TIBA DI RUMAH DENGAN CERIA
Luthfi Bashori
Sabtu pagi, 9 Peb 2013 penulis berangkat dari Plaihari, tepatnya dari rumah Zidan asli warga suku Banjar. Zidan adalah salah seorang pemuda yang aktif mengirim SMS kepada penulis sejak awwal tahun 2011, dan selalu menempatkan dirinya sebagai murid dari penulis.
Padahal Zidan sendiri adalah alumni Ponpes Darus Salam Martapura Kalimantan Selatan. Hanya saja suatu saat Zidan membeli majalah Alkisah, yang kebetulan edisi yang dia beli itu memuat profil penulis.
Sejak itu Zidan selalu berkomunikasi dengan penulis, dan kebetulan setengah tahun yang lalu penulis diundang ceramah di Banjarmasin hingga dapat menyempatkan diri singgah sejenak ke rumah Zidan dan kebetulan di rumahnya dipergunakan sebagai Rumah Makan.
Namun, kali ini penulis dipersilahkan bermalam mulai hari Kamis malam Jumat hingga Sabtu pagi. Keluarga Zidan memiliki rumah kosong yang lokasinya agak jauh dari Rumah Makan tempt usahanya.
Penulis yang dalam perjalanan ini ditemani santri senior Ribath, Hb. Zein Ba`abud dan santri baru asal Sampanahan Kalimantan Selatan, dipersilahkan bermalam di rumah kosong ini, hingga penulis benar-benar dapat menikmati waktu istirahat yang nyaman.
Pelayanan yang diberikan oleh keluarga Zidan terasa istimewa, bahkan hari Sabtu pagi, di saat penulis minta ijin akan pergi ke kota Martapura dan sekaligus berencana langsung cek-in ke Bandara Banjar Baru (Banjarmasin), ternyata Zidan dengan ayah, ibu, nenek dan keponakannya memaksa ikut mengantarkan penulis ke Martapura sekaligus ke Bandara.
Demikian ini menurut pengakuannya, mereka lakukan hanya alasan ingin dapat barakahnya ilmu, sekali lagi ini menurut mereka. Karena itu penulis `tidak berkutik` menolaknya dan mempersilahkan mereka ikut dalam perjalanan penulis.
Padahal penulis sengaja datang ke kota Martapura tidak untuk berdakwah, namun hanya sekedar ingin membelikan oleh-oleh bagi keluarga yang sudah lama menunggu di rumah.
Di Martapura yang terkenal sebagai daerah penghasil batu permata, penulis memang ingin sekali mencarikan oleh-oleh pesanan empat putri penulis yang sering minta dibelikan kalung, gelang, cincin dan anting sebagai hiasan bagi ke empat putri pelipur hati itu.
Putri terbesar saat ini masih kelas lima Madrasah Ibtidaiyah (SD), putri kedua kelas satu Madrasah Ibtidaiyah, putri ke tiga masuk play group, dan yang terkecil berusia tiga tahun. Mereka inilah yang secara bergantian rajin menelpun ke mana saja penulis pergi.
Perjalanan dari Plaihari ke Martapura sekittar 1,5 jam, dan penulis langsung minta diantarkan ke Taman, yaitu pasar pusat penjualan batu permata. Setelah mendapatkan perhiasan pesanan anak-anak, maka penulis pindah tempat untuk membelikan satu alat musik rebana `terbang` banjari sebagai oleh-oleh bagi para santri Ribath yang hobi-nya membaca shalawat dengan terbang banjari tersebut.
Usai belanja oleh-oleh, rombongan penulis berangkat menuju bandara, namun di tengah perjalanan penulis minta berhenti sejenak untuk bersilaturrahim ke tempat Hb. Alwi bin Salim Alkaaf yang rutenya kebetulan satu jalur menuju bandara. Hanya sekitar setengah jam penulis sempatkan mengobrol dengan Hb. Alwi bin Salim Alkaaf, kemudian rombongan pun melanjutkan perjalanan sekitar setengah jam untuk sampai ke Bandara. Kemudian Zidan dan seluruh keluarganya kembali pulang ke Plaihari.
Pesawat Lion Air berangkat sekitar pukul 17.45 waktu Banjarmasin, dan sampai di Bandara Juanda Surabaya tepat adzan Maghrib mengikuti waktu Surabaya. Sebelum keluar dari gedung Bandara Juanda, penulis dan dua santri Ribath yang menyertai, mencari kesempatan shalat Maghrib, setelah itu mengurus tas koper yang dilewatkan bagasi.
Karena perjalanan terhitung malam, maka penulis memilih naik travel yang banyak menawarkan jasa di bandara bagi calon para penumpang. Setelah mendapat travel dengan kesepakatan harga, maka rombongan berangkat menuju Malang.
Ternyata putri-putri penulis sudah siap menyambut di pintu gerbang rumah dengan penuh ceria pada jam 20.30. Kedatangan ini disambut dengan suara gegap gempita dari mulut-mulut kecil mereka : Horeee Abi datang, horeee Abi datang, horeee Abi datang... !
Penulis : Assalaamu `alaakum ... !
Putri-putri : Wa `alalikum salaam, Abi mana doong oleh-olehnya...!
Penulis : Cium pipinya Abi dulu, baru dibukakan oleh-olehnya, gimanaa ?
Putri-putri : Iyaa Abi, ayook kita cium pipinya Abi duluuu..., aku duluan..., aku duluan..., aku duluan...!
Penulis : Gini saja, semuanya duduk di pangkuan Abi, nanti bersama-sama cium pipinya Abi sambil menerima oleh-olehnya bersama-sama.