URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 195 users
Total Pengunjung: 6224307 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
MELESTARIKAN WARISAN NENEK MOYANG 
Penulis: Pejuang Islam [ 15/9/2016 ]
 
MELESTARIKAN WARISAN NENEK MOYANG

 Luthfi Bashori


Harta warisan nenek moyang terbesar yang dimaksudkan di sini adalah amalan-amalan yang sesuai ajaran Islam Ahlus sunnah wal jamaah dengan fiqih mengikuti madzhab Syafi`i. Konon amalan-amalan ini diajarkan oleh para Walisongo kepada nenek moyang bangsa Indonesia, yang kala itu masih menganut paham Anemisme, Dinamisme, Hindu dan Budha.

Namun berkat dakwah para Walisongo yang mengajarkan syariat agama Islam sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi SAW, dan dilanjutkan oleh para shahabat, kemudian diteruskan oleh para tabi`in, lantas diajarkan secara estafet kepada para ulama dari masa ke masa hingga pada priode dewasa ini, maka bangsa Indonesia menjadi penduduk muslim terbesar dunia dengan istiqamah menganut madzhab Sunni Syafi`i.

Jadi, warisan terbesar nenek moyang bangsa Indonesia untuk generasi penerus itu adalah ajaran Islam Ahlus sunnah wal jamaah dengan berfiqih ala madzhab Syafi`i. Tentunya ajaran Sunni Syafi`i yang dimaksudkan juga adalah dengan segala bentuk amalan ibadahnya baik yang fardhu maupun yang sunnah.

Lantas apa saja jenis warisan amalan nenek moyang yang ditinggalkan untuk anak cucu generasi penerus Aswaja di Indonesia yang wajib dilestarikan itu ? Nah, warisan nenek moyang yang jelas-jelas harus dilestarikan oleh generasi penerus itu antara lain adalah :

1. Tahlilan dengan segala variasinya.
2. Pembacaan Maulid Nabi SAW.
3. Baca Burdah dan pujian lainnya untuk Nabi SAW.
4. Talqin Mayit.
5. Peringatan Isra dan Mi`raj.
6. Istighatsah/doa dan dzikir berjamaah.
7. Ziarah kubur/ziarah makam Walisongo
8. Nyekar bunga di kuburan.
9. Peringatan haul bagi keluarga yang telah wafat.
10. Pembacaan manaqib para wali.
11. Menghormati dan mencintai ahlil bait dan para shahabat Nabi SAW.
12. Menjunjung tinggi kehormatan para istri Nabi SAW.
13. Meyakini kebenaran 4 Khalifah: Sy. Abu Bakar, Sy. Umar, Sy. Utsman dan Sy. Ali, dan lain sebagainya yang sudah menjadi ciri khas amalan dan keyakinan warga Aswaja di Indonesia.

Umat Islam tidak perlu merasa takut bersalah dalam upaya melestarikan warisan terbesar nenek moyang bangsa ini, sekalipun ada segelintir pendatang baru yang tiba-tiba saja secara vulgar berani mencaci-maki amalan dan keyakinan warga Aswaja warisan terbesar nenek moyang bangsa Indonesia ini.

Perilaku para pencacimaki itu hakikatnya adalah sebuah bentuk pengkhianatan terhadap nenek moyang bangsa Indonesia, yang sudah ratusan tahun mengajarkan ajaran Islam dengan baik dan benar berkat dakwah para Walisongo.

Andaikata para Walisongo tidak berdakwah mengislamkan nenek moyang bangsa Indonesia, maka tidak menutup kemungkinan nenek moyang bangsa Indonesia dan anak cucu generasi penerus hingga dewasa ini, akan tetap berada pada kesesatan ajaran Anemisme, Dinamisme, Hindu dan Budha.

Karena itulah alangkah `kurangajarnya` kelompok oknum generasi penerus bangsa Indonesia yang tiba-tiba pindah haulan menjadi pengikut sekte Wahhabi maupun Syiah Imamiyah dan sangat berani secara vulgar mencaci-maki amalan warga Aswaja Indonesia dengan tuduhan sebagai amalan bid`ah yang sesat, syirik hingga kafir, bahkan berani menvonis pengamal ajaran Sunni Syafi`i itu sebagai penghuni neraka.

`Kekurangajaran` para pencacimaki itu di samping secara terang-terangan memusuhi amalan warisan nenek moyang bangsa Indonesia, mereka seakan-akan telah `memposisikan` diri sebagai `tuhan` yang berkuasa menentukan para pengamal warisan nenek moyang ini sebagai penghuni neraka.

Para pencacimaki itu terus saja menggonggong dengan lagu-lagu cacian pada setiap kesempatan dimana pun mereka berada, baik lewat mimbar-mimbar, kajian-kajian, radio, FB, Tweeter, majalah, buletin, dan sebagainya.

Namun hendaklah warga Aswaja tetap istiqamah melestarikan amalan-amalan warisan nenek moyang bangsa Indonesia, karena semua amalan warisan itu hakikatnya berlandaskan dalil-dalil syariat baik dari Alquran maupun hadits-hadits Nabi SAW.

Jadi, biarkan saja anjing menggonggog, namun kafilah tetap berjalan. Biarkan saja kaum Wahhabi dan kaum Syiah menggonggong, namun warga Aswaja akan terus melestarikan amalan-amalan yang sesuai ajaran Sunni Syafi`i.
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: nur  - Kota: jkt
Tanggal: 22/2/2013
 
siap, lanjutkan..

para walisongo juga tidak sembarangan membuat suatu amalan, sudah barang tentu menimbang2 dengan dasar hujjah-hujjah Islam.

tidak asal "copas", kebudayaan hindu, budha, animisme, dinamisme.

lain halnya dengan sekelompok orang yang ngakunya Islam, tapi otaknya liberal. bukannya mengIslamisasi, malah dia terkena virus. sinkritisme, yaitu pencampur adukkan antara ajaran Islam dengan ajaran kafir.
seperti, ikut-ikutan merayakan natal di gereja. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kalau wong NU yang ahli berbuat haram yaitu ikut-ikutan natalan di gereja itu maka Gus Dur-lah rajanya dan Said Aqiel Siraj pangerannya.

2.
Pengirim: Alfian Dwi  - Kota: SuraDarjo
Tanggal: 23/2/2013
 
InsyaAllah ustadz , semoga kulo panjenengan tetap istiqomah menjalankan dan mengamalkan syariat Islam dengan benar . 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Amiiin.

3.
Pengirim: Muthoin Tsamma Amiin  - Kota: Nanga Pinoh (Kalimantan Barat)
Tanggal: 24/2/2013
 
Asswrwb Ammy, semoga Ammy sekeluarga selalu diberkahi Allah Jalla wa Ala… Aamiin….
Allahumma sholli wasalim wabarik ala sayyidina Muhammad wa ala alihi wa shohbihi ajmain…
Wasswrwb.
 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Wa 'alaa aalih washahbih.

4.
Pengirim: zein  - Kota: Cianjur
Tanggal: 25/2/2013
 
Allahumma sholli 'alaa sayyidina
Muhammad wa 'alaa aalii sayyidina Muhammad 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Allahumma shalli wa sallim wa barik alaih wa 'ala alihi wa shahbihi ajma'in.

5.
Pengirim: Arba' Arifi  - Kota: Batang
Tanggal: 10/3/2013
 
Gusdur telah dipanggil ke haribaan Allah yang Maha Agung semoga Allah mengampuni semua dosa beliau, dan KH Said Agiel Siraj adalah Ulama' yang juga harus dihormati seperti juga panjenengan...maaf (menggurui) dalam kebaikan hati dan keihlasan mengabdi pada Allah SWT dan Mengikuti Rpsulullah tidak melihat keburukan orang lain akan tetapi kebaikannya. jangan mengambil tugas Allah untuk menilai orang lain, karena hanya ketaqwaan yang paling berarti dihadapanNYA... 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kemungkaran aqidah yang dilakukan oleh Gusdur dan Said Aqiel Siraj sangat rawan diikuti oleh kaum awwam, jadi harus diungkap agar kaum awwam tidak terpeleset mengikutinya. dan kenyataannya maraknya perilaku dan pemikiran liberal yang sangat bertentangan dengan ajaran Alquran dan Hadits itu sering terjadi di kalangan pengagum Gusdur dan pengikut Said Aqiel Siraj.

Perlu akhi ingat pula, bahwa kepemimpinan adalah perkara penting yang dapat membawa kejayaan atau menjerumuskan orang yang dipimpinnya baik di dunia apalagi di akherat nanti. Banyak orang yang menderita di dunia karena kepemimpinan yang salah dan banyak pula orang yang masuk Neraka karena sewaktu hidupnya mengikuti pimpinan-pemimpin yang sesat.

Mereka sangat kecewa sehingga mengutuk pemimpin yang telah menjerumuskannya ke Neraka itu sedang pemimpin berkenaan tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolongnya, bahkan pemimpin-pemimpin itu menyalahkan pengikutnya mengapa dulu di dunia mau mengikutinya.

Ada pula pengikut yang meminta kepada Allah SWT agar melaknat pimpinannya yang menyesatkannya itu, padahal waktu di dunia pemimpin tersebut sangat dihormati dan dicintai. Ada beberapa ayat Al Quran yang mengisahkan penyesalan di akherat orang-orang yang keliru memilih pemimpin. Ayat-ayat tersebut antara lain:

Firman Allah SWT yang artinya:
“Pada hari muka mereka berbolak balik dalam neraka mereka berkata; ‘Hai kiranya kami taat kepada Allah dan kami taat kepada Rasul’. Dan mereka berkata: ‘Ya Tuhan kami, sesunguhnya kami telah mengikuti pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka sesatkan kami dari jalan yang benar. Ya Tuhan kami datangkanlah kepada mereka adzab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar”. (Al Ahzaab 66, 67, 68)

6.
Pengirim: Syura  - Kota: cirebon
Tanggal: 19/1/2014
 
Assalamualaikum ya...kyai . Mohon beri penjelasan kpda ana yg awam neh tntng yg menurut anta penyimpangan dr gusdur dan kh said aqiel .disertai dgn pa yg tlah mrk krjakan dan dalil nya ya..krn Kh said aqiel itu ketum pbnu yg ak tw jg aktf dlm memperjuangkan Warga nahdiyin. . Syukron. ..
 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Gus Dur dan Cak Nur Bapak Pluralisme Agama
Oleh. Ustadz Zaenal Abidin Syamsudin, Lc
Gencarnya upaya Abdurrahman Wahid dan Nurchalish Majid menebarkan virus pemikiran Pluralisme agama di Indonesia mulai membuahkan hasilnya, dari gagasan penolakan terhadap syari’at, pengingkaran terhadap system Negara Islam, pernyataan bahwa Ahlul Kitab bukan hanya Yahudi dan Nashrani saja bahkan semua agam termasuk Konghuchu masuk ke dalam Ahlu Kitab hingga gagasan penyatuan agama sangat mewarnai wacana kedua tokoh tersebut, maka tidak aneh kalau pemikiran kedua orang ini sering mendatangkan badai kritik dan hujatan dari umat Islam.

Cukup banyak penyimpangan Gus Dur, mulai dari pengingkaran terhadap firman Allah: “ Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak tidak akan sengan kepada kamu sehinga kamu mengikuti agama mereka.” (QS. Al-Baqarah: 120), bahwa ayat ini tidak berlaku di Indonesia, mendukung asa Tunggal Pancasila, menerima sumbangan SDSB, menentang gerakan ekonomi ICM, menentang pelarangan buku Satanic Verses, mendirikan Shimon Perez Institute, mendorong pemerintah untuk membuka hubungan dengan Israel, mendukung presiden dari non muslim, menolak RUU Sisdiknas, menentang fatwa MUI, menolak RUU APP, sering berkoalisi dengan tokoh-tokoh dari kelompok kuffar, shalat boleh dengan bahasa Indonesia, pembelaan terhadap goyang ngebor Inul, membela mati-matian Ulil Absar hingga penghinaan terhadap al_qur’an yang ia katakana kitab paling porno bahkan penolakan adanya system Negara Islam serta gagasan pluralismenya membuat gerah umat islam, bahkan Emha Aiun Najib pernah menulis bahwa Gus Dur memang pandai bergaya “Kerbau”, pura-pura bego kaya kerbau, tidak perduli nasehat orang lain walaupun datangnya dari para ulama dan sesepuh NU sendiri sampai K.H. Yusuf Hasim pun telah putus asa menasehatinya.

Adapun pemikiran Nurchalish Madjid hingga sekarang banyak meracuni para cendekiawan muslim Indonesai, mereka yang paling getol menyebarkan vitrus pluralismenya Nurchalis Madjid adalah Dawam Raharjo dan Budhi Munawar Rahman. Cita-cita Paramadina untuk mengusung pemikiran sesat Cak Nur tidak pernah mengenal kata surut bahkan perkawinan lintas agama pun dilayani oleh lembaga tersebut hingga Fikih Lintas Agama pun mereka buat untuk menjadi pedoman dan kitab suci mereka dalam rangka melancarkan ambisi Paramadina sebagai lambaga prositusi terselubung untuk mencetak anak-anak haram hasil perzinahan yang berkedok pluralisme agama. Kejahatan paling berbahaya yang diwariskan Cak Nur kepada generasi bangsa adalah gerakan penyatuan agama-agama dengan merk kemasan agama Ibrahim yang sebetulnya lebih pas kalau dikatakan agama Cak Nur, bukan agama Ibrahim yang hanif dan mengajak kepada Tauhidullah bukan Tauhidul Adyan. Harapan Cak Nur mendirikan Negara Pluralisme Raya hampir terwujud bahkan kematian sosok tidak mengharuskan matinya pemikiran terbukti buku besar ensiklopedi Nurchalish Majid telah tercetak yang memuat gagasan-gagasan beliau yang cemerlang dan cerdas seputar konsep Pluralisme.

Dalam buku ini disebutkan: “Jadi pluralisme tidak dapat hanya dipakai dengan mengatakan bahwa masyarakat kita adalah majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama, yang justru hanya menggambarkan kesan fragmentasi. Pluralisme juga tidak boleh dipahami sekedar sebagai “kebaikan negatif” hanya ditilik dari kegunaannya untuk menyingkirkan fanatisme. Pluralisme harus dipahami sebagai pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan keadaban. Bahkan pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat ma nusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan yang dihasilkannya”.

Kalau kita hendak membuat study komperansi terhadap gagasan pemikiran Gus Dur dan Cak Nur dalam menghina Islam dan menggulirkan pluralisme dan sekulerisme, maka sangat mirip dengan pemikiran yang dikembangkan oleh Gtholoco dan Darmogandhul, dan sangat per sis dengan upaya pemikiran yang digagas oleh Siti Jenar.

Kemiripan pemikiran Gus Dur dan Cak Nur dengan Gatholoco sangat nampak dari sela-sela dialog Gathaloco dengan dua orang penyabit rumput yang beragama Islam, yaitu Suto dn Noyo, Gatholoco menyampaikan pendapatnya tentang arti agama, menurut Tokoh fiktif beraliran zindik ini yang disebut agama adalah: “Agama itu bebas, sesuka orang hidup. Biarpun agama Cina, jika tulus lahir batin, sungguh akan diterima. Jadi kalau begitu, Guru yang mengajari kamu itu salah. Itu agama kafir. Agamaku yang suci, yaitu agama rasa”.

Adapun kemiripan pemikiran Gus Dur dan Cak Nur dengan Siti Jenar dalam menggulirkan gagasan pluralisme agama, dukungan terhadap Islam Sinkretis, dan penyatuan agama-agama sangat terlihat sekali ketika kita mencermati pernyataan Siti Jenar yang dikutip Achmad Chadji dalam bukunya “Syaikh Siti Jenar” bahwa Siti Jenar menerima isi dan tujuan syari’at Islam. tapi dia menolak bentuk syari’at yang berasal dari tanah Arab, mengapa? Karena bentuk syari’at ibarat warna dan bentuk baju. Warna nya tergantung kondisi geografi dan iklim dari tempat tumbuhnya budaya adan agama.

Baik Gus Dur dan Cak Nur harus menanggung dosa pluralisme agama dan budaya serta seluruh dampak pendistorsian terhadap nilai agama dan penodaan terhadap kemurnia syari’at di Indonesia. Begitu juga generasi bangsa dan insan kampus serta kader umat yang teracuni kesesatan dan syubhat pluralisme juga menjadi tanggung jawab Cak Nur dan Gus Dur, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa memberi contoh yang baik maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengerjakannya dan barangsiapa memberi contoh yang buruk maka ia mendapatkan dosanya dan dosa orang yang mengerjakannya”.

SAID AGIL SIROJ, ADALAH PEJUANG HINDU BUDHA KRISTEN KONGHUCU

Luthfi Bashori

Judul di atas disimpulkan dari judul KEBHINNEKAAN DAN PLURALISME bab 13 buku TASAWAUF SEBAGAI KRITIK SOSIAL karangan Said Aqil Siroj, tebitan Mizan, September 2006.

Said mengatakan : Meski berasal dari bahasa Sansekerta yang dikatakan identik dengan ajaran Hindu/Budha, sebetulnya semboyan Bhinneka Tunggal Ika sangat relevan pula dengan ajaran-ajaran agama besar sesudahnya. Dalam agama Islam misalnya, secara tegas Allah berfirman (artinya) : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Al-Hujurat 13).

Said melanjutkan : Selanjutnya kemajmukan manusia tersebut dipungkasi pula dengan ayat yang sama, `Sesungguhnya orang yan paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang bertaqwa di antara kamu (paling taat dan patuh kepada-Nya)`. Esensi firman Tuhan tersebut berlaku bagi semua agama di dunia, terutama agama monoteis (Yahudi, Kristen, dan Islam). Kristen Protestan, Katolik, Islam, Hindu, Budha Konghucu, ataupun agama-agama lainnya, hakikatnya SAMA, yakni mengakui adanya Zat yang menciptakan dunia dan isinya. Zat inilah yang wajib disembah dan ditaati oleh semua orang tanpa pandang bulu sehingga kualitas ketaatan seorang manusia berada da atas ras, golongan, status sosial, warna kulit, serta perbedaan-perbedaan lahiriah lainnya. (halaman 279-280).

Cuplikan di atas memberikan pemahaman, bahwa menurut Said, seorang penganut Hindu yang menyembah Dewa Wisnu, asalkan taat kepada Dewa Wisnu sekalipun mengingkari ketuhanan Allah dan kerasulan Nabi Muammad SAW adalah sangat mulia di sisi Tuhan.

Demikian juga penganut agama Budha yang taat kepada Sidharta Gautama dan mengingkari ketuhanan Allah serta kerasulan Nabi Muhammad SAW, atau penganut Kristen Katolik/Protestan yang mengingkari kerasulan Nabi Muhammad SAW, apalagi menyakini adanya tiga tuhan (Trinitas): Tuhan Bapak, Tuhan Anak, Tuhan Roh Qudus (Bunda Maria), menurut Said, asalkan mereka taat memegangi ajaran agamanya masing-masing serta taat beribadah menyembah tuhannya masing-masing, maka menjadi mulia di sisi Allah sesuai dengan ayat Alquran di atas.

Pembelokan pemahaman ayat Alquran yang dilakukan oleh Said ini, umum diistilahkan oleh para ulama sebagai perilaku `Kalimatu haqqin uriida bihal baathil` = menggunakan kalimat yang haq (ayat Alquran) untuk kebatilan (memperjuangkan kemuliaan penganut Hindu, Budha, Kristen, Konghucu dan agama-agama non Islam lainnya).

Di sisi lain, memberi makna bahwa Said Aqil Siraj mengingkari ayat Innad diina `indallahil islaam (Sesungguhnya satu-satunya agama yang (aqidah dan syariatnya) BENAR di sisi Allah, hanyalah agama Islam).

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam