaan syariat yang lain.
Contohnya: Di Indonesia ini hampir semua kegiatan itu tidak ada ruang yang steril dari Ikhtilath antara lelaki dan permpuan secara mutlak. Untuk acara hajatan kemanten/pernikahan pada setiap keluarga muslim saja tidak mungkin lepas dari ikhtilath. Andaikata semua amalan yang tidak mungkin dihindari dari ikhtilath itu harus dihukumi haram dan tidak boleh dilaksanakan oleh umat Islam Indonesia, maka kiranya patut pula acara kemanten/pernikahan di Indonesia itu dihukumi haram juga. Jadinya tidak ada orang yang menikah.
Demikian pula amalan jual beli di pasar, semestinya harus dilarang, karena pasti tidak mungkin steril dari ikhtilath. Contoh lagi amalan berangkat ibadah haji, mulai dari pembayaran, pengurusan paspor, naik pesawat, tempat mukim di Tanah Suci, dll, pasti ada ikhtilath.
Amalan silaturrahim sesama muslaim yang mengharuskan lewat jalan umum juga ada ikhtilath, dan masih banyak contoh lainnya.
Apa memang harus demikian kekakuan muslim Indonesia, hanya gara-gara ada pelanggaran syariat Ikhtilath, lantas semua amalan itu harus diharamkan?
Pasti yang berpendapat sempit seperti ini adalah Kaum Wahhabi semata, bukan yang lainnya. |
|
|
|
|
|
|
|
38. |
Pengirim: Abdul Aziz - Kota: DKI
Tanggal: 24/5/2013 |
|
Assalaamu'alaikum. Saya sudah membaca artikel ust bolak-balik. Tapi saya tidak menemukan dalil-dalil atau rujukan yg ust ambil sehingga bisa meyakinkan mad'u utk mewaspadai Wahaby. Ttg Syi'ah saya sepakat ttg kesesatannya dan tak pantas dianggap sebagai mazhab krn jelas-jelas mrk telah kafir. Ttg Wahaby, fenomenanya malah semakin banyak pengikutnya bahkan mereka bisa menggunakan masjid Istiqlal untuk Ta'lim mereka. Dan mereka lebih gencar dan lebih jelas dalam menyebarkan bahwa Syi'ah bukan Muslim. Sedangkan kita ( NU) tampak adem ayem saja bahkan sudah banyak JIL nya. Bagaimana tanggapan Ustadz? Jazakumulloh. Wassalamu'alaikum. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Afwan, akhi salah kalau punya persepsi demikian. Syiah itu mengkafirkan Wahhabi dan sebaliknya Wahhabi juga mengkafirkan Syiah. Padahal kedua sekte ini sama-sama SEKTE SESAT MENYESATKAN, dan keduanya sedang berusaha mengembangkan sayapnya di Indonesia. Bukti kesesatannya telah kami tulis dalam artikel. Jadi kalau baca yang teliti. Kedua sekte ini didanai oleh negara kaya (Syiah diback up Iran, dan Wahhabi diback up Saudi Arabiah).
Di samping kedua sekte sesat ini, ada lagi kelompok SESAT MENYESATKAN yaitu JIL, yang saat ini sedang merasuki Ormas NU dan Muhammadiyah. Untuk JIL diback up negara Barat).
|
|
|
|
|
|
|
|
39. |
Pengirim: Muthoin Tsamma Amiin - Kota: DKI Jakarta
Tanggal: 24/5/2013 |
|
Assalamualikum warahmatulahi wabarakatuh Ammy, semoga Ammy sekeluarga dan rekan2 santri selalu dalam lindungan Alloh Jalla Waala... Aamiin...
Afwan,
Teruskan perjuangan Pejuang Islam ya Ammy.... kami senantiasa ada dibelakang membantu antum....
Allohumma sholli ala sayyidina Muhammad......
Wasswrwb.. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
KEPUTUSAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) PROP. JAWA TIMUR
No. Kep-01/SKF-MUI/JTM/I/2012
Tentang :
TENTANG KESESATAN AJARAN SYI’AH
Majelis Ulama Indonesia Propinsi Jawa Timur pada sidang hari Sabtu, Tanggal 21 Januari 2012
Membaca:
Surat Dewan Pimpinan MUI Kabupaten Bangkalan No. 26/26-XV/DP-MUI/BKL/XII/2011 tertangal 17 Desember 2011 tentang Permohonan Ketetapan Aliran Syi’ah
Surat Dewan Pimpinan MUI Kabupaten Sampang No.A-034/MUI/Spg/XII/2011 tertanggal 30 Desember 2011 tentang Laporan Peristiwa di Desa Karang Gayam
Surat Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah (Korwil) Surabaya No. 01/Korwil/Sby/I/2012 tertanggal 12 Januari 2012 tentang Aliran Syi’ah yang isinya meminta kepada MUI Provinsi Jawa Timur untuk melakukan kajian dan penetapan fatwa Syi’ah.
Surat Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah (Korwil) Besuki No. 01/MUI/Besuki/I/2012 tertanggal 13 Januari 2012 tentang Aliran Syi’ah yang isinya meminta kepada MUI Provinsi Jawa Timur untuk melakukan kajian dan penetapan fatwa Syi’ah.
Rekomendasi Hasil Musyawarah Badan Shilaturrahmi Ulama Pesantren Madura (BASSRA) Selasa, 03 Januari 2012 yang salah satu isinya meminta agar MUI Provinsi Jawa Timur mengeluarkan fatwa tentang ajaran Syi’ah.
Surat dari Jam’iyah Ahlussunnah wal Jama’ah Bangil Pasuruan No. 025/ASWAJA/I/2012 tertanggal 10 Januari 2012 tentang Permohonan Fatwa Sesat Ajaran Syi’ah.
Surat Dewan Pimpinan MUI Kabupaten Gresik No. 003/MUI/KAB.G/I/2012 tertangal 19 Januari 2012 tentang Laporan Keberadaan Syi’ah di Gresik
Pernyataan Sikap Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Jatim tanggal 17 Januari 2012 menyikapi kasus Sampang dan ajaran Tajul Muluk.
Pernyataan Sikap 83 ulama Pondok Pesantren menyikapi aliran yang dibawa oleh saudara Tajul Muluk tangal 10 Januari 2012.
Pernyataan Sikap PCNU Sampang No. 255/PC/A.2/L-36/I/2012 menyikapi ajaran yang dibawa oleh saudara Ali Murtadlo/Tajul Muluk.
Laporan Hasil Investigasi Kasus Aliran Syi’ah di Kabupaten Sampang Propinsi Jawa Timur tanggal 9 April 2011.
Buku-buku kajian tentang faham Syi’ah antara lain:
a. Al-Milal wa al-Nihal karya al-Syahratstani (hal. 198-203)
b. Al-Fishal fi al-Milal wa al-Ahwa wa al-Nihal karya Ibn Hazm
c. Export Revolusi Syi’ah ke Indonesia karya Achmad Zein Alkaf (al-Bayyinat
d. Dialog Apa dan Siapa Syi’ah karya Achmad Zein Alkaf (al-Bayyinat)
e. Mengenal Syi’ah Karya Achmad Zein Alkaf (al-Bayyinat)
f. Syi’ah Bukan Islam? Karya Lajnah Ilmiyah HASMI
g. Tulisan Abdurrahman Aziz “Siapakah Pendiri Syi’ah”
Menimbang:
Bahwa berdasarkan laporan dari masyarakat dan para ulama di beberapa daerah di Jawa Timur dinyatakan bahwa faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) telah tersebar di beberapa daerah di Jawa Timur
Bahwa adanya indikasi penyebaran faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) dilakukan secara masif kepada warga yang menganut faham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah.
Bahwa telah ditemukan indikasi di beberapa daerah penyebaran faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) dilakukan kepada warga yang menganut faham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah dari kalangan tidak mampu disertai dengan pemberian dalam bentuk santunan.
Bahwa praktik-praktik penyebaran faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) yang dilakukan secara masif terhadap masyarakat yang berfaham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah, jelas-jelas berpotensi menyulut keresahan dan konflik horisontal.
Bahwa berdasarkan penelitan saat ini tidak kurang dari 63 lembaga berbentuk Yayasan, 8 lembaga Majelis Taklim, 9 organisasi kemasyarakatan, dan 8 Sekolah, atau pesantren yang ditengarahi mengajarkan/menyebarkan faham Syi’ah.
Bahwa konflik-konflik yang melibatkan pengikut faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) sudah sering terjadi dan telah berjalan cukup lama sehingga dibutuhkan adanya upaya pemecahan yang mendasar dengan memotong sumber masalahnya. Tanpa upaya pemecahan yang mendasar sangat dimungkinkan konflik akan muncul kembali di kemudian hari dan bahkan berpotensi menjadi lebih besar.
Bahwa diantara ajaran yang dikembangkan oleh faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) adalah membolehkan bahkan menganjurkan praktik nikah mut’ah (kawin kontrak) yang sangat berpotensi digunakan untuk melegetimasi praktik perzinaan, seks bebas, dan prostitusi serta merupakan bentuk pelecehan terhadap kaum wanita sehingga bila tidak dicegah akan bertolak belakang dengan upaya pemerintah Provinsi Jawa Timur yang telah mencanangkan program menata kota bersih asusila dengan menutup tempat-tempat prostitusi.
Bahwa penyebaran faham Syi’ah yang ditujukan kepada pengikut ahlu al-sunnah wa al-jama’ah patut diwaspadai adanya agenda-agenda tersembunyi, mengingat penduduk Indonesia yang berfaham pengikut ahlu al-sunnah wa al-jama’ah tidak cocok apabila syi’ah dikembangkan di Indonesia.
Bahwa diperlukan adanya pedoman untuk membentengi aqidah umat dari aliran yang menyimpang dari faham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah (dalam pengertian yang luas).
Memperhatikan :
Keputusan Fatwa MUI tanggal 7 Maret 1984 tentang Faham Syi’ah yang menyatakan bahwa faham Syi’ah mempunyai perbedaan pokok dengan Ahlu al-sunnah wa al-jama’ah yang dianut oleh umat Islam di Indonesia.
Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI se-Indonesia II 26 Mei 2006 tentang Taswiyat al-Manhaj(Penyamaan Pola Pikir Dalam Masalah-masalah Keagamaan) khususnya butir (4) dan butir (6) yang menyatakan bahwa perbedaan yang dapat ditolerir adalah perbedaan yang berada di dalam majal al-ikhtilaf (wilayah perbedaan) yaitu wilayah pemikiran yang masih berada dalam koridor ma ana alaihi wa ashhaby yakni faham keagamaan ahlu al-sunnah wa al-jama’ah (dalam pengertian luas), sedangkan di luarmajal al-ikhtilaf tidak dikategorikan sebagai perbedaan, melainkan penyimpangan.
Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI se-Indonesia II 26 Mei 2006 tentang Peneguhan Bentuk dan Eksistensi NKRI.
Keputusan MUI tertanggal 6 Nopember 2007 tentang 10 kriteria aliran sesat/menyimpang.
Telaah terhadap kitab yang menjadi rujukan dari faham syi’ah antara lain:
a. al-Kafi
b. Tahdzib al-Ahkam
c. al-Istibshar
d. Man La Yahdluru al-Faqih
f. Buku-buku Syi’ah yang lain seperti: Bihar al-Anwar, Tafsir al-Qummi, Fashl al-khithab fi itsbati tahrifi kitabi rabbi al-Arbab, Kasyfu al-Asrar li al-Musawi.
g. Buku-buku Syi’ah berbahasa Indonesia antara lain: Saqifah Awal Perselisihan Umat tulisan O. Hashem; Shalat Dalam Madzhab Ahlul Bait tulisan Hiayatullah Husein al Habsyi; Keluarga Suci Nabi Tulisan Ali Umar al-Habsy
Berdasarkan kitab-kitab tersebut dapat diketahui adanya perbedaan yang mendasar dengan ahlu al-sunnah wa al-jama’ah (dalam pengertian luas) tidak saja pada masalah furu’iyah tetapi juga pada masalah ushuliyah (masalah pokok dalam ajaran Islam) diantaranya:
1. Hadits menurut faham Syi’ah berbeda dengan pengertian ahlu al-sunnah. Menurut Syi’ah hadits meliputi af’al, aqwal, dan taqrir yang disandarkan tidak hanya kepada Nabi Muhammad Saw tetapi juga para imam-imam Syi’ah.
2. Faham syi’ah meyakini bahwa imam-imam adalah ma’shum seperti para nabi.
3. Faham Syi’ah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan Imamah) termasuk masalah aqidah dalam agama.
4. Faham Syi’ah mengingkari Otentisitas Al-Qur’an dengan mengimani adanya tahrif al-Qur’an
أ. عن جابر قال: سمعت ابا جعفر عليه السلام يقول: ما ادعي أحد من الناس أنه جمع القران كله كما أنزل إلا كذاب , وما جمعه وحفظه كما نزل الله تعالي إلا علي بن ابي طالب عليه السلام و الائمة من بعده عليهم السلام (اصول الكافي ج1/ص 284)
ب. عن ابي جعفر عليه السلام انه قال: ما يستطيع احد ان يدعّي أن عنده جميع القران كله ظاهره وباطنه غير الاوصياء (اصول الكافي ج1/ص 284-285)
ت. عن ابي عبد الله عليه السلام قال: ان القران الذي جاء به جبريل عليه السلام إلى محمد صلى الله عليه وسلم سبعة عشر ألف آية (اصول الكافي ج2/باب النوادر, رقم 28)
5. Faham Syi’ah meyakini turunnya wahyu setelah al-Qur’an yakni yang disebut mushaf Fatimah
أ. إن الله تعالى لما قبض نبيه صلى الله عليه وآله دخل على فاطمة عليها السلام من وفاته من الحزن ما لا يعلمه إلا الله عزوجل فأرسل الله إليها ملكا يسلي غمها ويحدثها، فشكت ذلك إلى أمير المؤمنين عليه السلام فقال: إذا أحسست بذلك وسمعت الصوت قولي لي فأعلمته بذلك فجعل أمير المؤمنين عليه السلام يكتب كل ما سمع حتى أثبت من ذلك مصحفا قال: ثم قال: أما إنه ليس فيه شئ من الحلال والحرام ولكن فيه علم ما يكون (اصول الكافي ج1/ص 296)
ب. وإن عندنا لمصحف فاطمة عليها السلام وما يدريهم ما مصحف فاطمة عليها السلام؟ قال: قلت: وما مصحف فاطمة عليها السلام؟ قال: مصحف فيه مثل قرآنكم هذا ثلاث مرات، والله ما فيه من قرآنكم حرف (اصول الكافي ج1/ص 290)
6. Syi’ah banyak melakukan penafsiran al-Qur’an yang mendukung faham mereka antara lain melecehkan sahabat Nabi Saw. Misalnya penulis Tafsir al-Qummi menafsirkan kalimat dalam surat al-Hajj ayat 52
أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ: يعني أبا بكر وعمر (تفسير القمي ص. 259)
7. Syi’ah meyakini bahwa para sahabat telah murtad sesudah wafatnya Rasulullah Saw, kecuali tiga orang.
عن أبي جعفر قال : كان الناس أهل ردة بعد النبي صلى الله عليه وآله إلا ثلاثة فقلت: ومن الثلاثة؟ فقال: المقداد بن الأسود وأبو ذر الغفاري و سلمان الفارسي رحمة الله وبركاته عليهم (روضة الكافي ص 198 ر. 341, بحار الانوار ج 22/ ص333)
8. Faham Syi’ah meyakini bahwa orang yang tidak mengimani terhadap imam-imam Syi’ah adalah syirik dan kafir
إعلم أن إطلاق لفظ الشرك والكفر على من لم يعتقد بإمامة أمير المؤمنين والائمة من ولده عليهم السلام وفضّل عليهم غيرهم يدل على أنهم كفار مخلدون في النار ( بحار الانوار ج 23/ ص390)
9. Faham Syi’ah melecehkan sahabat Nabi Saw. Termasuk Abu Bakar ra dan Umar ra.
أ. ومن الجبت أبو بكر ومن الطاغوت عمر والشياطين بني امية وبني العباس (شرح الزيارة الجامعة الكبيرة ج 3/ص156)
ب. وإن الشيخين (-أبا بكر وعمر-) فارقا الدنيا ولم يتوبا ولم يتذكرا ما صنعا بأمير المؤمنين فعليهما لعنة الله والملائكة والناس أجمعين (روضة الكافي/ ص 198, رقم 343 ؛ كشف الأسرار وتبرئة الأئمة الأطهار ص 84)
10. Faham Syi’ah meyakini bahwa orang yang selain Syi’ah adalah keturunan pelacur
والله يا أبا حمزة إن الناس كلهم أولاد بغايا ما خلا شيعتنا (روضة الكافي: ص 227 رقم 431)
11. Faham Syi’ah membolehkan bahkan mengaىjurkan praktik nikah mut’ah.
الْبَاطِلَ مَا قَالَ صَاحِبُكَ قَالَ فَأَقْبَلَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَيْرٍ فَقَالَ يَسُرُّكَ أَنَّ نِسَاءَكَ وَ بَنَاتِكَ وَ أَخَوَاتِكَ وَ بَنَاتِ عَمِّكَ يَفْعَلْنَ قَالَ فَأَعْرَضَ عَنْهُ أَبُو جَعْفَرٍ عليه السلام حِينَ ذَكَرَ نِسَاءَهُ وَ بَنَاتِ عَمِّهِ (فروع الكافي ج 3/ص 455)
أ. عَنْ زُرَارَةَ قَالَ جَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَيْرٍ اللَّيْثِيُّ إِلَى أَبِي جَعْفَرٍ عليه السلام فَقَالَ لَهُ مَا تَقُولُ فِي مُتْعَةِ النِّسَاءِ فَقَالَ أَحَلَّهَا اللَّهُ فِي كِتَابِهِ وَ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّهِ صلى الله عليه وآله فَهِيَ حَلَالٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ فَقَالَ يَا أَبَا جَعْفَرٍ مِثْلُكَ يَقُولُ هَذَا وَ قَدْ حَرَّمَهَا عُمَرُ وَ نَهَى عَنْهَا فَقَالَ وَ إِنْ كَانَ فَعَلَ قَالَ إِنِّي أُعِيذُكَ بِاللَّهِ مِنْ ذَلِكَ أَنْ تُحِلَّ شَيْئاً حَرَّمَهُ عُمَرُ قَالَ فَقَالَ لَهُ فَأَنْتَ عَلَى قَوْلِ صَاحِبِكَ وَ أَنَا عَلَى قَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وآله فَهَلُمَّ أُلَاعِنْكَ أَنَّ الْقَوْلَ مَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وآله وَ أَنَّ
ب. الْحُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ أَحْمَدَ بْنِ إِسْحَاقَ عَنْ سَعْدَانَ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ عُبَيْدِ بْنِ زُرَارَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ عليه السلام قَالَ ذَكَرْتُ لَهُ الْمُتْعَةَ أَ هِيَ مِنَ الْأَرْبَعِ فَقَالَ تَزَوَّجْ مِنْهُنَّ أَلْفاً فَإِنَّهُنَّ مُسْتَأْجَرَاتٌ (فروع الكافي ج 3/ص 458)
12. Ajaran Syi’ah menghalalkan darah ahlu al-sunah
ولهذا أباحوا دماء أهل السنة وأموالهم فعن داود بن فرقد قال: قلت لأبي عبد الله ما تقول في قتل الناصب؟: قال: حلال الدم، ولكني أتقي عليك، فإن قدرت أن تقلب عليه حائطًا أو تغرقه في ماء لكيلا يشهد عليك فافعل (كشف الأسرار وتبرئة الأئمة الأطهار ص 85 ؛ بحار الأنوار ج27/ 231)
13. Ajaran Syi’ah melecehkan Nabi dan Ummul Mu’minin
إن النبي صلى الله عليه وآله لا بد أن يدخل فرجه النار، لأنه وطئ بعض المشركات) يريد بذلك زواجه من عائشة وحفصة، وهذا كما هو معلوم فيه إساءة إلى النبي صلى الله عليه وآله، لأنه لو كان فرج رسول الله صلى الله عليه وآله يدخل النار فلن يدخل الجنة أحد أبدًا (كشف الأسرار وتبرئة الأئمة الأطهار ص 24-25)
14. Ajaran Syi’ah juga mempunyai doktrin Thinah (thinat al-mu’min wa al-kafir) yaitu doktrin yang menyatakanan bahwa dalam penciptaan manusia ada unsur tanah putih dan tanah hitam. Pengikut Syi’ah tercipta dari unsur tanah putih sedangkan Ahlu al-sunnah berasal dari tanah hitam. Para pengikut Syi’ah yang tersusun dari tanah putih jika melakukan perbuatan maksiat dosanya akan ditimpakan kepada pengikut ahlu al-sunnah (yang tersusun dari tanah hitam) sebaliknya pahala yang dimiliki oleh pengikut Ahlu al-sunnah akan diberikan kepada para pegikut Syi’ah. Doktrin ini merupakan doktrin yang tersembunyi dalam ajaran Syi’ah. (al-Kafi Juz II / Kitab al-Iman, bab thinat al-mu’min wa al-kafir)
Dan masih banyak lagi keganjilan yang lain
Adanya fakta para pengikut Syi’ah menjadikan buku-buku sebagaimana tersebut pada butir 5 sebagai kitab rujukannya.
Keputusan Fatwa MUI Kabupaten Sampang No. A-035/MUI/Spg/I/2012 tentang Ajaran Yang Disebarluaskan Sdr Tajul Muluk di Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang.
Keputusan Rapat Badan Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (BAKOR PAKEM) Kabupaten Sampang tanggal 04 Januari 2012 tentang kesesatan ajaran yang disebar luaskan oleh sdr Tajul Muluk.
Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten Se Koordinatoriat Wilayah (KORWIL) Madura No. 01/MUI/KD/MDR/I/2012 tentang Ajaran Syi’ah atau aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah
Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah (KORWIL) Malang No. 13/Korwil-IV/MLG/I/2012 tentang Pengukuhan Fatwa Kesesatan Ajaran Syi’ah;
Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah (KORWIL) Besuki No. 01/MUI/Besuki/I/2012 tentang Ajaran Syi’ah atau aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah
Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah (KORWIL) Surabaya tentang Ajaran Syi’ah atau aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah
Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah (KORWIL) Bojonegoro No. Kep-01/MUI/KORDA-BJN/I/2012 tentang Ajaran Syi’ah atau aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah
Berbagai kajian yang dilakukan oleh para ahli dan para pengamat terkait aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah, faham, pemikiran, dan aktivitasnya diantaranya Pendapat Prof. Dr. Muhammad Baharun yang menyatakan bahwa Syi’ah dan Ahlu al-Sunnah tidak mungkin disatukan.
Surat Edaran Kementerian Agama No: BA.01/4865/1983, tanggal 5 Desember 1983 tentang Hal Ikhwal Mengenai Golongan Syi’ah
Surat Edaran Pengurus Besar Nahdhatul Ulama No:724/A.II.03/10/1997 tentang seruan agar kaum Muslimin memahami secara jelas perbedaan prinsipil antara Ahlu al-sunnah wa al-jama’ah dengan Syi’ah.
Kesimpulan Hasil Seminar Nasional Sehari Tentang Syi’ah pada tanggal 21 September 1997di Masjid Istiqlal Jakarta .
Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 28 huruf J
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 73
Undang-Undang No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama.
Berbagai pendapat yang berkembang dalam rapat tanggal 21 Januari 2012 yang dihadiri oleh beberapa wakil dari MUI Kabupaten/Kota di Jawa Timur (MUI Kab. Jember, MUI Kab Pasuruan, MUI Kab. Malang, MUI Kab. Sampang, MUI Kota Surabaya, MUI Kab. Tuban, MUI Kab. Bojonegoro, MUI Kab. Ponorogo, MUI Kab. Blitar) dan beberapa ormas Islam.
Telaah terhadap dokumen-dokumen dalam bentuk VCD/CD antara lain yang mengandung hujatan terhadap sahabat nabi, Perayaan Haul Arbain, Arbain Imam Husain, dan Acara Syi’ah di Gereja Bergzicht Lawang.
Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa MUI
Mengingat:
Firman Allah dalam al-Qur’an:
Firman Allah Surat al-Baqarah ayat 177yang artinya:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Firman Allah Surat al-Qamar ayat 49 yang artinya:
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
Firman Allah Surat al-Hijr ayat 9 yang artinya:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
Firman Allah Surat al-Fath ayat 29 yang artinya:
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
Firman Allah Surat al-Taubah ayat 100 yang artinya:
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.
Hadits-hadits Marfu’
Bertanya Jibril as: Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk” (Shahih Muslim Jilid I/hal 23)
Islam Dibangun Diatas Lima (Landasan); Persaksian Tidak Ada Ilah Melainkan Allah Dan Sesungguhnya Muhammad Utusan Allah, Mendirikan Shalat, Menunaikan Zakat, Haji Dan Puasa Ramadlan (Shahih al-Bukhari, Juz I/hal 54 hadits No.8)
Barang siapa berbicara tentang al-Qur’an tanpa ilmu (yang memadai) maka hendaklah dia mempersiapkan kedudukannya di neraka” (HR al-Tirmidzi/Sunan al-Tirmidzi V/1999 No. 2950)
“Barang siapa berbicara tentang al-Qur’an berdasarkan nalarnya saja maka hendaklah dia mempersiapkan kedudukannya di neraka” (HR al- Tirmidzi/Sunan al-Tirmidzi V/1999 hadits No. 2951)
Telah bersabda Rasulullah Saw: “Janganlah kalian mencerca para shahabatku. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalau seandainya salah seorang di antara kalian berinfaq emas sebesar gunung Uhud maka tidak akan dapat menandingi satu mud dari mereka bahkan tidak pula setengahnya” (HR. Al-Bukhari, dalam Shahih al-Bukhari Juz II/hal 347 No. 3546; Muslim, dalam Shahih Muslim Jilid II hal.1171; dan al-Tirmidzi dalam Sunan al-Tirmidzi Juz V/hal. 696 hadits No. 3761
Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah mengenai sahabat-sahabatku. Janganlah kamu menjadikan mereka sebagai sasaran caci-maki sesudah aku tiada. Barangsiapa mencintai mereka, maka semata-mata karena mencintaiku. Dan barang siapa membenci mereka, maka berarti semata-mata karena membenciku. Dan barangsiapa menyakiti mereka berarti dia telah menyakiti aku, dan barangsiapa menyakiti aku berarti dia telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa telah menyakiti Allah dikhawatirkan Allah akan menghukumnya. (HR al-Tirmidzi dalam Sunan al-Tirmidzi Juz V/hal. 696 hadits No. 3762)
Dari Uwaim bin Sa’idah ra, sesunguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah memilih diriku, lalu memilih untukku para sahabat dan menjadikan mereka sebagai pendamping dan penolong. Maka siapa yang mencela mereka, atasnya laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Allah Ta’ala tidak akan menerima amal darinya pada hari kiamat, baik yang wajib maupun yang sunnah”.
“Jika seseorang mengkafirkan saudaranya, maka sesungguhnya kalimat itu kembali kepada salah satu dari keduanya.” (HR Muslim, dalam Shahih Muslim Jilid I/hal 47 hadits No. 111, hadits senada diriwayatkan oleh al-Bukhari, Juz III/hal. 408 No.5883)
Dari Abi Dzar ra bahwa dia mendengan Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah seseorang melemparkan tuduhan kepada yang lain dengan kefasikan, dan tidak pula melemparkan tuduhan kepada yang lain dengan kekafiran, melainkan hal itu akan kembali kepadanya apabila yang dituduh ternyata tidak demikian”.(HR al-Bukhari, Shahih Bukhari Juz III/ hal. 396, No. 582)
Sesungguhnya manusia yang paling terpercaya di sisiku dengan harta dan jiwanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku memilih kekasih, selain Tuhanku maka aku akan memilih Abu Bakr, Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam dan berkasih sayang dalam Islam. (HR al-Bukhari, Juz II/hal 344 No. 3529; hadits senada diriwayatkan oleh Muslim, Shahih Muslim Jilid II/hal 1119)
Rasulullah Saw bersabda ikutilah teladan orang-orang setelahku yaitu Abu Bakar dan Umar (HR al-Tirmidzi, Juz V/hal 609 No. 3662)
Hadits Mauquf kepada Ali ra.
Dari Muhammd bin Hanafiyah dia berkata; Aku bertanya kepada bapakku (yakni Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu): Siapakah manusia yang terbaik setelah Rasulullah ? beliau menjawab: “Abu Bakar”. Aku bertanya (lagi): “Kemudian siapa?”. Beliau menjawab: “Umar”. Dan aku khawatir beliau akan berkata Utsman, maka aku mengatakan: “Kemudian engkau?” Beliau menjawab: “Bukan aku kecuali seorang dari kalangan muslimin”.(diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahih Bukhari Juz II/hal 347 No.3544)
Pendapat Para Ulama
1) Pendapat Imam Malik
2) Pendapat Imam Ahmad
3) Pendapat Ibnu Hazm
4) Pendapat KH Hasyim Asyari (Rois Akbar PBNU)
MEMUTUSKAN
Mengukuhkan dan menetapkan keputusan MUI-MUI daerah yang menyatakan bahwa ajaran Syi’ah (khususnya Imamiyah Itsna Asyariyah atau yang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) serta ajaran-ajaran yang mempunyai kesamaan dengan faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah SESAT DAN MENYESATKAN.
Menyatakan bahwa penggunaan Istilah Ahlul Bait untuk pengikut Syi’ah adalah bentuk pembajakan kepada ahlul bait Rasulullah Saw.
Merekomendasikan:
Kepada Umat Islam diminta untuk waspada agar tidak mudah terpengaruh dengan faham dan ajaran Syi’ah (khususnya Imamiyah Itsna Asyariyah atau yang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya)
Kepada Umat Islam diminta untuk tidak mudah terprovokasi melakukan tindakan kekerasan (anarkisme), karena hal tersebut tidak dibenarkan dalam Islam serta bertolak belakang dengan upaya membina suasana kondusif untuk kelancaran dakwah Islam
Kepada Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dimohon agar tidak memberikan peluang penyebaran faham Syi’ah di Indonesia, karena penyebaran faham Syi’ah di Indonesia yang penduduknya berfaham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah sangat berpeluang menimbulkan ketidakstabilan yang dapat mengancam keutuhan NKRI.
Kepada Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dimohon agar melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku antara lain membekukan/melarang aktivitas Syi’ah beserta lembaga-lembaga yang terkait.
Kepada Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dimohon agar bertindak tegas dalam menangani konflik yang terjadi, tidak hanya pada kejadiannya saja, tetapi juga faktor yang menjadi penyulut terjadinya konflik, karena penyulut konflik adalah provokator yang telah melakukan teror dan kekerasan mental sehingga harus ada penanganan secara komprehensif.
Kepada Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dimohon agar bertindak tegas dalam menangani aliran menyimpang karena hal ini bukan termasuk kebebasan beragama tetapi penodaan agama.
Kepada Dewan Pimpinan MUI Pusat dimohon agar mengukuhkan fatwa tentang kesesatan Faham Syi’ah (khususnya Imamiyah Itsna Asyariyah atau yang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) serta ajaran-ajaran yang mempunyai kesamaan dengan faham Syi’ah sebagai fatwa yang berlaku secara nasional.
Surabaya, 27 Shafar 1433 H / 21 Januari 2012 M
DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) PROPINSI JAWA TIMUR
Ketua Umum Sekretaris Umum
KH. Abdusshomad Buchori Drs. H Imam Tabroni, MM
|
|
|
|
|
|
|
|
40. |
Pengirim: Achmad alQuthfby, SH, MH - Kota: Probolinggo
Tanggal: 25/5/2013 |
|
Pengirim: Abdul Aziz - Kota: DKI
Tanggal: 24/5/2013
Assalaamu'alaikum. Saya sudah membaca artikel ust bolak-balik. Tapi saya tidak menemukan dalil-dalil atau rujukan yg ust ambil sehingga bisa meyakinkan mad'u utk mewaspadai Wahaby. Ttg Syi'ah saya sepakat ttg kesesatannya dan tak pantas dianggap sebagai mazhab krn jelas-jelas mrk telah kafir. Ttg Wahaby, fenomenanya malah semakin banyak pengikutnya bahkan mereka bisa menggunakan masjid Istiqlal untuk Ta'lim mereka. Dan mereka lebih gencar dan lebih jelas dalam menyebarkan bahwa Syi'ah bukan Muslim. Sedangkan kita ( NU) tampak adem ayem saja bahkan sudah banyak JIL nya. Bagaimana tanggapan Ustadz? Jazakumulloh. Wassalamu'alaikum
- Dalam sebuah diskusi di Surabaya tentang status Wahhabi sebagai golongan
Khawarij, ada seorang teman bertanya: “Mengapa Anda memasukkan Wahhabi
ke dalam golongan Khawarij? Apa bukti-buktinya?”. Teman kita ini sepertinya
keberatan sekali kalau Wahhabi dimasukkan ke dalam golongan Khawarij.
Akhirnya pada waktu itu saya berusaha meyakinkan semua peserta diskusi yang
hadir, dengan memberikan penjelasan bahwa kita mengganggap Wahhabi
sebagai Khawarij, karena semua ulama Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang otoritatif
(mu’tabar) di kalangan pesantren mengatakan demikian. Dari kalangan ulama
madzhab al-Maliki, al-Imam Ahmad bin Muhammad al-Shawi al-Maliki, ulama
terkemuka abad 12 Hijriah dan semasa dengan pendiri Wahhabi, berkata dalam
Hasyiyah ‘ala Tafsir al-Jalalain sebagai berikut:
“Ayat ini turun mengenai orang-orang Khawarij, yaitu mereka yang mendistorsi
penafsiran al-Qur’an dan Sunnah, dan oleh sebab itu mereka menghalalkan
darah dan harta benda kaum Muslimin sebagaimana yang terjadi dewasa ini
pada golongan mereka, yaitu kelompok di negeri Hijaz yang disebut dengan
aliran Wahhabiyah, mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu (manfaat), padahal merekalah orang-orang pendusta.” (Hasyiyah al-
Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalain, juz 3, hal. 307).
Dari kalangan ulama madzhab Hanafi, al-Imam Muhammad Amin Afandi yang
populer dengan sebutan Ibn Abidin, juga berkata dalam kitabnya, Hasyiyah Radd
al-Muhtar sebagai berikut:
“Keterangan tentang pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, kaum Khawarij
pada masa kita. Sebagaimana terjadi pada masa kita, pada pengikut Ibn Abdil
Wahhab yang keluar dari Najd dan berupaya keras menguasai dua tanah suci.
Mereka mengikuti madzhab Hanabilah. Akan tetapi mereka meyakini bahwa
mereka saja kaum Muslimin, sedangkan orang yang berbeda dengan keyakinan
mereka adalah orang-orang musyrik. Dan oleh sebab itu mereka menghalalkan
membunuh Ahlussunnah dan para ulamanya sampai akhirnya Allah memecah
kekuatan mereka, merusak negeri mereka dan dikuasai oleh tentara kaum
Muslimin pada tahun 1233 H.” (Ibn Abidin, Hasyiyah Radd al-Muhtar ‘ala al-Durr
al-Mukhtar, juz 4, hal. 262).
Dari kalangan ulama madzhab Hanbali, al-Imam Muhammad bin Abdullah bin
Humaid al-Najdi berkata dalam kitabnya al-Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih al-
Hanabilah ketika menulis biografi Syaikh Abdul Wahhab, ayah pendiri Wahhabi,
sebagai berikut:
“Abdul Wahhab bin Sulaiman al-Tamimi al-Najdi, adalah ayah pembawa dakwah
Wahhabiyah, yang percikan apinya telah tersebar di berbagai penjuru. Akan
tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Padahal Muhammad (pendiri
Wahhabi) tidak terang-terangan berdakwah kecuali setelah meninggalnya sang
ayah. Sebagian ulama yang aku jumpai menginformasikan kepadaku, dari orang
yang semasa dengan Syaikh Abdul Wahhab ini, bahwa beliau sangat murka
kepada anaknya, karena ia tidak suka belajar ilmu fiqih seperti para pendahulu dan orang-orang di daerahnya. Sang ayah selalu berfirasat tidak baik tentang
anaknya pada masa yang akan datang. Beliau selalu berkata kepada
masyarakat, “Hati-hati, kalian akan menemukan keburukan dari Muhammad.”
Sampai akhirnya takdir Allah benar-benar terjadi. Demikian pula putra beliau,
Syaikh Sulaiman (kakak Muhammad bin Abdul Wahhab), juga menentang
terhadap dakwahnya dan membantahnya dengan bantahan yang baik
berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa
sallam. Syaikh Sulaiman menamakan bantahannya dengan judul Fashl al-
Khithab fi al-Radd ‘ala Muhammad bin Abdul Wahhab. Allah telah
menyelamatkan Syaikh Sulaiman dari keburukan dan tipu daya adiknya
meskipun ia sering melakukan serangan besar yang mengerikan terhadap
orang-orang yang jauh darinya. Karena setiap ada orang yang menentangnya,
dan membantahnya, lalu ia tidak mampu membunuhnya secara terang-terangan,
maka ia akan mengirim orang yang akan menculik dari tempat tidurnya atau di
pasar pada malam hari karena pendapatnya yang mengkafirkan dan
menghalalkan membunuh orang yang menyelisihinya.” (Ibn Humaid al-Najdi, al-
Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih al-Hanabilah, hal. 275).
Dari kalangan ulama madzhab Syafi’i, al-Imam al-Sayyid Ahmad bin Zaini
Dahlan al-Makki, guru pengarang I’anah al-Thalibin, kitab yang sangat otoritatif
(mu’tabar) di kalangan ulama di Indonesia, berkata:
“Sayyid Abdurrahman al-Ahdal, mufti Zabid berkata: “Tidak perlu menulis
bantahan terhadap Ibn Abdil Wahhab. Karena sabda Nabi shallallahu alaihi wa
sallam cukup sebagai bantahan terhadapnya, yaitu “Tanda-tanda mereka
(Khawarij) adalah mencukur rambut (maksudnya orang yang masuk dalam
ajaran Wahhabi, harus mencukur rambutnya)”. Karena hal itu belum pernah
dilakukan oleh seorang pun dari kalangan ahli bid’ah.” (Sayyid Ahmad bin Zaini
Dahlan, Fitnah al-Wahhabiyah, hal. 54).
Demikian pernyataan ulama terkemuka dari empat madzhab, Hanafi, Maliki,
Syafi’i dan Hanbali, yang menegaskan bahwa golongan Wahhabi termasuk
Khawarij bukan Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Tentu saja masih terdapat ratusan
ulama lain dari madzhab Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang menyatakan bahwa
Wahhabi itu Khawarij dan tidak mungkin kami kutip semuanya dalam diskusi kali
ini.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Sayyid Ahmad Zaini Dahlan adalah salah satu ulama rujukan bagi umat Islam asli Indonesia. |
|
|
|
|
|
|
|
41. |
Pengirim: Kyai - Kota: Probolinggo
Tanggal: 25/5/2013 |
|
Pengirim: Abdul Aziz - Kota: DKI
Tanggal: 24/5/2013
Assalaamu'alaikum. Saya sudah membaca artikel ust bolak-balik. Tapi saya tidak menemukan dalil-dalil atau rujukan yg ust ambil sehingga bisa meyakinkan mad'u utk mewaspadai Wahaby. Ttg Syi'ah saya sepakat ttg kesesatannya dan tak pantas dianggap sebagai mazhab krn jelas-jelas mrk telah kafir. Ttg Wahaby, fenomenanya malah semakin banyak pengikutnya bahkan mereka bisa menggunakan masjid Istiqlal untuk Ta'lim mereka. Dan mereka lebih gencar dan lebih jelas dalam menyebarkan bahwa Syi'ah bukan Muslim. Sedangkan kita ( NU) tampak adem ayem saja bahkan sudah banyak JIL nya. Bagaimana tanggapan Ustadz? Jazakumulloh. Wassalamu'alaikum
- Tolong saudara Abdul Aziz membaca lagi artikel di web ini dengan detil dan cermat sehingga mendapatkan kesimpulan mengenai perlunya wahhabi diwaspadai
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Yang jelas, sifat orang yang membaca sebuah artikel itu adalah sbb:
1. Ada kelompopk orang yang sekali baca saja langsung paham dan dapat menarik kesimpulan secara baik dan benar, karena tingkat IQ-nya tergolong tinggi, alias otaknya cerdas.
2. Ada kelompok orang yang cara membacanya harus diulang bacaannya, hingga memahami isi pembahasannya secara baik dan benar. Ini menandakan tingkat IQ-nya atau kecerdasannya sedang-sedang saja.
3. Ada pula kelompok orang yang sudah berkali-kali membacanya, namun tetap saja tidak paham-paham dengan apa yang dibacanya, bahkan salah paham dalam menyimpulkan isi kandungan artikelnya. Kelompok yang satu ini yang pasti tingkat IQ-nya tergolong rendah dan standar otaknya sangat tidak berkualias. Orang jahil/bahlul/bodoh tentunya masuk dalam kelompok ini. Jika kelompok semacam ini ternyata sudah berani tampil di tengah masyarakat, maka pasti dunia akan semakin rusak. |
|
|
|
|
|
|
|
42. |
Pengirim: Kyai - Kota: Probolinggo
Tanggal: 25/5/2013 |
|
Menurut al-Imam Asy-Syathibi, dari ketiga tanda-tanda aliran sesat di atas, tanda
yang pertama diterangkan dalam hadits-hadits iftiraq (yang menerangkan
tentang perpecahan umat Islam). Sedangkan tanda-tanda kedua dan ketiga,
yaitu mengikuti teks mutasyabihat dan hawa nafsu, tidak diterangkan dalam
hadits-hadits iftiraq, akan tetapi disebutkan dalam ayat al-Qur’an (QS. 3 : 7).
Selain hal tersebut, Asy-Syathibi juga menerangkan bahwa ciri khas ahli bid’ah
dapat diketahui dari awal pembicaraan. Yaitu setiap bertemu orang lain, ia akan
membeberkan kejelekan orang-orang terdahulu yang dikenal alim, saleh dan
menjadi panutan umat. Sebaliknya ia akan menyanjung setinggi langit, orangorang
yang berbeda dengan para tokoh panutan tersebut.
Dalam hal ini Asy-Syathibi memberikan contoh bagi kita, bagaimana kaum
Khawarij mengkafirkan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam. Padahal
para sahabat telah dipuji oleh Allah dalam al-Qur’an dan dipuji oleh Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam dalam hadits-hadits shahih. Sebaliknya, kaum
Khawarij justru memuji Abdurrahman bin Muljam al-Muradi karena telah
membunuh Sayidina Ali radhiyallahu anhu.
Perbuatan serupa juga dilakukan oleh orang-orang Syi’ah. Syi’ah telah
menghujat dan mengkafirkan para sahabat. Menurut Syiah, seperti dalam
riwayat al-Kulaini dalam Ushul al-Kafi, sesudah Nabi shallallahu alaihi wasallam
wafat, semua sahabat menjadi murtad kecuali tiga orang saja, yaitu Salman al-
Farisi, Abu Dzarr al-Ghifari dan Miqdad bin al-Aswad.
Sementara kaum Wahhabi, secara ekslpisit tidak mengkafirkan para sahabat dan
generasi salaf. Namun dari pandangan mereka yang membid’ahkan dan
mengkafirkan beberapa amaliah generasi salaf sejak masa sahabat, tabi’in dan generasi penerusnya, seperti amaliah tawassul, istighatsah, tabarruk dan lainlain,
sebagian ulama menganggap kaum Wahhabi telah membid’ahkan dan
mengkafirkan generasi salaf secara implisit. Bukankah amaliah tawassul,
tabarruk, istighatsah dan lain-lain yang menjadi isu-isu kontroversi antara kaum
Sunni dengan Wahhabi, telah diajarkan oleh kaum salaf, generasi sahabat,
tabi’in dan generasi sesudahnya. Sebaliknya, kaum Wahhabi justru menganggap
orang-orang Musyrik seperti Abu Jahal, Abu Lahab dan lain-lain lebih mantap
tauhidnya dari pada kaum Muslimin yang bertawassul.
Belakangan, dari kaum Wahhabi kontemporer tidak sedikit terlontar pernyataan
tokoh-tokoh mereka yang menistakan generasi salaf secara parsial (juz’i). Syaikh
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, misalnya menganggap sahabat Bilal bin al-
Harits al-Muzani radhiyallahu anhu telah musyrik, dalam komentarnya terhadap
kitab Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari karena melakukan istighatsah di
makam Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada masa Khalifah Umar bin al-
Khaththab radhiyallahu anhu. Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin dalam
fatwanya, menganggap al-Imam al-Nawawi dan al-Hafizh Ibn Hajar al-’Asqalani
bukan pengikut Ahlussunnah.
Syaikh Nashir al-Albani dalam fatwanya mengkafirkan al-Imam al-Bukhari karena
melakukan ta’wil terhadap ayat mutasyabihat dalam al-Qur’an. Dalam kitab al-
Tawassul Ahkamuhu wa Anwa’uhu, al-Albani juga mencela Sayyidah ‘Aisyah,
dan menganggapnya tidak mengetahui kesyirikan. Syaikh Ahmad bin Sa’ad bin
Hamdan al-Ghamidi, menganggap al-Imam al-Hafizh al-Lalika’i, pengarang kitab
Syarh Ushul I’tiqad Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah, tidak bersih dari kesyirikan.
Demikian sekelumit contoh penistaan tokoh-tokoh Wahhabi terhadap generasi
salaf dan para ulama terkemuka secara parsial.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Komentar yang sangat argumentatif. Sangat bermanfaat untuk umat. |
|
|
|
|
|
|
|
43. |
Pengirim: Kyai - Kota: Probolinggo
Tanggal: 25/5/2013 |
|
Muhammad bin Abdul Wahhab menganggap ilmu fiqih termasuk ilmu syirik, dan ulama fiqih sebagai syetan manusia dan jin. Muhammad bin Abdul Wahhab berkata:
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah”. Rasulullah SAW dan para imam sesudahnya menafsirkan ayat tersebut dengan ilmu yang kalian namakan ilmu fiqih, itulah yang Allah namakan syirik, dan menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan, aku tidak menemukan perbedaan di kalangan ahli tafsir mengenai makna tersebut. Kesimpulannya, orang yang diberikan rizqi ilmu oleh Allah, akan tahu bahwa catatan-catatan yang datang kepada kamu, kamu gembira dengannya dan kalian bacakan kepada orang-orang awam, dari mereka yang kalian anggap sebagai ulama, sebagaimana Allah SWT berfirman: “112. dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)[499]. 113. dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu”. (al-Durar al-Saniyyah fi al-Ajwibah al-Najdiyyah, juz 2 hal. 59, terbitan Riyadh Saudi Arabia tahun 1996).
Dalam pernyataan Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi al-Qarni di atas, ada beberapa kesimpulan yang perlu digarisbawahi;
1) Muhammad bin Abdul Wahhab menganggap ilmu fiqih sebagai ilmu syirik.
2) Pendapat tersebut menurutnya sebagai penafsiran dari ayat 31 surah al-Taubah, tanpa ada perselisihan di kalangan ulama ahli tafsir manapun. Tentu saja ini murni kebohongan Muhammad bin Abdul Wahhab. Silahkan Anda lihat kitab al-Durr al-Mantsur, karya al-Imam Jalaluddin al-Suyuthi, yang mengutip semua penafsiran ulama Salaf terhadap ayat tersebut, tidak satu pun di antara mereka yang menafsirkan ayat 31 surah al-Taubah, dengan ilmu fiqih sebagai ilmu syirik. Tetapi Muhammad bin Abdul Wahhab menganggap penafsirannya sebagai penafsiran final dan disepakati oleh seluruh ahli tafsir.
3) Para ulama fiqih menurutnya, tak obahnya setan-setan manusia dan jin
INI SALAH SATU DALIL MENGAPA ALIRAN WAHABY WAJIB & HARUS DIWASPADAI !!!
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Sangat setuju istilah WAHHABI itu disematkan kepada pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab Annajdi. |
|
|
|
|
|
|
|
44. |
Pengirim: Kyai - Kota: Probolinggo
Tanggal: 25/5/2013 |
|
Apalagi Micko Sigit mengklaim bahwa al Albani seorang muhaddits. Padahal dia bukan seorang muhaddits. Dia tak punya sanad. Dan dari kurang ajarnya, al Albani telah mengkafirkan Imam Bukhari. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Wahhabi itu dibagi dua. Ada yang GALAK dan ada yang JINAK. Al-albani termasuk tokohnya WAHHABI GALAK. |
|
|
|
|
|
|
|
45. |
Pengirim: Herman - Kota: Bogor
Tanggal: 27/5/2013 |
|
Assalamualaikum,
Sepertinya Ustadz Lutfi salah sangka dengan komentar saya, yang saya maksudkan adalah dalam rangka mencintai nabi maka kita dalam merayakan maulid nabi harus berusaha agar acara maulid tersebut tidak tercemar oleh amaliah yang gak bener, contoh perempuan berjilbab namun berpakain ketat, berlipstik tebal sehingga tabarruj dan berkasidahan ria di depan para kyai atau ikhwan, ini yang harus di luruskan.
Contoh bagus kedua, saya pernah menghadiri walimah pernikahan seorang habib, dan sangat bagus sekali acara walimahnya, tidak ada iktilath, karena acara walimah antara buat laki2 dan perempuan dipisah waktunya, contoh untuk perempuan acara walimahnya di siang hari, sedangkan untuk laki2 selesai isya.
Nah inilah yang disebut dengan mengamalkan ajaran IMAM SYAFEI yang benar. Jangan sampai acara maulid nabi yang bagus dan mulia tapi dilecehkan dengan tingkah laku kita yang menyebabkan iktilath dan tabbaruj.
Kan cakep tuh ustadz pengamalan ajaran ASWAJA nya.
Syukron,
Herman |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
1. Niat akhi baik, tapi di artikel judul ini dengan apa komentar-komentar yang telah akhi lontarkan, jelas-jelas tidak baik, bahkan kesalahan besar.
2. Contoh kasus, membaca Aquran itu baik dan ibadah dapat pahala, tapi kalau membaca Alquran dengan niat sengaja menganggu orang muslim lain dengan suara bacaannya, misalnya baca Alquran jam 24.00 dengan suara kencang, maka hukumnya jadi haram.
3. Komentar-komentar akhi tidak menunjukkan pembelaan terhadap amalan warga Sunni Syafi'i Asy'ari dari tuduhan Sesat dari kaum Wahhabi. Jadi, akhi jelas masih tampak sangat condong sekali terhadap kaum Wahhabi. Atau sejatinya akhi ini penganut Jamaah Tabligh yang cenderung netral ? Yang kata anak muda jaman sekarang di kenal dengan JAMA'AH DI SINI SENANG DI SANA SENANG, DI MANA-MANA HATIKU SENANG..!! |
|
|
|
|
|
|
|
46. |
Pengirim: herman - Kota: Bogor
Tanggal: 28/5/2013 |
|
Assalamualaikum,
Ustadz Lutfi yang saya hormati,
1. Saya banyak mengucapkan terimakasih sebesar2nya kepada Ustadz Lutfi yang telah membagikan Ilmu syariah kepada saya, khususnya tentang postingan PENDAPAT PARA ULAMA AHLUL SUNNAH TERHADAP KESESATAN SYIAH RAFIDHAH. Hal ini sangat membantu saya dalam memahami tentang kesesatan SYIAH dan sebagai bahan debat dengan kelompok mereka.
2. Almarhum Bapak kandung saya belajar tasawuf dengan Ulama NU terkenal di sumatera selatan (palembang), beliau ketua DPW NU Sumatera Selatan, namanya Kyai haji Zen Syukri, Khalifah tarekat Sammaniyah, murid langsung hadratush syaikh Kyai Hasyim Ashari pendiri NU.
Nah saya ini wahhabi atau bukan?
3. Saya bermazhab Ahlul Sunnah Wal Jammaah dalam akidah, untuk fikih saya lebih banyak mempelajari mazhab Syafei dan Hambali.
4. Amaliah ASWAJA NU SYAFEI : Saya menghormati pendapat Imam Ahmad bin Hambali yang membolehkan TAWWASUL dengan Perantaraan Nabi Muhammad Sallahu alaihi wassalam, Saya menghormati pendapat IMAM SYAFEI yang TIDAK MEMBOLEHKAN TAWWASSUL dengan perantaraan nabi Muhammad Sallahu alaihi Wassalam.
Saya menghormati pendapat Imam Ahmad bin Hambali dan Syaikh Ibnu Taymiah yang berpendapat SAMPAINYA HADIAH BACAAN ALQURAAN UNTUK MAYYIT (tahlillan), saya juga menghormati pendapat IMAM SYAFEI YANG BERPENDAPAT TIDAK SAMPAINYA HADIAH BACAAN ALQURAN UNTUK MAYYIT.
Saya mengikuti menghormati pendapat para ulama ahlul sunnah waljamaah, termasuk masalah iktilaf di antara mereka.
Begitu aja Ustadz Lutfi, jadi NU, tawwassul, maulid nabi bagian dari amaliah Bapak kandung saya, dan sudah terbiasa melakukan maulid dan amaliah NU.
Syukron,
Herman |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami baru tahu, ternyata akhi berani berbohong kepada umat Islam, untuk menciptakan keragu-raguan bagi aqidah warga NU yang murni menganut Sunni syafi'i. Sekali berdakwah dengan kebohongan, maka selamanya akan cacat di mata umat.
Sekali lagi kami katakan: Sayang sekali akhi Herman lebih senang berdalil dan bertaqlid kepada kebohongan kaum Wahhabi yang mengatakan Imam Syafi'i Mengharamkan Tawaasul Dengan Perantara Nabi SAW sesudah wafatnya. Padahal Imam Syafi'i sendiri justru bertawassul dengan perantara Almarhum Imam Abu Hanifah, sebagaimana disebut dalam kitab Tarikh Baghdad, karya Alimam Alhafidz Abu Bakar Ahmad bin Ali, yang lebih dikenal dengan Alkhathib Albaghdadi (wafat th 463 H). Berikut cuplikannya:
Aku mendengar Imam Syafi'i berkata: Sesungguhnya saya benar-benar melakukan tabarruk (mencari
berkah) kepada Imam Abu Hanifah,
Saya mendatangi makamnya setiap hari untuk ziarah, jika ada suatu masalah yang menimpa saya, maka saya shalat dua raka'at dan saya mendatangi makam Imam Abu Hanifah, lantas saya meminta kepada Allah agar menyelesaikan urusan saya, di samping makam beliau, hingga tidak jauh setelah itu, maka keinginan saya telah dikabulkan oleh Allah.
Disebutkan pula bahwa di sana (komplek makam Imam Abu Hanifah) terdapat makam salah seorang anak shahabat Ali bin Abi Thalib, dan banyak orang menziarahinya untuk mendapatkan berkah di sana.
Imam Ibrahim Alharbi berkata: Makam Imam Ma'ruf al Karkhi adalah obat yang mujarab.
Disebutkan juga beberapa riwayat lain yang mengatakan bahwa di komplek pemakaman tempat Imam Abu Hanifah dikuburan yaitu di Kufah, terdapat salah seorang anak cucu dari Sy. Ali bin Abi Thalib yang sering dijadikan tempat ziarah dan mencari berkah oleh orang-orang Islam.
Lagi-lagi fakta ini menohok kaum Wahhabi yang mengatakan Tawwassul dengan orang yang sudah meninggal dunia, sebagai perbuatan yang diharamkan oleh Imam Syafi'i, bahkan menurut bahasa kaum Wahhabi adalah: perbuatan syirik dan kufur. |
|
|
|
|
|
|
|
47. |
Pengirim: Kyai - Kota: Probolinggo
Tanggal: 29/5/2013 |
|
Pengirim: Herman - Kota: Bogor
Tanggal: 27/5/2013
Assalamualaikum,
Sepertinya Ustadz Lutfi salah sangka dengan komentar saya, yang saya maksudkan adalah dalam rangka mencintai nabi maka kita dalam merayakan maulid nabi harus berusaha agar acara maulid tersebut tidak tercemar oleh amaliah yang gak bener, contoh perempuan berjilbab namun berpakain ketat, berlipstik tebal sehingga tabarruj dan berkasidahan ria di depan para kyai atau ikhwan, ini yang harus di luruskan.
Contoh bagus kedua, saya pernah menghadiri walimah pernikahan seorang habib, dan sangat bagus sekali acara walimahnya, tidak ada iktilath, karena acara walimah antara buat laki2 dan perempuan dipisah waktunya, contoh untuk perempuan acara walimahnya di siang hari, sedangkan untuk laki2 selesai isya.
Nah inilah yang disebut dengan mengamalkan ajaran IMAM SYAFEI yang benar. Jangan sampai acara maulid nabi yang bagus dan mulia tapi dilecehkan dengan tingkah laku kita yang menyebabkan iktilath dan tabbaruj.
Kan cakep tuh ustadz pengamalan ajaran ASWAJA nya.
Syukron,
Herman
---------------------
Coba sebutkan contoh daerah mana yang terjadi percampuran antara jama’ah lekaki dan jama’ah perempuan didalam acara maulid?
Nanti saya akan cek ke PCNU setempat benarkah tuduhan anda tsb.
Iya mari saudara Herman qta kembangkan maulid nabi sbg sarana dakwah dan bukti cinta kita kpd Rasul. Dan jika memang terjadi kebathilan secara teknis dan tidak menyentuh substansi maulid itu sendiri, maka dibantu untuk meluruskan.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Sangat setuju. Termasuk aktifis PEJUANG ISLAM NU GARIS LURUS juga sering memberitahu umat, agar tidak mencampuradukkan yang HAK dengan KEBATHILAN, jangan campurkan Ibadah dengan Kemaksiatan, jangan campurkan Sunni dengan Syi'ah, dan jangan campurkan Aswaja dengan Wahhabi. Pasti akan berantakan. |
|
|
|
|
|
|
|
48. |
Pengirim: Achmad alQuthfby, SH, MH - Kota: Probolinggo
Tanggal: 29/5/2013 |
|
Pengirim: herman - Kota: Bogor
Tanggal: 28/5/2013
Assalamualaikum,
Ustadz Lutfi yang saya hormati,
1. Saya banyak mengucapkan terimakasih sebesar2nya kepada Ustadz Lutfi yang telah membagikan Ilmu syariah kepada saya, khususnya tentang postingan PENDAPAT PARA ULAMA AHLUL SUNNAH TERHADAP KESESATAN SYIAH RAFIDHAH. Hal ini sangat membantu saya dalam memahami tentang kesesatan SYIAH dan sebagai bahan debat dengan kelompok mereka.
2. Almarhum Bapak kandung saya belajar tasawuf dengan Ulama NU terkenal di sumatera selatan (palembang), beliau ketua DPW NU Sumatera Selatan, namanya Kyai haji Zen Syukri, Khalifah tarekat Sammaniyah, murid langsung hadratush syaikh Kyai Hasyim Ashari pendiri NU.
Nah saya ini wahhabi atau bukan?
3. Saya bermazhab Ahlul Sunnah Wal Jammaah dalam akidah, untuk fikih saya lebih banyak mempelajari mazhab Syafei dan Hambali.
4. Amaliah ASWAJA NU SYAFEI : Saya menghormati pendapat Imam Ahmad bin Hambali yang membolehkan TAWWASUL dengan Perantaraan Nabi Muhammad Sallahu alaihi wassalam, Saya menghormati pendapat IMAM SYAFEI yang TIDAK MEMBOLEHKAN TAWWASSUL dengan perantaraan nabi Muhammad Sallahu alaihi Wassalam.
Saya menghormati pendapat Imam Ahmad bin Hambali dan Syaikh Ibnu Taymiah yang berpendapat SAMPAINYA HADIAH BACAAN ALQURAAN UNTUK MAYYIT (tahlillan), saya juga menghormati pendapat IMAM SYAFEI YANG BERPENDAPAT TIDAK SAMPAINYA HADIAH BACAAN ALQURAN UNTUK MAYYIT.
Saya mengikuti menghormati pendapat para ulama ahlul sunnah waljamaah, termasuk masalah iktilaf di antara mereka.
Begitu aja Ustadz Lutfi, jadi NU, tawwassul, maulid nabi bagian dari amaliah Bapak kandung saya, dan sudah terbiasa melakukan maulid dan amaliah NU.
Syukron,
Herman
-----------------------
Yang anda sebutkan adalah selalu Bapak Kandung anda, tapi anda sendiri bagaimana?
Saya katakan: “SELURUH ULAMA AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH ADALAH PENGAMAL TAWASSUL DAN SANGAT MEMBOLEHKAN TAWASSUL”.
Kalo anda berkata bahwa IMAM SYAFEI yang TIDAK MEMBOLEHKAN TAWWASSUL dengan perantaraan nabi Muhammad berarti anda telah melakukan pembohongan publik terhadap diri Imam Syafii. Sungguh ini tindakan biadab!!!
Imam Syafi'i berkata:
ءَالُ النَّبِي ذَرِيْعَتِيْ # وَهُمُوْ إِلَيْهِ وَسِيْلَتِيْ
أَرْجُوْ بِهِمْ أُعْطَى غَدًا # بِيَدِي الْيَمِيْنِ صَحِيْفَتِيْ
Keluarga Rasulullah adalah sandaranku,
mereka semua adalah wasilah-ku kepada Allah.
Dengan -kemuliaan/kehormatan- mereka
aku berharap hari kiamat kelak lembaran amal-ku
diberikan pada tangan kanan-ku
(Diwan as-Syafi’i Habr al-Ummah
Wa Imam al-A’immah, h. 106)
imam syafi’i dalam salah satu syairnya:
آل النبى ذريعتى # وهم إليه وسيلتى
أرجو بهم أعطى غدا # بيدى اليمن صحيفتى
(العواصق المحرقة لأحمد بن حجر المكى ص:180)
"Keluarga nabi adalah familiku, Mereka perantaraku kepadanya (Muhammad), aku berharap melalui mereka, agar aku menerima buku perhitunganku di hari kiamat nanti dengan tangan kananku"
Perlu ditegaskan bahwa IbnTaimiyyah itu bukan Ulama Ahlussunnah wal Jama’ah, dia ulama Wahabi.
Dalam mengikuti pola bermadzhab dengan mengikuti madzhab salah satu imam
mujtahid, misalnya mayoritas umat Islam Indonesia mengikuti madzhab al-Syafi’i,
tidak berarti kita menyembah al-Imam al-Syafi’i, dengan artian mengikuti seluruh
pendapat beliau 100 % mulai dari A sampai Z.
Para ulama kita, yang menuntun kita mengikuti madzhab al-Imam al-Syafi’i
mengajarkan agar kita bermadzhab secara selektif dan korektif. Hal ini yang kita
istilahkan dengan madzhab secara manhaji, atau bermadzhab dengan cerdas.
Al-Imam Abu Yusuf dan Muhammad bin al-Hasan, murid terbaik dan penyebar
madzhab al-Imam Abu Hanifah, menyelisihi gurunya (Abu Hanifah) dalam 2/3
madzhab. Akan tetapi keduanya tetap dianggap sebagai pengikut dan penyebar
madzhab Hanafi. Para ulama pengikut madzhab Maliki, dalam banyak masalah
menyelisihi pendapat Imam Malik bin Anas, sang pendiri madzhab sendiri.
Namun mereka tetap dianggap sebagai pengikut madzhab Maliki.
Dalam madzhab al-Syafi’i sendiri, para ulama sepakat bahwa ketika terjadi
perbedaan pendapat antara qaul qadim (pendapat lama), yaitu hasil ijtihad beliau
ketika masih tinggal di Iraq, dengan qaul jadid (pendapat baru), yaitu hasil ijtihad
beliau setelah tinggal di Mesir di akhir hayatnya, harus mengikuti qaul jadid
sesuai dengan pesan al-Imam al-Syafi’i sendiri. Akan tetapi sekitar dalam 12
masalah para ulama kita mengharuskan mengikuti qaul qadim, karena setelah
dikaji dan diteliti, qaul qadim itu lebih kuat dalilnya dalam 12 masalah tersebut.
Hal ini bukan berarti kita keluar dari madzhab al-Imam al-Syafi’i. Tetapi mengikuti
madzhab beliau dalam ijtihad yang kita pandang benar dan kuat dalil-dalilnya.
Kaitannya dengan pengiriman hadiah pahala tahlilan kepada mayit, memang ada
riwayat yang sangat populer dari al-Imam al-Syafi’i, bahwa beliau berpendapat,
hadiah pahala bacaan al-Qur’an tidak sampai kepada mayit. Namun sebagian
besar pengikut madzhabnya, berpendapat bahwa hadiah pahala bacaan al-
Qur’an sampai kepada mayit. Tentunya terhadap Imam Syafii adalah para ulama besar pengikut mahdzabnya yang lebih mengetahuinya. Pendapat tsb juga sesuai dengan pendapat al-Imam Ahmad bin Hanbal dan lain-lain. Oleh karena itu, siapapun tidak bisa menggugat pengikut madzhab al-Syafi’i yang melakukan tradisi pengiriman hadiah pahala bacaan al-Qur’an dan lain-lain kepada mayit, selama mereka mengikuti pendapat lain yang dipandang lebih kuat dalilnya.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Syukran sajian ilmunya. |
|
|
|
|
|
|
|
49. |
Pengirim: Herman - Kota: Bogor
Tanggal: 29/5/2013 |
|
Assalamualaikum,
Ya Ustadz Lutfi, saudara saya seakidah (ahlul sunnah wal jamaah),
DEMI ALLAH ( persumpahan tertinggi seorang muslim), Saya tidak bermaksud membohongi umat islam, apalagi saudara seakidah NU, Janganlah anda main menuduh saya sembarangan, bukankah saya sendiri dilahirkan oleh orang NU, bukankah saya sendiri takzim dan mencintai Kyai NU kami, yang merupakan guru ayah saya?
Sikap akhi ustadz seperti ini saya khawatir akan menyebabkan ustadz sama saja dengan oknum wahhabi yang kasar, bersikaplah yang bijak.
Dengan kearifan anda sebagai seorang ulama anda bisa mengatakan kepada saya bahwa kisah tabbaruk Imam Syafei kepada Imam Abu Hanifah adalah kisah yang shahih dan muktabar, namun ada juga kelompok lain yang mengatakan kisah tersebut tidak shahih dengan alasan dari sisi periwayatan hadits .
Tunjukkan kalau akhi ustadz Lutfi itu memang arif, bukankah ini adalah sifat yang harus dimiliki seorang ulama ahlul sunnah.
Jadi jangan karena ada perbedaan pendapat langsung dituduh WAHHABI, abis sholat tidak salaman dituduh WAHHABI, tidak mengucapkan melafazkan niat dituduh WAHHABI, jenggotan dituduh WAHHABI.
Sekalian saja akhi ustadz menuduh saya SYIAH RAFIDHAH atau SYIAH IMMAMIYAH.
Akhi ustadz Lutfi boleh saja menuduh atau melabeli saya seperti NU palsu, antek WAHHABI, antek SYIAH, atau JAMMAAH TABLIQ DI SINI SENANG DI SANA SENANG, itu hak anda.
Hanya percayalah, Demi ALLAH Azza Wajalla, yang saya inginkan itu adalah UKHUWAH ISLAMIYAH DI ATAS DASAR KEIMANAN, DAN MENGIKUTI SUNNAH RASULLAH.
Syukron,
Herman |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami minta pertanggungjawaban dari akhi, tolong dijawab dengan jujur: Dimana kitab Aswaja (NU) yang benar-benar menyatakan bahwa Imam Syafi'i itu mengharamkan Tawassul dengan perantara Nabi SAW, seperti yang akhi katakan? Karangan siapa, halaman berapa, cetakan dan penerbitan mana?
Alangkah indah dan bermanfaatnya nukilan Akhi Achmad Alquthfby, sebagai bukti jika Imam Syafi'i juga bertawassul :
Imam Syafi'i berkata:
ءَالُ النَّبِي ذَرِيْعَتِيْ # وَهُمُوْ إِلَيْهِ وَسِيْلَتِيْ
أَرْجُوْ بِهِمْ أُعْطَى غَدًا # بِيَدِي الْيَمِيْنِ صَحِيْفَتِيْ
Keluarga Rasulullah adalah sandaranku,
mereka semua adalah wasilah-ku kepada Allah.
Dengan -kemuliaan/kehormatan- mereka
aku berharap hari kiamat kelak lembaran amal-ku
diberikan pada tangan kanan-ku
(Diwan as-Syafi'i Habr al-Ummah
Wa Imam al-A'immah, h. 106)
imam Syafi'i dalam salah satu syairnya:
آل النبى ذريعتى # وهم إليه وسيلتى
أرجو بهم أعطى غدا # بيدى اليمن صحيفتى
(العواصق المحرقة لأحمد بن حجر المكى ص:180)
"Keluarga Nabi adalah familiku, Mereka perantaraku kepadanya (Muhammad), aku berharap melalui mereka, agar aku menerima buku perhitunganku di hari kiamat nanti dengan tangan kananku"
Sekalian kami infokan, sebuah artikel yang mengungkap Perilaku Kaum Wahhabi dalam dunia karya ilmiah, sbb:
Kejahatan Intelektual Wahabi Terhadap Kitab 'AL-ADZKAR'
Abdul Adzim Irsad
Imam Nawawi salah satu ulama paling produktif dalam berkarya yang bermadhab Syafii dan ber-akidah As'ary. Karya-karya beliau begitu berkualitas yang sulit ditandingi. Puluhan karya beliau menyebar ke seluruh jagad raya, termasuk di Arab Saudi. Sayangnya Ulama Wahhabi miring menilai Imam Nawawi, dengan alasan karena akidahnya Asy`ary.
Begitu besar penggaruh tulisan Syekh Imam Nawawi, sampai-sampai menembus batas-batas, seperti; Negara, Eropa, Asia, Afrika, Amerika. Sedangkan Arab Saudi yang menjadi pusat peradaban juga mengakui kehebatan Imam Nawawi. Tetapi, mereka juga berani mengkrtik terhadap Imam Nawawi, karena akidah Imam Nawawi adalah Asy'ary, tetapi karya-karyanya digunakan bahkan dijadikan rujukan.
Ulama Mesir, Syiria, Iran, Indonesia, Pakistan, juga mengakui bahwa karya Imam Nawawi benar-benar top markatob. Pendeknya, Imam Nawawi benar-benar mampu memberikan isnpirasi kepada setiap ulama untuk menulis dan berkarya.
Imam Nawawi menulis bukan untuk royalty. Tapi hanya sebagai penyambung lisan Rasulullah SAW, dan berusaha menjelaskan pesan-pesan Allah SWT di dalam Al-Quran.
Dari sekian banyak karya beliau, ternyata ada yang kurang berkenan pada ulama-ulama Saudi Arabia, yaitu kitab ‘’Al-Adzkar’’. Padahal kitab ini menjadi kajian dan rujukan utama ulama-ulama dunia, termasuk Indonesia, India, Mesir, dan warga Arab Saudi yang mermadhab Syafi'i.
Ketidaksukaan ulama Saudi (baca: Wahhabi) terhadap kitab ini, karena Imam Nawawi secara khusus menyebutkan bab tentang ‘’Istihbab (anjuran) Berziarah Ke Makam Rasulullah SAW’’.
Dan, karena memang ziarah Nabi itu sangat dianjurkan, bahkan sunnah hukumnya. Kebetulan sebagian besar Ulama Saudi (wahabisme) paling anti dengan ‘’Ziarah Nabi SAW’’. Bahkan tidak segan-segan mengecap orang yang berniat ziarah Rasulullah SAW sekalipun sesuai dengan ajaran Nabi SAW, dengan kata lain sebagai bentuk Syirik (menyekutukan Allah SWT).
Rupanya, Ulama Saudi ada yang tidak suka terhadap ‘’Fasl’’ tersebut. Walaupun tidak semua ulama Saudi begitu, karena ada juga ulama Saudi yang masih berpegang teguh pada madhab Syafi'i dan berakidah Asy`ary.
Ketika tidak suka dan tidak setuju, bukannya mengkritik tulisan Imam Nawawi dengan tulisan ilmiyah, sebagai bentuk perlawanan ilmiyah. Tetapi, mereka justru merubahnya dengan penggantian menjadi: ’’Faslun fi Ziyarati Masjidi Rasulillah SAW’’.
Padahal, hal yang seperti ini tidak diperkanankan dalam dunia intelektual, baik dalam ajaran agama, maupun dunia ilmiyah, bahkan termasuk pada kejahatan intelektual.
Jika memang tidak suka, atau menganggap bahwa berziarah kubur itu haram dan syirik. Tidak perlu merubah karya tulis yang sudah ada. Karena hal ini menunjukkan kalau mereka tidak memiliki nyali untuk menulis, dengan istilah lain tidak percaya diri.
Jika boleh membandingkan, antara ulama Saudi (wahabisme) yang merubah kitab Al-Adzkar dengan Imam Nawawi, pasti tidak sebanding, baik ilmu maupun zuhudnya.
Dalam tradisi ilmiyah, jika ada pihak yang tidak berkenan, bisa membuat kritikan. Bukan membuat kebohongan.
Seorang ulama sejati, tidak akan berbuat bohong. Jika seorang ulama Suadi melakukan kebohongan, maka ilmunya tidak bisa dipercaya.
Dalam kitab Al-Adzkar yang masih asli, ternyata tulisannya berbeda dengan tulisan yang di cetak oleh ulama Wahhabi Arab Saudi.
Bahkan, setelah diteliti, ternyata yang merubah fasl dalam kitab Al-adzkar tersebut adalah: Lembaga Hai`ah Muraqabah Al-Matbuat (Badan Sensor Percetakan) Saudi Arabiah.
Jadi, tidak aneh jika kemudian banyak ulama-ulama yang meragukan kejujuran ulama-ulama Saudi (baca: Wahhabi).
Jujur adalah bagian dari sifat Nabi, jika tidak jurur maka tidak laya mengaku pengikut Nabi SAW yang setia terhadap sunnah-sunnahnya.
Kendati ada ulama Saudi yang demikian, ternyata tidak semua ulama Saudi Arabia melakukan kebohongan. Masih banyak ulama-ulama Saudi Arabia yang benar-benar memegang amanah dan jujur di dalam berkarya, yaitu ulama-ulama non Wahhabisme.
(Abdul Adzim Irsad: Pendidikan yang ditempuh sejak kecil berawal dari Musolla di depan rumahnya. Dia meyelesaikan pendidikan dasar di MI, Mts dan Madrasah Aliyah swasta Maarif di kecamatan Jenggawah. Abdul Adzim juga pernah menjadi guru MI (Madrasah Ibtidaiyah) selama empat bulan, pada tahun 1997 mendapatkan pangilan belajar (beasiswa) untuk melanjutkan pendidikan Bahasa Arab di Umm al-Qura University Makkah selama tiga tahun). |
|
|
|
|
|
|
|
50. |
Pengirim: Achmad alQuthfby, SH, MH - Kota: Probolinggo
Tanggal: 29/5/2013 |
|
Assalamualaikum,
WAHABI HERMAN: Ya Ustadz Lutfi, saudara saya seakidah (ahlul sunnah wal jamaah),
SUNNI: Aqidah anda itu adalah Wahabi. Buktinya anda menyatakan Imam Syafii tidak membolehkan tawassul dengan perantara Rasulullah. Pernyataan tsb tidak akan keluar dari selain mulut kaum Wahabi. Pernyataan bahwa Imam Syafii berpendapat tidak membolehkan tawassul dengan perantara nabi adalah pernyataan sesat dan menyesatkan, itu pembohongan publik, dan berbohong atas nama Imam Syafii. Para murid Imam Syafii adalah pengamal tawassul. Saran saya, bertobatlah!
WAHABI HERMAN: DEMI ALLAH ( persumpahan tertinggi seorang muslim), Saya tidak bermaksud membohongi umat islam, apalagi saudara seakidah NU, Janganlah anda main menuduh saya sembarangan, bukankah saya sendiri dilahirkan oleh orang NU, bukankah saya sendiri takzim dan mencintai Kyai NU kami, yang merupakan guru ayah saya?
SUNNI: Anda bukan NU. Jika anda NU, berarti anda anggota jami’iyyah NU yang perlu di didik khusus untuk memahami doktrin Aswaja NU. Karena jika anda merasa NU harusnya anda belajar kitab-kitab ulama salaf mengenai bab tawassul. Lahir dari rahim NU bukan berarti orang tersebut mesti sesuai dengan mainstream NU. Anda tidak ta’dzim dan tidak cinta kepada Kyai NU karena anda berani melakukan pembohongan publik trhadap pernyataan Imam Syafii. Sebagaimana anda ketahui bahwa mayoritas Kyai di NU bermahdzab Syafii. KH. Luthfi menuduh suatu hal yang benar mengenai pendapat anda. Anda adalah seorang pengibul, dan kami kira anda sedang bermimpi ketika menulis komentar di website ini
WAHABI HERMAN: Sikap akhi ustadz seperti ini saya khawatir akan menyebabkan ustadz sama saja dengan oknum wahhabi yang kasar, bersikaplah yang bijak.
Dengan kearifan anda sebagai seorang ulama anda bisa mengatakan kepada saya bahwa kisah tabbaruk Imam Syafei kepada Imam Abu Hanifah adalah kisah yang shahih dan muktabar, namun ada juga kelompok lain yang mengatakan kisah tersebut tidak shahih dengan alasan dari sisi periwayatan hadits .
Tunjukkan kalau akhi ustadz Lutfi itu memang arif, bukankah ini adalah sifat yang harus dimiliki seorang ulama ahlul sunnah.
SUNNI: Sebenarnya KH. Luthfi sudah sangat bijak dengan komentar tidak bermutu anda. Pernyataan kibul anda terhadap Imam Syafii adalah tidak bisa dimaafkan karena melukai seluruh mayoritas Kyai NU yang bermahdzab Syafii. Kelompok lain yang mempermasalahkan riwayat tersebut dari sisi sanad-nya maka silahkan saja menguraikannya disini. Ingat bahwa riwayat tawassul Imam Syafii kepada Imam Abu Hanifah BUKANLAH SEBUAH HADIST. Lagi-lagi anda melakukan pengelabuhan.
WAHABI HERMAN: Jadi jangan karena ada perbedaan pendapat langsung dituduh WAHHABI, abis sholat tidak salaman dituduh WAHHABI, tidak mengucapkan melafazkan niat dituduh WAHHABI, jenggotan dituduh WAHHABI.
Sekalian saja akhi ustadz menuduh saya SYIAH RAFIDHAH atau SYIAH IMMAMIYAH.
SUNNI: Setelah sholat tidak berjabat tangan maka silahkan saja, asal tidak menyalahkan yang berjabat tangan setelah shalat. Jika anda menyalahkan orang berjabat tangan setelah shalat maka jangan salahkan jika masyarakat sekitar memberi predikat WAHABI kepada anda. Karena anda mengamalkan ajaran Wahabi yang menyalahkan dan menyatakan jabat tangan setelah sholat adalah sesat.
WAHABI HERMAN: Akhi ustadz Lutfi boleh saja menuduh atau melabeli saya seperti NU palsu, antek WAHHABI, antek SYIAH, atau JAMMAAH TABLIQ DI SINI SENANG DI SANA SENANG, itu hak anda.
Hanya percayalah, Demi ALLAH Azza Wajalla, yang saya inginkan itu adalah UKHUWAH ISLAMIYAH DI ATAS DASAR KEIMANAN, DAN MENGIKUTI SUNNAH RASULLAH
SUNNI: Anda memang NU Palsu dan antek Wahabi. Oleh karena anda telah melakukan pembohongan publik terhadao pernyataan Imam Syafii. Jika anda mengikuti Sunnah Rasul dan segala hal yang tidak bertentangan dengan Sunnah Rasul maka silahkan dalami ajaran aswaja NU. Bergurulah dengan baik, dan jangan melontarkan kepalsuan ilmiyyah terhadap pernyataan ulama, apalagi selevel Imam Syafii.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Gejolak Wahhabi dan Gejolak Syiah di Indonesia memang nyata-nyata ada dan tidak dapat dipungkiri. Baik Wahhabi maupun Syiah selalu mencari sasaran warga Aswaja untuk direkrut menjadi anggotanya hingga diajari agar warga Aswaja mengikuti penyimpangan maupun kesesatan Wahhabi dan Syiah dalam beragama. |
|
|
|
|
|
|
|
51. |
Pengirim: herman - Kota: Bogor
Tanggal: 30/5/2013 |
|
WAHHABI ACHMAD ALQUTBY:
SUNNI: Setelah sholat tidak berjabat tangan maka silahkan saja, asal tidak menyalahkan yang berjabat tangan setelah shalat. Jika anda menyalahkan orang berjabat tangan setelah shalat maka jangan salahkan jika masyarakat sekitar memberi predikat WAHABI kepada anda. Karena anda mengamalkan ajaran Wahabi yang menyalahkan dan menyatakan jabat tangan setelah sholat adalah sesat.
TOLONG BUKA MATAMU LEBAR2 DAN BACA TULISAN SAYA, APA SAYA BERKATA SALAMAN SETELAH SHOLAT SESAT!!!!! SAYA SENDIRI BERSALAMAN SETELAH SHOLAT DENGAN JAMMAAH LAIN. JANGAN MAIN TUDUH!!!!
WAHHABY ACHMAD QUTBY!!!!!
SUNNI: Aqidah anda itu adalah Wahabi. Buktinya anda menyatakan Imam Syafii tidak membolehkan tawassul dengan perantara Rasulullah. Pernyataan tsb tidak akan keluar dari selain mulut kaum Wahabi. Pernyataan bahwa Imam Syafii berpendapat tidak membolehkan tawassul dengan perantara nabi adalah pernyataan sesat dan menyesatkan, itu pembohongan publik, dan berbohong atas nama Imam Syafii. Para murid Imam Syafii adalah pengamal tawassul. Saran saya, bertobatlah!
APA KAMU BENAR2 PENGIKUT IMAM MUHAMMAD IDRIS AS-SYAFEI, GURU DAN SAHABAT IMAM AHMAD BIN HANBAL, SEHINGGA MENYURUH SAYA BERTOBAT SEGALA,
BERANIKAH ENGKAU MENYURUH IMAM AHMAD BIN HANBAL BERTAUBAT!!!!!, BERANIKAH ENGKAU MENYURUH IMAM IBNU QUDAMAH BERTAUBAT!!!!!
BERANIKAH ENGKAU MENYURUH IMAM MALIK BIN ANAS BERTAUBAT????? KARENA IMAM MALIK BIN ANAS MENYATAKAN ISTAWA ALLAH DI ATAS ARASY ADALAH BENAR TANPA MENANYAKAN KAIFIATNYA.
BERANIKAH ENGKAU MENYURUH IMAM MALIK BIN ANAS, DAN SELURUH IMAM MADZHAB HAMBALI BERTOBAT KARENA BERMANHAJ SALAF????
PERNAHKAH ENGKAU MENDENGAR IMAM IBNU HAJAR ASQALANI , IMAM AS SUYUTHI MENYURUH IMAM2 MADHAB HAMBALI BERTAUBAT?????
"SESUNGGUHNYA ENGKAU BUKANLAH PENGIKUT IMAM AS SYAFEI AN NASHIRUS SUNNAH"
ENGKAU AL QUTBY, SESUNGGUHNYA ENGKAULAH MEWAKILI KEBODOHAN OKNUM WAHHABY, SYIAH DAN JIL.
ENGKAU DAN PEMILIK WEBSITE INI LEBIH MEMILIH UNTUK BERDEBAT DARIPADA BERSATU.
INILAH DIA AL QUTBY WAHHABI MODEL BARU.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Sayangnya Akhi Herman tidak dapat menjawab pertanyaan ringkas kami: Di kitab Aswaja (NU) mana yang menyebutkan bahwa IMAM SYAFI'I itu TIDAK MEMBOLEHKAN TAWWASSUL dengan PERANTARA Nabi Muhammad SAW?
Jangan-jangan pernyataan ini hanya karangan Akhi Herman sendiri..!
Mudah-mudahan Akhi Herman benar-benar dapat menjawab petanyaan ringkas kami ini secara jujur, hingga dapat kami cek kebenarannya, niscaya akan dapat menambah khazanah keilmuan bagi kami. |
|
|
|
|
|
|
|
52. |
Pengirim: Ahmad - Kota:
Tanggal: 30/5/2013 |
|
Asww, afwan Ustadz ana kurang setuju jika kita semua "wajib" mengkafirkan Syiah. Dan tidak tepat juga jika mengatakan semua Ulama yang tidak mengkafirkan Syiah dikatakan telah dibeli, khawatir kita jadi su'udzon kepada Ulama. Selain itu bukankah pengkafiran itu sendiri adalah gayanya Wahhabi, yan kita tolak bersama. Sebenarnya bagaimana sikap Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki tentang Syiah? Apakah beliau mengkafirkan? |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Akhi baca FATWA MUI Jatim yang telah kami nukil di atas (sebagai jawaban dari komentar Sdr. Mutho'in Tsamma Amin). Itulah gambaran keyakinan kami terhadap Syiah. Kalau akhi bisa baca referensi lain, silahkan buka kitab Asshawaiqul Muhriqah karangan Imam Ibnu Hajar Alhaitami, akhi cari tema tentang: IMAMIYAH (Syiah Imamiyah). Di sanalah akhi akan tahu sikap Aswaja yang murni terhadap Syiah Imamiyah. |
|
|
|
|
|
|
|
53. |
Pengirim: Achmad alQuthfby, SH, MH - Kota: Probolinggo
Tanggal: 30/5/2013 |
|
WAHABI HERMAN :
TOLONG BUKA MATAMU LEBAR2 DAN BACA TULISAN SAYA, APA SAYA BERKATA SALAMAN SETELAH SHOLAT SESAT!!!!! SAYA SENDIRI BERSALAMAN SETELAH SHOLAT DENGAN JAMMAAH LAIN. JANGAN MAIN TUDUH!!!!
SUNNI :
Rupanya format dialog saya disukai Herman. Jika anda memang berjabat tangan setelah sholat sangat bagus. TOLONG BUKA MATAMU LEBAR2 DAN BACA TULISAN SAYA, “Jika anda menyalahkan orang berjabat tangan setelah shalat maka jangan salahkan jika masyarakat sekitar memberi predikat WAHABI kepada anda. Karena anda mengamalkan ajaran Wahabi yang menyalahkan dan menyatakan jabat tangan setelah sholat adalah sesat”. Nah.. jika anda tidak menyalahkan orang yg jabat tangan setelah shalat dan bahkan anda termasuk pengamalnya, maka sangat bagus sekali. Akan tetapi yang jelas anda ANTEK WAHABI karena anda menyatakan bahwa Imam Syafii tidak membolehkan tawasul dengan berwasilah kepada Nabi Muhammad. Dan itui pernyataan sesat menyesatkan. Seandainya anda memang NU, maka NU malu punya Nahdliyyin kayak anda. Segera mengaji yang banyak, dan semoga anda tidak banyak tidur ketika mengaji.
WAHABI HERMAN :
Apa kamu benar2 pengikut imam muhammad idris as-syafei, guru dan sahabat imam ahmad bin hanbal, sehingga menyuruh saya bertobat segala,
beranikah engkau menyuruh imam ahmad bin hanbal bertaubat!!!!!, beranikah engkau menyuruh imam ibnu qudamah bertaubat!!!!!
Beranikah engkau menyuruh imam malik bin anas bertaubat????? Karena imam malik bin anas menyatakan istawa allah di atas arasy adalah benar tanpa menanyakan kaifiatnya.
Beranikah engkau menyuruh imam malik bin anas, dan seluruh imam madzhab hambali bertobat karena bermanhaj salaf????
Pernahkah engkau mendengar imam ibnu hajar asqalani , imam as suyuthi menyuruh imam2 madhab hambali bertaubat?????
"sesungguhnya engkau bukanlah pengikut imam as syafei an nashirus sunnah"
engkau al qutby, sesungguhnya engkaulah mewakili kebodohan oknum wahhaby, syiah dan jil.
Engkau dan pemilik website ini lebih memilih untuk berdebat daripada bersatu.
Inilah dia al qutby wahhabi model baru
SUNNI :
Sekali lagi anda mencoba mengelak dari tanggung jawab ilmiyyah bahwa Imam Syafii melarang tawasul dengan perantara Rasul.
Dan perlu pembaca ketahui bahwa dari sekian argumentasi yang Sdr. Herman ajukan, tidak satu pun yang menyentuh subtansi masalah. Beberapa argumentasi kami yang mengungkap kejahilan Sdr. Herman adalah tidak terbantahkan. Ini artinya Sdr. Herman mengakui keshahihan hujjah kami. Sepertinya kami menghadapi argumentasi Wahabi yang masih Balita |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Berpuluh kali kami berdiskusi dengan kaum Wahhabi, maka akhir episode yang kami temui ternyata Wahhabinya selalu mengelak/nge-les/keluar dari substansi yang mereka lontarkan sendiri.
Contohnya Sdr. Mikco yang tidak melanjutkan diskusi, karena tidak dapat menjawab pertanyaan ringan kami : Kalau Bin Mani' dan Bin Baz bukan Wahhabi, mengapa mereka mengkafirkan Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Almiliki?
Sekarang juga kami belum mendapatkan jawaban dari Akhi Herman : Di kitab Aswaja (NU) mana yang menyebutkan bahwa IMAM SYAFI'I itu TIDAK MEMBOLEHKAN TAWWASSUL dengan PERANTARA Nabi Muhammad SAW? |
|
|
|
|
|
|
|
54. |
Pengirim: Ahmad - Kota:
Tanggal: 31/5/2013 |
|
Asww, afwan Ustadz, bagaimana dengan Al Allamah Sayyid Muhammad Al Maliki, apakah beliau mengkafirkan Syiah??? bagaimana juga dengan pendapat Al Habib Umar bin Hafizh, apakah beliau juga mengkafirkan Syiah??? Setau saya tidak. Mohon pencerahannya. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Abuya Sayyid Muhammad Alwi Almaliki berkonsentrasi menghadapi kaum Wahhabi Saudi Arabiah yang tiap hari berkecamuk mengingkari amaliah warga Aswaja, karena Abuya Almaliki hidup di tengah-tengah kaum Wahhabi. Di dalam pengajian dan pelajaran di kelas, sikap Abuya Almaliki terhadap segala aliran yang menyekutukan Allah beliau sangat tegas menentangnya, sayang sekali buku KECUALI ALI, karangan Abbas Rais Kermani yang diterbitkan oleh Penerbit Alhuda Jakarta, pada halaman 22 (saat Syiah mengklaim pembicaraan Imam Ja’far Shadiq, tatkala ditanya tentang arti ayat “Kullu syai-in haalikun illa wajhahu”, maka Imam Ja’far Shadiq menjawab: Segala sesuatu itu akan rusak kecuali WAJAH Allah, dan Wajah Allah itu adalah Ali bin Abi Thalib), buku ini belum sampai kepada Abuya Almaliki sebelum wafatnya. Jika buku ini sampai kepada beliau, maka sudah pasti beliau akan mengeluarkan fatwa SESAT terhadap Syiah Imamiyah sebagaimana ketegasan beliau di saat mengajar kami di kelas maupun majelis ta'lim.
Adapun salah satu tokoh Habaib panutan kami adalah Habib Salim bin Ahmad bin Jindan yang berkonsentrasi melawan kesesatan Syiah. Beliau adalah seorang ulama besar yang dilahirkan di Surabaya pada tanggal 18 Rajab 1324 H.
Pada buku karangan beliau Ar-Ra’ah Al-Ghamidhah fi Naqdhi Kalaamir Raafidhah, Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, sebagai mufti Indonesia pada masanya, secara gamblang menerangkan bahwa beliau dan termasuk seluruh datuk-datuknya secara estafet hingga Sayidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu, sangatlah menghormati dan membela kehormatan para Shahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena beliau dan datuk-datuknya adalah menganut mazhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Dalam kitab tersebut disebutkan, “Siapakah kaum Rafidhah itu? Mereka adalah orang orang yang mengklaim bahwa diri mereka mencintai keluarga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, Pada hal kenyataannya tidaklah demikian. Mereka menganggap diri mereka mengikuti jalan pembesar keluarga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam seperti Imam Hasan dan Imam Husain, ayah mereka Imam Ali, Ali bin Al Husain, dan Zaid bin ‘Ali Radhiyallahu ‘Anhu. Sementara mereka tidak mengakui keberadaan orang-orang seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Muawiyah, ‘Amr bin Al ‘Ash, sehingga mereka mencaci makinya.”
Habib Salim sangat tegas dalam melawan kaum Syi’ah Rafidhah yang salah satu ciri khas mereka adalah mencela, mendiskreditkan, melaknat hingga mengkafirkan para Shahabat Nabi, karena hal itu sangat bertentangan aqidah dan keyakinan yang beliau anut.
Sebagai bukti ketegasan Habib Salim dlm membeberkan kesesatan Syiah kaum pencaci maki para Shahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, adalah cara beliau menukil hadits serta pendapat para ulama. Ternyata Habib Salim memilih hadits-hadits spesial yang secara terang-terangan berlawanan dengan aqidah Syiah, antara lain yang tertera pada halaman 5 dan 6 buku Ar Ra’ah Al Ghamidhah fi Naqdhi Kalaamir Raafidhah karangan beliau, yaitu pada sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Barang siapa mencaci maki sahabat-sahabatku,maka cambuklah dia!”
Habib Salim mengomentari hadits ini dengan mengatakan, “Kaum Rafidhah atau Syiah tidak pernah berhenti mencela Shahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tidak hentinya mereka mencaci maki, bahkan selalu mereka sebut (cacian itu) dalam berbagai pertemuan, di madrasah, bahkan di kampus, baik secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Mereka memang sebagian orang yang telah sesat dan dicelakakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah memerangi mereka.”
Habib Salim juga menukil pendapat Syaikh Ibnu Hajar dalam kitab Ash Shawaiq yang mengkatakan, “Tidak boleh shalat di belakang kaum Rafidlah atau aktivis Syiah yang mengingkari kekhalifahan Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu.”
Habib Salim juga menukil tambahan lafadz hadits di atas dalam riwayat Imam Ath Thabarani dalam Mu’jam-nya dari `Uwaimir Radhiyalallahu ‘Anh yang mengatakan: “Maka barang siapa mencaci-maki mereka (para Shahabat), baginya kutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala, malaikat dan segenap insan. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima ibadah wajib dan sunnahnya.”
Kata Habib Salim: “Meskipun kaum Rafidhah dan Syiah menganggap diri mereka sebagai kaum Muslimin yang menunaikan shalat dan puasa, akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima semua ibadah mereka, sebagaimana dinashkan dalam konteks lahiriah hadits di atas. Tidaklah bermanfaat shalat seseorang yang mencela salah satu seorang Shahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan dia mendapatkan kutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah firman yang artinya, ”Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan akhirat.” (QS. 33/57)
Habib Salim menandaskan, barang siapa menyakiti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan mencela Shahabat atau keluarganya,maka dia adalah orang yang terkutuk berdasarkan ayat di atas. Para ulama bersepakat akan terkutuknya pencaci maki para sahabat, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu oleh Imam Tirmidzi dan Al Khatib bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Jika kalian melihat orang-orang yang mencaci maki sahabat-sahabatku, maka katakanlah: Kutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala atas kejahatan kalian.”
Dalam merespon hadits ini, Habib Salim sangat tajam menyikapi kebiasaan kaum Syiah yang mencaci maki para Shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, termasuk yang kini marak diusung oleh para alumni Qum Iran beserta antek-antek mereka seraya beliau mengatakan, “Ini merupakan prinsip yang tidak disangsikan lagi, karena sesungguhnya sejelek-jelek umat ini adalah mereka yang mencaci maki para Shahabat Nabi mereka.Mencaci maki dan mencela para Shahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan perilaku kaum Rafidhah dan Syiah.”
Orang Ahli Sunnah menamakan mereka sebagai Yahudi-nya umat ini. Bahkan kaum Yahudi lebih baik dari mereka, karena jika kita bertanya kepada seorang tokoh Yahudi tentang Shahabat Nabi Musa Alaihis Salam, pasti akan berkata, “Merekalah orang-orang pilihan kami dan orang-orang yang kami kasihi!”
Begitupun jika kita bertanya kepada kaum Nashrani tentang kaum Hawary Nabi Isa Alaihis Salam, pastilah akan menjawab, ”Merekalah Rasulullah kami dan orang-orang pilihan kami.”
Namun, jika kita bertanya kepada orang Rafidhah atau Syiah tentang Shahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, niscaya akan menjawab, ”Sesungguhnya mereka itu sejelek-jelek kami dan orang-orang zhalim kami.”
Berhubung dengan bid`ah ratapan pada hari ‘Asyura, Habib Salim menulis, antaranya:-
Dan di antara seburuk-buruk adat mereka daripada bid`ah adalah kelompok Rawaafidh (Syiah) meratap dan menangis setiap tahun pada 10 Muharram hari terbunuhnya Al Husain. Maka ini adalah satu maksiat dari dosa-dosa besar yang mewajibkan adzab bagi pelakunya dan tidak sewajarnya bagi orang yang berakal untuk meratap seperti anjing melolong dan menggerak-gerakkan badannya.
Rasulullah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam telah melarang dari perbuatan demikian (yakni meratap) dan Rasulullah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam telah melaknat orang yang meratap. Dan di antara perkara awal yang diminta oleh Rasulullah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam daripada wanita-wanita yang berbai’at adalah supaya mereka meninggalkan perbuatan meratap terhadap si mati, di mana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Dan janganlah kalian merobek pakaian, mencabut-cabut rambut dan menyeru-nyeru dengan kecelakaan dan kehancuran.”
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan satu hadits dari Sayyidina Ibnu Mas`ud Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Bukanlah dari kalangan kami orang yang memukul dada, mengoyak kain dan menyeru dengan seruan jahiliyyah (yakni meratap seperti ratapan kaum jahiliyyah).” Maka semua ini adalah perbuatan haram dan pelakunya keluar daripada umat Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana dinyatakan dalam hadits tadi.
Telah berkata Asy Syarif An Nashir li Ahlis Sunnah wal Jama`ah ‘Abdur Rahman bin Muhammad Al Masyhur Al Hadhrami dalam fatwanya: “Perbuatan menyeru `Ya Husain’ sebagaimana dilakukan di daerah India dan Jawa yang dilakukan pada hari ‘Asyura, sebelum atau selepasnya, adalah bid`ah mazmumah yang sangat-sangat haram dan pelaku-pelakunya dihukumkan fasik dan sesat yang menyerupai kaum Rawaafidh (Syiah) yang dilaknat oleh Allah. Bahwasanya Rasulullah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesiapa yang menyerupai sesuatu kaum, maka dia daripada kalangan mereka dan akan dihimpun bersama mereka pada hari kiamat.”
Habib Salim bin Ahmad bin Jindan menutup kitabnya dengan melantunkan doa: “Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membinasakan kaum Rafidhah atau Syiah.”
Agar diskusinya imbang, tolong akhi jawab juga pertanyaan kami, bagaimana sikap akhi terhadap aqidah Syiah Imamiyah yang tertera dalam buku KECUALI ALI, karangan Abbas Rais Kermani yang diterbitkan oleh Penerbit Alhuda Jakarta, pada halaman 22, saat Syiah mengklaim pembicaraan Imam Ja’far Shadiq, tatkala ditanya tentang arti ayat “Kullu syai-in haalikun illa wajhahu”, maka Imam Ja’far Shadiq menjawab: Segala sesuatu itu akan rusak kecuali WAJAH Allah, dan Wajah Allah itu adalah Ali bin Abi Thalib.... Apa akhi juga setuju dan mendukungnya? |
|
|
|
|
|
|
|
55. |
Pengirim: Ahmad - Kota:
Tanggal: 1/6/2013 |
|
Asww, syukron Ustadz atas penjelasannya. Saya juga sudah membaca Fatwa MUI Jatim mengenai Syiah yang komprehensif dan lengkap sekali, yang saya rasa sulit bagi kalangan Syiah untuk mebantahnya. Namun klo saya bandinkan dengan fatwa MUI tentang Ahmadiyyah agak sedikit berbeda. Dalam fatwa tentang Ahmadiyyah MUI menyatakan mereka di luar Islam, sedangkan Syiah tidak demikian, hanya disebut sesat menyesatkan. Soal buku "Kecuali Ali" saya sendiri belum membacanya. Saya sendiri masih menunggu fatwa Ulama2 besar Aswaja saat ini untuk menghukumi Syiah, terutama karena saya tidak ingin terjebak skenario kalangan Wahhabi. Dalam hal ini saya lebih memilih untuk berhati2 untuk tidak mengkafirkan mereka. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Alhamdulillah, kami para Pejuang Islam bukan aktifis yang memiliki sifat abu-abu dalam menentukan sikap. Artikel kami berjudul GEJOLAK WAHHABI vs SYIAH ini sebagai bukti pertanggungjawaban kami secara ILMIAH yang TEGAS dalam melawan SEKTE WAHHABI dan SEKTE SYIAH KHOMEINIYAH.
Berjiwa abu-abu itu berbahaya untuk aqidah umat. Abu-abu dalam jenis kelamin/gender namanya Banci atau Waria atau Mahnuts. Abu-abu dalam rumah tangga namanya Dayyus.
Alhamdulillah para aktifis Pejuang Islam NU Garis Lurus, diberi status yang jelas (tidak abu-abu) oleh Allah dalam menentang aliran sesat dimanapun berada.
Kami berani mengatakan: TIDAK KEPADA NARKOBA, dan kami juga berani mengatakan TIDAK KEPADA WAHHABI dan TIDAK KEPADA SYIAH, tanpa ada keraguan sedikitpun dalam hati. |
|
|
|
|
|
|
|
56. |
Pengirim: Ahmad - Kota:
Tanggal: 3/6/2013 |
|
Asww, afwan Ustadz saya kurang faham, abu2 bagaimana maksudnya? Serta apa kaitannya dengan pembahasan kita sebelumnya? |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Hanya sekedar mengajak umat Islam agar selalu tegas dalam menolak munculnya aliran sesat di Indonesia, termasuk menolak Syiah.
Alhamdulillah. MUI Jatim sudah menunjukkan ketegasannya itu. MUI Jatim tidak bersifat abu-abu dalam menjalankan fungsinya sebagai penjaga aqidah umat Islam Indonesia sebagai bumi Aswaja. |
|
|
|
|
|
|
|
57. |
Pengirim: Kyai - Kota: Probolinggo
Tanggal: 4/6/2013 |
|
Pengirim: Ahmad - Kota:
Tanggal: 31/5/2013
Asww, afwan Ustadz, bagaimana dengan Al Allamah Sayyid Muhammad Al Maliki, apakah beliau mengkafirkan Syiah??? bagaimana juga dengan pendapat Al Habib Umar bin Hafizh, apakah beliau juga mengkafirkan Syiah??? Setau saya tidak. Mohon pencerahannya.
- Sebenarnya kita tidak perlu sibuk-sibuk mencari fatwa dari kedua ulama ahlussunnah wal jama’ah tsb. Karena jika ajarannya sudah BERTENTANGAN dengan qur’an dan hadist, maka jelas saja aliran tsb aliran sesat yang TERLARANG untuk diikuti.
Saya tidak ragu mengatakan SYIAH ITU KAFIR, karena syiah mengkafirkan para sahabat Nabi (termasuk 3 khulafaur rasyidin). Karena jika tuduhan kafir yang di lontarkan syiah kepada para sahabat Nabi (termasuk 3 khulafaur rasyidin) salah maka status kafir akan kembali kepada syiah sendiri. Dan status kafir itu jelas kembali kepada syiah sendiri karena para sahabat Nabi (termasuk 3 khulafaur rasyidin) didalam berbagai redaksi hadist disebutkan dijamin masuk ke dalam surgaNya dan barang siapa yang masuk kepada surgaNya maka tentu saja bukanlah seorang kafir.
Mengenai status kafir, maka baiknya kita merujuk kepada Ulama yang melebihi kedua ulama diatas (Sayyid Muhammad & Hb. Umar). Sejak kapan status kekafiran dan kesesatan sebuah aliran di nilai oleh Kedua Ulama sangat mulia di atas?
Pendapat Imam Malik:
Al Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, katanya : Saya mendengar Abu Abdulloh berkata, bahwa Imam Malik berkata : “Orang yang mencela sahabat-sahabat Nabi, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam”. ( Al Khalal / As Sunnah, 2-557 )
Pendapat Imama Ahmad:
“Abdullah bin Ahmad bin Hambal bercerita pada kami, katanya : “Saya bertanya kepada ayahku perihal seorang yang mencela salah seorang dari sahabat Nabi SAW. Maka beliau menjawab : “Saya berpendapat ia bukan orang Islam”. (Al Khalal / As Sunnah, 2-558)
Pendapat Imam Bukhari:
Iman Bukhori berkata : “Bagi saya sama saja, apakah aku sholat dibelakang Imam yang beraliran JAHM atau Rofidhoh (Syiah) atau aku sholat di belakang Imam Yahudi atau Nasrani. Dan seorang Muslim tidak boleh memberi salam pada mereka, dan tidak boleh mengunjungi mereka ketika sakit juga tidak boleh kawin dengan mereka dan tidak menjadikan mereka sebagai saksi, begitu pula tidak makan hewan yang disembelih oleh mereka. (Imam Bukhori / Kholgul Afail, halaman 125).
Imam Ghazali:
Imam Ghozali berkata : “Seseorang yang dengan terus terang mengkafirkan Abu Bakar dan Umar Rodhialloh Anhuma, maka berarti ia telah menentang dan membinasakan Ijma kaum Muslimin. Padahal tentang diri mereka (para sahabat) ini terdapat ayat-ayat yang menjanjikan surga kepada mereka dan pujian bagi mereka serta pengukuhan atas kebenaran kehidupan agama mereka, dan keteguhan aqidah mereka serta kelebihan mereka dari manusia-manusia lain”.
Kemudian kata beliau : “Bilamana riwayat yang begini banyak telah sampai kepadanya, namun ia tetap berkeyakinan bahwa para sahabat itu kafir, maka orang semacam ini adalah kafir. Karena dia telah mendustakan Rasulullah. Sedangkan orang yang mendustakan satu kata saja dari ucapan beliau, maka menurut Ijma’ kaum Muslimin, orang tersebut adalah kafir”. (Fadhoihul Batiniyyah, halaman 149).
Imam Fakhur Razi:
Ar Rozi menyebutkan, bahwa sahabat-sahabatnya dari golongan Asyairoh mengkafirkan golongan Rofidhoh (Syiah) karena tiga alasan :
Pertama: Karena mengkafirkan para pemuka kaum Muslimin (para sahabat Nabi). Setiap orang yang mengkafirkan seorang Muslimin, maka dia yang kafir. Dasarnya adalah sabda Nabi SAW, yang artinya : “Barangsiapa berkata kepada saudaranya, hai kafir, maka sesungguhnya salah seorang dari keduanya lebih patut sebagai orang kafir”.
Dengan demikian mereka (golongan Syiah) otomatis menjadi kafir.
Kedua: “Mereka telah mengkafirkan satu umat (kaum) yang telah ditegaskan oleh Rasulullah sebagai orang-orang terpuji dan memperoleh kehormatan (para sahabat Nabi)”.
Ketiga: Umat Islam telah Ijma’ menghukum kafir siapa saja yang mengkafirkan para tokoh dari kalangan sahabat. (Nihaayatul Uguul, Al Warogoh, halaman 212).
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Artikel kami juga berdasarkan buku-buku Syiah yang asli, hanya saja masih ada orang yang 'berkepentingan pribadi' lantas merasa keberatan kalau Syiah itu dihukumi kafir sekalipun dalam keyakinan Syiah Imamiyah yang tertera di dalam buku-buku rujukan utama Syiah Imamiyah itu memang jelas-jelas KAFIR, MURTAD dan SYIRIK Sayangnya akhi Ahmad merasa tidak punya buku KECUALI ALI, dan tidak berusaha mendapatkannya, jadi merasa tidak dapat berkomentar tentang Kemusyrikan Syiah, sekalipun sudah kami nukilkan cuplikannya. Padahal kami yang jauh dari Jakarta tempat penerbit Alhuda punya Syiah, Alhamdulillah kami bisa mendapatkannya.
Coba saja Akhi Ahmad mau datang ke Maskaz Pejuang Islam di Singosari Malang, maka PASTI akan kami bukakan bukti nyata KEKAFIRAN, KEMURTADAN dan KESYIRIKAN SYIAHNYA KHOMEINI, yang gencar disebarkan di Indonesia oleh para alumni Iran. |
|
|
|
|
|
|
|
58. |
Pengirim: didikbe - Kota: jakarta
Tanggal: 7/9/2013 |
|
Sangat disayangkan, sepertinya penulis tidak menegtahui benar2 soal wahabi dan hanya taqlid saja. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Komentar anda sama sekali tidak ilmiah dan tidak berbobot. Yang seperti komentar anda ini sudah sering kami delete, karena tidak membutuhkan jawaban ilmiah. |
|
|
|
|
|
|
|
59. |
Pengirim: Vedi - Kota: Medan, Sumatera Utara
Tanggal: 4/2/2014 |
|
Syiah Itsna Asyariyah (12 Imam) Iran itu Sesat Menyesatkan - Penjelasan Kiai Idrus Ramli di Majelis Taklim al-Ittihad Medan, Januari 2014
Kiai Muhammad Idrus Ramli (Dewan Pakar Aswaja NU) menegaskan :
(1) - Syiah yang ada sekarang ini, (yaitu) ada Syiah Imamiyah Ja'fariyah di Iran itu bukannya Syiahnya Sayyidina Ali bin Abi Tholib, tetapi Syiahnya Yahudi dan Majusi (Waktu; 02:08:00)
(2) - Syiah menganggap Umat Islam diluar kelompoknya adalah Kafir, Najis, Kafir Harbi, lebih buruk dari orang Yahudi, Nashrani dan Majusi (Waktu; 02:11:33)
(3) - Syiah itu sama dengan Wahabi yaitu Dhollun Mudhillun, cuma Syiah lebih parah dari Wahabi (Waktu; 02:11:59)
Sumber; Judul Video : Video tsb tersedia di Youtube dgn judul "Kajian Ilmiyah Ambisi Wahabi & Syiah Bag2". Linknya sbb : http://www.youtube.com/watch?v=CkmSPy3Aeow |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Alhamdulillah, semoga umat Islam semakin yakin atas kesesatan Syiah Imamiyah. |
|
|
|
|
|
|
|
60. |
Pengirim: Agoez brontoxs - Kota: Tangerang
Tanggal: 27/2/2014 |
|
Alhamdulillah,saya jd tahu tentang kedua aliran ini,trimakasih banyak mudah-mudahan kita terhindar dari ajaran yang sesat,amin |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Alhamdulillah..semoga bermanfaat |
|
|
|
|
|
|
|
61. |
Pengirim: tina - Kota: lampung
Tanggal: 1/3/2014 |
|
saya turut prihatin dg begitu bnyk nya jaran baru ini.ika kita tidak kompetitif dan iman kita msh mudah goyah,gmpang sekali iu sesat itu msuk dlm sanubari kita.semoga اَللّهُ selalu menunjuk kan yang hak dan yang bathil pd kita semua agar tk salah jalan.menyimpang.dan sesat.naudhubillah min dhaliq. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Benar, jangan ikut Wahhabi dan Syiah, yang mengajarkan aliran sesat. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|