URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 4 users
Total Hari Ini: 205 users
Total Pengunjung: 6224317 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
MEWUJUDKAN PERJUANGAN AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH 
Penulis: AR. HELMI [25/2/2009]
 

Ahlusunnah wal jama’ah adalah aqidah yang hingga saat ini dianut oleh  mayoritas ummat Islam dunia. Di Indonesia aqidah ahlusunnah wal jama’ah telah dikenal sejak periode awal masuknya Islam di Indonesia yang dipelopori oleh walisongo sebagai pejuang Islam ahlusunnah wal jama’ah di bumi Indonesia. Untuk berikutnya kalimat ahlussunnah waj jama’ah disederhanakan dengan sebutan Aswaja.

Sejauh berjalannya zaman, peranan ulama yang notabene sebagai penerus perjuangan walisongo di Indonesia, juga semakin luas. Bukan hanya pada wilayah – wilayah ritual ideologi saja akan tetapi telah merambah wilayah politik, sosial dan budaya. Peranan ulama di segala aspek saat ini ironisnya tanpa diimbangi oleh semakin berkembangnya aqidah aswaja yang telah ada sejak awal diperjuangkan oleh penyebar Islam di nusantara. Walaupun aqidah ini telah mengakar kuat di masyarakat, akan tetapi pengaruh ideologi-ideologi asing yang masuk ke Indonesia juga tak kalah gencar mempengaruhi pola fikir dan pola pemahaman keberagamaan di masyarakat. Akibatnya benturan – benturan sering terjadi perihal pengaplikasian bentuk ideologi baru tersebut.

Sering penyebaran ideologi asing itu tanpa memahami karakter sosiologi dan psikologi masyarakat yang sejak awal telah beraqidah aswaja. Sebagai efaluasi internal, aqidah asli muslim Indonesia ini, yang memiliki tipologi dinamis dan moderat, seharusnya bisa tampil selalu up to date. Akan tetapi karena aqidah Aswaja dipahami secara puritan dan konfensional oleh penganutnya, maka saat ini hanya identik dengan acara – acara ritual seperti tahlil, maulid, dan haul saja.

Aqidah aswaja yang begitu luas belum sampai pada pengaplikasiannya sebagai way of life. Wadah pengaplikasian metode – metode aqidah ini, masih sebatas pada kultur pesantren dan lembaga pendidikan.  Padahal,  jika kita kaji lebih jauh metode pengaplikasian ajarannya sangat layak jika dipraktekkan, bahkan dalam sebuah negara dan pemerintahan, mengingat bahwa aqidah ini telah teruji pada zaman Rasulullah Muhammad SAW.

Belum diaplikasikannya atau tidak dilaksanakannya aqidah aswaja pada sebuah  metode penyelenggaraan negara dan pemerintahan, tidak lain adalah insan – insan aswaja yang masih berfikir bahwa aswaja adalah aqidah kelompok atau organisasinya saja, dan belum  berfikir secara universal terhadap penerapan aqidah ini di masyarakat. Imbasnya pemahaman masyarakat terhadap aqidah ini masih, hanyalah sebatas semiotika kultural. Akhirnya aswaja dipahami hanya sebagai bagian dari kekayaan budaya dan sebagai “musium kultural” yang harus dilestarikan oleh penganutnya saja.

Mereka belum menyadari bahwa tanpa ada upaya syiar dan sikap kritis terhadap dinamika hidup, gerak pemikiran dan pencerahan rohani masyarakat, lambat laun aqidah ini akan semakin tergerus baik secara kualitas maupun kuantitas penganutnya.

Rata-rata penganut  aqidah aswaja terlampau asyik dengan perilaku sufistik (pen: perilaku tasawuf begitu kental terasa pada pengetrapan aqidah aswaja) saja, tanpa melihat sisi progresif yang sesungguhnya telah tersedia pada penerapannya.

Tanpa disadari, aqidah aswaja saat ini telah berada dalam masa paling kritis, di tengah gencarnya ideologi kafir (pen: barat) yang agresif  mendegradasi Islam, sebagai ideologi yang harus diperangi hingga ke akar – akarnya.

Selain itu penerapan azas tunggal Pancasila sebagai satu – satunya pilihan dalam menerapkan praktik penyelenggaraan negara di Indonesia semakin membuat aswaja sebagai bentuk aqidah yang telah ada bahkan sebelum Pancasila lahir seakan terlupakan.

Posisi Pancasila seakan telah menjadi bentuk “aqidah” baru dalam perilaku keagamaan ummat Islam. Bahkan segenap komponen aswaja sekalipun,  saat ini telah larut dalam berbagai kepentingan sehingga ikut – ikutan mendukung ideologi Pancasila sebagai sarana peraihan tujuan bagi pribadi maupun kelompok organisasinya. Karena, pasal – pasalnya memang sangat mudah untuk di tarik ulur menurut kebutuhan.. Misalnya tentang Toleransi beragama dan menghormati kebebasan berpendapat versi Pancasila seringkali dijadikan sebuah “lorong tikus” bagi masuknya ideologi – ideologi sesat yang jelas tidak cocok dengan jiwa bangsa untuk memporak – porandakan tatanan yang sudah ada.

Maka dari itu hendaknya insan aswaja segera memiliki sikap protektif yang  kuat dan intensif dalam mensikapi permasalahan ini. Salah satu cara sikap protektif adalah dimulai dari cara berfikir. Jangan pernah  berfikir bahwa aswaja di Indonesia adalah milik golongan atau ormas tertentu, tapi pahamilah bahwa aswaja adalah aqidah bangsa Indonesia dalam beragama, sehingga mutlak harus diperjuangkan, sebagai aqidah Islam resmi bagi negara Republik Indonesia.

Jika Arab Saudi telah berani menggunakan ajaran wahabi sebagai aqidah resmi kenegaraan, dan Iran telah menggunakan syiah sebagai pokok ajaran dalam penyelenggaraan negara, maka bukan tidak mungkin aqidah aswaja bisa kita perjuangkan sebagai aqidah resmi dalam penyelenggaraan negara di negara Republik Indonesia.

Hal ini cukup beralasan karena Selain Indonesia adalah negara berpenduduk Islam ahlusunnah waljama’ah terbesar di dunia, lebih dari itu pendiri negara Republik Indonesia adalah mayoritas bermadzhabkan aswaja. Sejarah membuktikan bahwa bangsa Indonesia, mulai dari sebelum kemerdekaan hingga setelah kemerdekaan, peranan ulama, santri dan pesantren secara kelembagaan adalah tidak bisa diabaikan begitu saja dalam perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia. 

Kita tidak harus mengganti ideologi negara pancasila dengan ideologi aswaja, akan tetapi aswaja bisa di gunakan sebagai aqidah resmi satu – satunya dalam menjalankan ke Islaman di Indonesia. Sehingga dapat tercipta sebuah tatanan masyarakat serta pemerintahan yang menjujung tinggi aqidah ini, karena berkekuatan hukum yang resmi dan tetap, agar jelas barometer sikap yang bisa diambil bagi masuknya ideologi asing  ke Indonesia.
Langkah awal dalam gerakan mewujudkan masyarakat dan pemerintahan yang berwawasan aswaja adalah dengan menyatukan semua komponennya sebelum kita berjuang untuk menyuarkan aqidah aswaja pada mereka yang belum mengerti tentang ideologi ini.

Cara – cara perjuangan yang santun dan mengedepankan dialog sebagai ciri khas aswaja dalam peraihan tujuan bisa diutamakan agar tujuan tersebut bisa tercapai. Namun cara – cara penekanan dengan melibatkan massa juga layak ditempuh dalam rangka memberikan pemahaman pada masyarakat, bahwa dalam wawasan aswaja mengutarakan pendapat secara langsung adalah sangat dibolehkan.
Gerakan rakyat berbasis massa pesantren  adalah dimungkinkan dalam koridor gerakan moralis-progresif ahlusunnah waljama’ah dan santri-kampus (pen: mahasiswa ahlusunnah waljama’ah) adalah yang terdepan dalam gerakan yang progresif-moralis.

Penyatuan komponen haruslah di pelopori oleh sebuah organisasi terpercaya yang merupakan gabungan dari semua komponen ahlusunnah waljama’ah yang se-ide mengingat perjuangan ini adalah memerlukan proses panjang dan berkesinambungan. Maka di perlukan orang – orang yang tepat dan memiliki militansi tinggi untuk meraih tujuan tersebut. Selain sebagai “dapur strategi dan taktik, organisasi ini bertugas menginventarisir potensi – potensi insan ahlusunnah waljama’ah untuk bisa di fokuskan pada sasaran bidik yang tepat yaitu membentuk masyarakat dan pemerintahan yang berwawasan ahlusunnah waljama’ah dan menjadikan sebagai aqidah resmi agama Islam di Republik Indonesia.

Organisasi ahlusunnah waljama’ah ini selain melakukankan kontrol ideologi dan politik di harapkan juga memiliki kontrol sosial yang optimal dalam fungsinya sebagai mitra pemerintah tanpa mengesampingkan sikap kritis dalam memberikan masukan pada pemerintah.
Permasalahan di masyarakat seperti rakyat yang masih banyak hidup dalam kemiskinan, relatif rendahnya tingkat pendidikan dan rendahnya tingkat kesehatan di Indonesia, patut diperjuangkan oleh organisasi ini, karena kemiskinan dan kebodohan adalah salah satu jalan masuk bagi ideologi – ideologi kufur untuk menyelewengkan aqidah ummat Islam
Rendahnya kesejahteraan buruh dan petani sehingga sering menjadi ladang subur bagi masuknya ideologi sosialis dan komunis,(pen: tanpa sadar gerakan – gerakan buruh memiliki peluang untuk dijadikan basis gerakan yang ke-kiri-kirian), pelanggaran hak asazi manusia khususnya ummat Islam, perlawanan terhadap tindak kekerasan dan eksploitasi perempuan juga anak – anak, kebebasan dan pendewasaan pers, penyelesaian konflik – konflik di masyarakat, ini juga merupakan upaya perjuangan organisasi. 

Penanggulangan kemaksiatan, pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme, pelurusan sejarah tentang peran pesantren pada perjuangan kemerdekaan, menangkis budaya – budaya kafir dan tradisi – tradisi sesat yang tidak sesuai dengan syariat Islam, penerapan efisiensi anggaran dalam kebijakan ekonomi pemerintah, dan menolak tegas segala bentuk liberalisasi baik politik, ekonomi, sosial, budaya serta ideologi, adalah merupakan sasaran bidik perjuangan yang di kuatkan oleh organisasi ini.

Di samping fokus terhadap sasaran – sasaran eksternal, sebagai pembenahan internal terhadap masyarakat ahlusunnah waljama’ah organisasi ini diharapkan pula bisa secara tegas memberikan masukan, arahan serta penekanan terhadap ulama – ulama agar tidak masuk keranah politik praktis sehingga ulama dapat berkiprah optimal untuk ummat tanpa adanya sekat – sekat politik yang sering mengkerdilkan dan memecah belah ummat Islam, ulama hendaknya mendidik ummat dengan menjadi contoh dan bukan hanya bisa memberi contoh bagi moralitas spiritual ummat Islam. Selain menghindarkan pesantren dari politisasi. agar pesantren  sebagai benteng terakhir gerakan moral ummat bisa terjaga.
     

(pejuangislam)  

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: dono  - Kota: surakarta
Tanggal: 19/3/2009
 
setuju dengan ide pejuang islam, memang saat ini kita perlukan ghiroh gerakan yang jelas dan nyata, saat ini ummat islam sedang diuji apakah benar-benar sebagai ummat yang sungguh-sungguh mau berjuang untuk islam, ataukah saat ini kita sudah seperti buih dilautan, banyak tapi kopong. gerakan lewat SDM santri adalah patut di gulirkan, semata-mata untuk amar makruf nahi munkar dan sebagai pembentengan bagi aqidah ahlusunnah. pejuang islam is the best. maturnuwuuuuuuuuun 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Terima kasih. Yang ini bagian Bang Helmy untuk meresponnya. Akan kami teruskan.

2.
Pengirim: AR Helmi  - Kota: malang
Tanggal: 20/3/2009
 
maturnuwun juga untuk mas Dono. Benar mas, SDM santri sesungguhnya adalah SDM yang punya kwalitas gak kalah dengan mereka yang bersekolah disekolah-sekolah umum. Banyak juga alumni pesantren yang  
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Wah, kami juga mengucapkan ribuan terima kasih kepada antum berdua. Jika antum dan semua pengunjung aktif membuka situs Pejuang Islam, berarti situs ini akan berkesinambungan. semoga.

3.
Pengirim: Aris  - Kota: Bekasi
Tanggal: 27/4/2009
 
Assalamu Alaikum WR. WB,

Saya orang Islam yg awam tapi saya sangat penci pada tokoh yg hanya berteori saja tapi nggak ada prakteknya (yg pernah saya baca puncaknya ilmu adalah amal) pengamatan awam saya contoh nya sbb :

1. Ukhuwah Islamiah itu prakteknya gak ada, yg ada ukhuwah golongan misalnya NU sama NU, Muhamadiyah sama Muhamdiyah dsb. Dari akar rumput sampai tokoh pun gak bisa akur.

2. Gus Dur lebih mesra memilih berkawan dengan PDI dibanding dengan PKS misalnya... padahal PKS nampaknya lebih Islam dari pada PDI

3. Tokoh Islam itu kalo kecewa dengan partainya atau organisasinya biasanya keluar terus bikin partai baru.

 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Itulah akar masalahnya, bahwa dewasa ini, hakikat ajaran Ahlussunnah wal Jamah yang baik dan benar, mulai banyak ditinggalkan oleh umat Islam yang mengaku sebagai pengikut Ahlussunnah wal Jamaah, termasuk juga para tokohnya.
Bahkan telah banyak di tokoh Islam yang syahwat politiknya jauh lebih besar dari pada berjuang melestarikan kemurnian ajaran Ahlussunnah wal jamaah.
Syahwat politik tokoh-tokoh Islam, seringkali lebih mengedepankan kepentingan pribadi dan golongan, daripada memikirkan kemaslahatn umat Isam secara makro, baik untuk dunianya maupun untuk akheratnya.

4.
Pengirim: AR Helmi  - Kota: malang
Tanggal: 29/4/2009
 
Terimakasih mas atas tanggapannya. Setuju mas Aris, memang umat Islam harus mengedepankan ukhuwah Islamiah. Jika ada organisasi Islam yang sudah punya konsep untuk perjuangan Islam di parlemen, jika kini sudah sudah ada organisasi Islam yang mengambil ranah perjuangan untuk memperjuangkan khilafah, jika ada organisasi Islam yang banyak mendirikan sekolah-sekolah, dan ada pula ormas Islam yang mengambil wilayah perjuangan agama di kalangan kaum tradisionalis, maka kini belum ada organisasi Islam yang mengambil wilayah dan juga mengangkat tema perjuangan Ukhuwah Islamiyah. Inilah yang perlu diwujudkan, yaitu menyelesaikan permasalahan internal ummat, dan menangani pihak-pihak yang sering merusak ukhuwah dengan mengkafir-kafirkan amalan sesama muslim. Perihal gus dur, tidaklah mengherankan jika mesra terhadap golongan yang jauh dari nuansa syari'at, sama yahudi aja dia mesra, dengan orang-orang komunis juga dia mesra serta turut mengusulkan di cabutnya TAP MPR XXV/66. jadi tak perlu dirisaukan. Anggaplah gus dur itu ujian bagi ummat Islam. terimakasih mas. ALLAHUAKBAR  
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Wah, syukran banget kapada Bang Helmy, mudah-mudahan tetap dapat bergabung terus dengan Pejuang Islam, sekalipun kesibukannya tambah meningkat. Kami online kan untuk pengunjung.

 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam