WISATA RELIGI BERSAMA PARA SANTRI RIBATH
Luthfi Bashori
Senin, tanggal 22 April, kami bersama para santri berangkat ke Madura setelah shalat Dhuhur, dengan salah satu tujuan adalah berziarah ke makam Syaikhana Khalil bin Abdul Latif Bangkalan yang sangat masyhur di kalangan warga Nahdhiyyin, karena beliau termasuk guru besarnya KH. Hasyim Asy`ari pendiri NU.
Syaikhana Khalil terkenal dengan kewaliannya. Beliau termasuk tokoh kharismatik yang sangat berpengaruh di masa hidupnya. Banyak sekali para kiai tanah Jawa yang berguru kepada Syaikhana Khalil.
Maka tak heran jika makam beliau ramai dikunjungi orang.
Terlebih jika datang waktu malam Jumat legi (manis), maka ratusan orang yang datang silih berganti untuk berziarah ke makam kuburan Syaikhana Khalil. Para penziarah ini tak jarang yang datang dari kota jauh karena ingin mengamalkan hadits Nabi SAW, sebagaimana beliau SAW bersabda:
Dulu aku pernah melarang kalian berziarah kubur, sekarang berziarah kuburlah kalian karena dapat mengingatkan kalian kepada akhirat. (HR. Muslim).
Alangkah mulianya umat Islam yang aktif berziarah ke makam kuburan, karena hakikatnya mereka telah melaksanakan perintah sunnah Nabi SAW ini. Apalagi keshahihan hadits ini tidak dapat diragukan lagi, karena diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Menurut riwayat masyarakat setempat, konon sering terjadi hal-hal yang aneh pada diri Syaikhana Khalil. Antara lain beliau diberi keramat oleh Allah berupa kemampuan dapat mengetahui apa yang akan terjadi.
Contohnya, suatu saat beliau berpesan kepada para santrinya, yang mana saat itu belum ada saluran telphun: `Nanti kalau ada MACAN masuk pesantren, tolong segera dikeluarkan (diusir)`.
Tentu saja para santri menjadi bingung, mereka menyangka akan ada macan liar yang akan masuk ke lingkungan pesantren hingga dapat membahayakan keselamatan mereka. Maka para santri pun mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi.
Di saat mereka siap siaga, tiba-tiba datang seorang tamu dari keluarga pesantren Sidogiri Pasuruan Jatim, tempat dimana Syaikhana Khalil pernah menimbah ilmu agama. Tamu itu adalah (Kiai) Bahar, yang mana saat itu termasuk pemuda yang cukup alim jika ditinjau dari orang-orang yang seusianya.
(Kiai) Bahar menyatakan kepada para pengurus, jika dirinya ingin belajar ilmu di pesantrennya Syaikhana Khalil.
Para santri pun mempersilahkan sang tamu dengan sangat hormat, lantas melaporkannya kepada Syaikhana Khalil. Maka dengan serta merta Syaikhana Khalil mengatakan: `Aku tidak ingin MACAN ILMU seperti (Kiai) Bahar ini belajar di sini, karena pesantren ini untuk para santri pemula, jadi tolong kalian bilangkan agar beliau segera pulang`.
Maka, para santri baru menyadari, jika yang dimaksud MACAN yang akan masuk pesantren itu tiada lain adalah (Kiai) Bahar dari keluarga pesantren Sidogiri Pasuruan Jatim. Menurut riwayat, (Kiai) Bahar datang lagi ke pesantren Syaikhana Khalil hingga tiga kali, dan pada kali yang ke tiga itulah (Kiai) Bahar baru diterima oleh Syaikhana Khalil sebagai santri di pesantrennya, dan akhirnya menjadi murid yang sangat maju dalam menguasai pelajarannya.