MATA MEMANDANG KA`BAH
Luthfi Bashori
Dalam riwayat Sy. Aisyah disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda: Annadhratu ilal kabati ibaadatun (memandang Ka`bah itu adalah ibadah). Betapa baiknya mata seseorang yang dipergunakan untuk memandang Ka`bah, karena sekalipun hanya memandang saja sudah ditulis sebagai ibadah yang pasti diberi pahala oleh Allah.
Nabi SAW bersabda : Setiap hari ada 120 rahmat turun ke Baitullah, Ka`bah, 60 rahmat di antaranya turun untuk orang-orang yang sedang thawaf mengitari Ka`bah, dan 40 rahmat turun untuk orang-orang yang sedang i`tikaf di sekitar Ka`bah, sedangkan 20 rahmat turun untuk orang yang memandang Ka`bah. (HR. Abu Dzar dan Al-arzaqi).
Sy. Said bin Musayyib seorang ulama di kalangan para tabi`in mengatakan: Barangsiapa yang memandang Ka`bah atas dasar keimanan dan keyaqinan, maka ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti tatkala dilahirkan oleh ibunya.
Betapa besar pahala orang yang dapat memandang Ka`bah dengan mata yang diberikan oleh Allah kepadanya. Ternyata jika mata ini dipergunakan untuk melihat syiar-syiar agama Allah seperti memandang Ka`bah, maka sama halnya dipergunakan untuk kebaikan.
Sebaliknya jika mata pemberian Allah ini dipergunakan untuk menonton kemaksiatan, maka sudah barang tentu pemilik mata itu telah melakukan keburukan dalam penilaian Allah, dan betapa nista pemiliknya jika demikian.
Konon Abuya Assayyid Muhammad Almaliki menerangkan tentang cuplikan sebuah syair yang berbunyi
warukyatuhum ibadah. Tema syair ini berkaitan dengan masalah keberadaan para ulama, yang arti ringkas dari cuplikan syair ini, bahwa memandang wajah para ulama shalihin itu adalah ibadah. Lantas Abuya Sayyid Muhammad Almaliki menerangkan: Maksud dari syair ini adalah, bahwa seseorang yang memandang wajah ulama atau orang shaleh itu
tajurru ilal ibadah (dapat mendorongnya untuk beribadah kepada Allah).
Maksudnya, apabila seseorang itu menggunakan matanya untuk memandang wajah para ulama atau orang-orang yang shaleh, atau memandang tempat-tempat ibadah, atau memandang majelis-majelis dzikir atau ilmu, atau memandang syiar-syiar agama Allah yang lainnya, maka dapat memotivasi dirinya untuk selalu ingat kepada Allah dan rajin beribadah.
Sebaliknya, jika mata itu dipergunakan untuk memandang ahli maksiat, sebut saja memandang wajah para selebritis yang banyak melanggar aturan syariat, atau para penyanyi yang tidak mengindahkan batas-batas hukum halal dan haram sebagai aturan agama, atau memandang ahli maksiat lainnya, maka mata yang dipergunakan untuk itu dapat menjerumuskan pemiliknya berbuat keburukan serta kemaksiatan kepada Allah.