AHLUL LAILI FII LAILIHIM
Luthfi Bashori
Orang-orang yang ahli ibadah di malam hari jauh akan lebih merasakan kenikmatannya di saat datang waktu malam, dibanding kenikmatan yang dirasakan oleh orang yang ahli maksiat tatkala ia dalam melakukan kemaksiatannya itu. Pengertian ini diambil dari terjemahan kata mutiara Ahlul laili fii lailihim aladzdzu min ahlil laghwi fii laghwihim.
Orang-orang yang ahli beribadah untuk menghidupkan malam harinya, seperti orang yang istiqamah shalat malam, istiqamah dzikir malam, istiqamah mendalami ilmu agama di waktu malam, dan amalan-amalan baik lain yang dilakukan pada malam hari secara istiqamah, mereka akan dapat merasakan kenikmatan yang luar biasa dengan keistiqamahannya itu.
Mereka ini akan menemukan ketentraman hati dan sedikitpun tidak akan ada rasa takut, apalagi khawatir divonis salah oleh siapa pun, bahkan jika ada di kalangan masyarakat yang tahu terhadap keistiqamahan amal ibadahnya di malam hari itu, justru akan memujinya dan akan menjadikannya sebagai panutan yang baik, sekalipun bukan itu tujuannya.
Belum lagi janji Allah yang akan menyelamatkan kehidupan akhirat bagi orang-orang yang ahli istiqamah beribadah di malam hari, serta akan menerima doa-doa mereka, dan akan memberikan kemuliaan hidup di dunia maupun di akhirat.
Penyair mengatakan : Biqadril kaddi tu`thaa maa taruumu # waman raamal ulaa lailan yaquumu (Sesuai kadar upaya, engkau akan mendapatkan apa yang engkau inginkan # Barang siapa yang ingin mendapatkan kemuliaan hidup, maka hendaklah ia bangun beribadah di malam hari).
Allah berfirman yang artinya : Dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang. (QS. Thaaha, 130).
Sangat jauh berbeda dengan kondisi orang-orang yang ahli maksiat hanya karena menuruti hawa nafsunya, maka kenikmatan yang mereka raih itu hanyalah kenikmatan semu yang bersifat sementara. Sebut saja orang yang ahli berzina di malam hari, maka sekalipun dirinya dapat merasakan kenikmatan seksualnya di saat berzina, namun tetap saja hati kecilnya akan merasa dikejar-kejar rasa ketakutan dan perasaan bersalah.
Misalnya merasa takut ketahuan keluarga dan handai taulannya, takut dicibir masyarakat sebagai sanksi moral, takut terkena penyakit kelamin, takut dirasia petugas keamanan, belum lagi takut disiksa dalam kubur dan takut masuk neraka.
Demikian juga dengan orang-orang yang ahli mengkonsumsi narkoba, sekalipun dirinya mampu menghilangkan rasa ketakutan dengan cara mengkonsumsi narkoba, dan sekaligus dapat meraih kesenangan flay alias terasa terbang di atas awan, namun tetap saja di dalam hati kecilnya akan merasakan dikejar-kejar rasa ketakutan.
Mereka akan merasa takut datang rasa ketagihan sedangkan untuk mendapatkan barang narkobanya harus dengan cara sembunyi-sembunyi. Takut jika fisik dan kesehatannya akan semakin rusak. Takut ketahuan keluarga dan handai taulannya, serta takut mendapat sanksi moral dari masyarakat. Takut dicokok polisi dan divonis masuk penjara, apalagi jika terlibat sebagai pengedar narkoba. Demikian dan seterusnya.
Dari sekelumit contoh ini secara jelas dapat dilihat, betapa jauhnya perbedaan kenikmatan haqiqi yang dapat diraih oleh orang-orang yang beristiqamah menghidupkan malam-malam harinya dengan beribadah dan beramal baik, dibanding kenikmatan semu yang diraih oleh orang-orang yang ahli maksiat.