MALANG KOTA KULINER
Luthfi Bashori
Istilah Malang Raya, kini termasuk salah satu dari banyak sebutan yang disematkan oleh masyarakat bagi wilayah bumi Arema. Malang juga mendapat julukan kota pendidikan, karena banyaknya tempat pedidikan baik formal maupun non formal yang terus bermunculan. Bahkan rasanya agak mustahil bagi masyarakat untuk dapat menghitung jumlah tempat-tempat pendidikan di Malang Raya secara tepat.
Sebagai contoh di daerah kelahiran penulis, yaitu Kecamatan Singosari saja, jumlah tempat pendidikan Islam berupa pondok pesantren yang terdaftar di kantor Kecamatan, sebanyak dua puluh lima pondok pesantren. Itupun masih ada pondok-pondok pesantren yang belum terdaftar secara resmi, dan belum terhitung pula jumlah madrasah-madrasah yang ada se Kecamatan Singosari Malang. Lantas bagimana jika dihitung di seluruh Malang Raya, beserta sekolah formal dan perguruan tingginya?
Karena itu pula Wong Singosari telah mendeklarasikan diri bagi kota kelahirannya dengan jargon: SINGOSARI KOTA SANTRI (Sehat, Aman, Nyaman, Tertib, Rapi, Islami).
Malang Kota Apel, juga termasuk nama populer di telinga masyarakat, karena keberadaan kota Batu dan Poncokusumo yang termasuk dari wilayah Malang Raya. Kedua tempat ini adalah daerah panghasil buah apel yang diselingi sayur mayur dan aneka jenis bunga hiasnya.
Bahkan kini, buah apel sudah dikelolah menjadi berbagai makanan khas Malang, seperti minuman sari apel, dodol apel dan kripik apel. Bukan sekedar itu, kreatifitas warga Malang saat ini juga sudah sangat pesat berkembang.
Ada masyarakat yang dapat mengembangkan berbagai macam buah yang dikelolah menjadi kripik serta makanan lainnya. Sebut saja kripik salak, kripik nangka, kripik semangka, kripik rambutan, kripik blimbing, kripik melon, kripik buah naga dan sebagainya.
Ada lagi kresai unik warga Malang dengan menjadikan telo (ubi rambat) dan tempe sebagai bahan dasar dari berbagai macam makanan ringan. Misalnya: Ice cream Telo, bakpo telo, bronis telo, pia telo, kue mangkok telo, bolu telo, ice cream tempe, bronis tempe dan aneka rasa kripik tempe.
Malang juga rasanya tepat dijuluki sebagai kota Bakso.
Alasannya, entah bagaimana asal mulanya, yang jelas di hampir setiap pojok desa dan kota se Malang Raya, banyak berserakan para penjual Bakso dengan iming-iming aneka cita rasa. Mulai dari penjualan bakso dengan metode gerobak dorong hingga penjualan berkelas Rumah Makan Spesialis Bakso, semuanya ada di Malang Raya.
Saat mengarang artikel ini, penulis sedang berwisata kuliner bersama istri dan anak-anak di sebuah pedesaan yang berada di wilayah perbatasan antara Kecamatan Kepanjen dan Kecamatan Gondanglegi. Penulis sekeluarga duduk-duduk santai sambil makan malam di Warung Sego.
Sebuah tempat wisata kuliner yang asri nan alami, tempatnya di pinggir rawa-rawa dan pematang sawah. Rumah makan ini menyediakan menu ikan segar dengan masakan lalapan gurameh bakar, patin bakar, lele bakar dan ayam bakar.
Penulis sekeluarga rela keluar dari rumah dengan jarak tempuh sekitar 30 kilo meter, dan sengaja memilih tempat wisata kuliner di Warung Sego ini, mengingat juru masak dan pelayannya adalah ibu-ibu yang berjilbab, dan di rumah makan Warung Sego ini disediakan tempat shalat, hingga tidak menyulitkan para pelanggan saat ada panggilan adzan untuk ibadah shalat.
Di Malang Raya ini, banyak sekali tersedia tempat-tempat alternatif untuk menikmati wisata kuliner. Baik yang berada di tengah kota maupun di pedesaan terpencil sekalipun. Macam-macam menu hingga cara penyajiannya pun dijadikan komodite persaingan sehat dalam dunia bisnis wisata kuliner.
Memang secara geografis, Malang Raya adalah gudangnya tempat wisata.
Mau wisata alam, wisata bahari, wisata religi, wisata pendidikan, serta wisata kuliner, rasanya semuanya tersedia di Malang Raya.
Karena itu, sangat beruntung penulis dilahirkan dan dibesarkan sebagai warga Malang Raya dengan cuaca udara yang cukup sejuk, maka penulis selalu bersyukur kepada Allah atas besarnya karunia yang telah diberikan kepada warga Malang Raya. Sedangkan dalam menjalani wisata kuliner ini penulis juga berniat untuk menjalankan sunnah melanggengkan keharmonisan rumah tangga, karena hal ini termasuk perintah syariat.
Nabi SAW bersabda: Sebaik-baik kalian adalah figur yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah figur yang paling baik terhadap keluargaku.