MAMPIR ZIARAH KE SUNAN AMPEL
Luthfi Bashori
Sebagaimana tulisan sebelumnya, bahwa kami dan para santri Ribath sedang melaksanakan wisata religi ke Madura, antara lain berziarah ke makam Syaikhana Khalil. Maka sepulang dari Madura kami bermaksud melanjutkan rute ziarah ke makam Sunan Ampel di Surabaya.
Dalam perjalanan di Madura, tepatnya hari Senin dan Selasa, kami menyempatkan diri untuk menjalin silaturrahim dengan beberapa kawan, antara lain bermalam di rumah keluarga Khoiruddin, salah satu santri Ribath asal Bangkalan.
Kebetulan di dekat rumah Khoirudidin terdapat sungai yang cukup besar, maka para santri minta ijin untuk mandi di sungai, guna menciptakan suasana nostalgia dengan kehidupan warga desa yang masih asri.
Salah satu keponakan Khoiruddin yang bernama Naufal, pelajar kelas 3 SD sifatnya cukup berani dan akrab dalam menyambut kedatangan kami, maka tanpa segan-segan Naufal juga menawarkan permainan kelereng kepada para santri setelah mandi di sungai.
Tentu saja gayung bersambut. Maka tanpa kecuali, seluruh santri yang ikut dalam rombongan kami itu turut nimbrung dalam permainan kelereng ala desa Banjar Gelis, tempat rumah Khoiruddin.
Hitung-hitung sebagai tambahan hiburan gratis untuk para santri.
Malam Rabu, kami diundang oleh KH. Husni Madani, pengasuh salah satu pesantren di desa Banjar Gelis, Tanah Merah Bangkalan. Beliau meminta kami memberi ceramah di tempat majelis ta`lim rutinannya yang dilaksanakan setiap malam Rabu.
Sebelum kami memberikan ceramah agama, maka Nurul Huda, 16 th, salah satu santri Ribath yunior asal desa Sentul Pasuruan, diminta memberikan Kultum (kuliah Tujuh Menit) dengan tema pentingnya mencari ilmu agama.
Lantas kami mengulasnya lebih dalam, tentang tema tersebut.
Majelis Ta`lim berakhir pada pukul 21.00, lantas kami diminta bermalam di pesantren KH. Husni Madani, yang mana pesantren ini memiliki rumah kosong khusus untuk para tamu yang datang dan bermalam.
Hari Rabu bakda Shubuh, kami langsung pamit pulang, dengan harapan bisa sampai di makam Sunan Ampel tidak terlalu siang. Apalagi mengingat di Jawa Timur saat ini sedang langka BBM solar, sedangkan mobil kami adalah jenis L300 dengan BBM solar. Maka kami bermaksud ikut memburu solar di Surabaya yang kabarnya hanya tersedia di waktu pagi hingga siang hari saja.
Itu pun harus antri dengan kendaraan Truk dan Bis.
Alhamdulillah, sekitar pukul 08.30 kami sampai di wilayah Sunan Ampel, hingga dapat berziarah dengan baik. Apalagi ada kawan yang rumahnya di Jln. Sukodono dekat Makam Sunan Ampel yang berhasil membelikan solar dengan jurigen sebanyak 25 liter, jumlah yang cukup untuk tambahan BBM L300 milik kami dalam perjalanan pulang.