PERCAYA BARAKAH
Luthfi Bashori
Dalam pembukaan surat Al-isra terdapat firman Allah: Alladzii baarakna haulahu linuriyahu min aayaatina (yang Kami beri barakah di sekelilingnya, untuk Kami beritahukan tanda-tanda kebesaran Kami).
Adanya barakah itu sendiri ternyata dilegitimasi oleh Allah, maka siapa saja yang tidak percaya terhadap adanya barakah berarti tidak percaya kepada firman Allah. Bahkan secara jelas dalam ayat ini Allah memberi barakah pada tempat, yakni haulahu yang artinya di sekitarnya.
Jadi ada tempat-tempat yang diberi barakah oleh Allah dengan nash Alquran tanpa dapat dipungkiri. Maka dimana ada tempat kebaikan, tidak menutup kemungkinan Allah akan menurunkan barakah di tempat itu, jadi sudah layak umat Islam menjadikan alternatif tempat-tempat kebaikan itu untuk berdoa memohon turunnya barakah dari Allah.
Misalnya mencari barakah di dalam Masjidil Haram, di Multazam, di Hajar Aswad, di Masjid Nabawi, di Raudhah, di masjid-masjid lain, di tempat majelis dzikir, di kediaman para ulama, di makam para aulia dan syuhada, di tempat orang-orang shaleh, di pesantren-pesantren, dan lain sebagainya.
Umat Islam harus husnuddhan billah (berprasangka baik kepada Allah) bahwa doa yang dilantunkan oleh umat Islam di tempat-tempat yang baik itu maka Allah akan menurunkan barakah-Nya sehingga dapat menjadi kemaslahatan bagi umat Islam. Karena dengan percaya adanya barakah yang diturunkan oleh Allah berarti mempercayai tanda-tanda kebesaran Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Berkehendak.
Umat Islam di saat berdoa kepada Allah agar dikabulkan hajat-hajatnya, dan doanya itu dilantunkan di tempat-tempat yang berbarakah, lantas Allah mengabulkan doa itu, maka di situlah letak arti yang sesungguhnya firman Allah : ujiibu da`watad-daa`i idzaa-da`aani (Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa jika meminta kepada-Ku).
Tidak ada satu pun warga Aswaja yang aqidahnya selamat, lantas sengaja berdoa meminta kepada SELAIN ALLAH, dengan alasan tempat berdoanya itulah yang hakikatnya telah memberi berkah (barakah) dengan sendirinya bukan dari Allah, tapi setiap warga Aswaja yang berdoa di tempat-tempat baik yang kemungkinan besar Allah menurunkan barakah-Nya, lantaran tempat itu dipergunakan untuk kebaikan, seperti kebaikan beribadah dan berdzikir, maka pastilah keyakinan mereka itu hanya memohon KEPADA ALLAH SEMATA tidak kepada yang selain-NYA demi terkabul hajat-hajatnya.
Semacam inilah ajaran para ulama salaf dalam memahami ajaran Nabi SAW dan ayat-ayat Alquran tentang arti Barakah yang selama ini disampaikan kepada umat Islam dari masa ke masa hingga kelak selagi warga Aswaja masih eksis keberadaannya di muka bumi ini.
IMBAS POSITIF BARAKAH HAUL SYEIKH AHMAD DAHLAN, GURU JANTUNG
Di Kota Baru Kalimantan Selatan terdapat makam barakah tokoh Islam Syeikh Ahmad Dahlan yang terletak di desa Jantung. Tepat pada hari Rabu 6 Pebruari, siang kemarin, adalah waktu pelaksanaan haul Guru Jantung, Syeikh Ahmad Dahlan. Desa Jantung sendiri berada di tengah-tengah antara desa Sampanahan dan kota Batulicin.
Jadwal penulis pada hari Rabu kemarin mengharuskan berpindah tempat dari desa pedalaman Sampanahan menuju kota Batulicin Kalimantan Selatan dengan menempuh perjalanan sekitar 4 jam melewati jalur darat. Penulis diantar dan diiringi oleh beberapa kawan dari warga Sampanahan dengan naik mobil pribadi.
Seperti kebiasaan harian, dimana pun berada dan kemana pun tujuan, sebagai pengasuh pesantren, penulis selalu mengenakan busana muslim ala pesantren, yaitu bersarung dengan kombinasi baju dan kopyah putih, saat itu pula busana para pengiring dalam rombongan penulis itu ikut menyesuaikan.
Salah satu pengiring dalam rombongan penulis saat itu ada yang berpamit, nanti ia tidak ikut ke kota Batulicin, namun akan turun di desa Jantung karena ingin hadir acara Haul Guru Jantung, Syeikh Ahmad Dahlan yang ramai dikunjungi umat.
Sekitar lima kilo meter menjelang masuk desa Jantung, tiba-tiba ada pemeriksaan polisi terhadap kelengkapan surat-surat setiap kendaraan yang lewat. Antrian panjang pun tak dapat dihindari.
Namun di saat yang demikian, tiba-tiba mobil yang dikendarai penulis dipanggil khusus oleh salah satu polisi. Maka supir pun mengikuti perintah polisi itu sambil berguman: Ada apalagi ini, kok kita dipanggil khusus segala ?
Ternyata, setelah mobil menepi dan polisi mengetuk kaca pintu supir, kemudian polisi itu bertanya dengan sopan santun : Apa bapak-bapak akan Haulan? (maksudnya hadir Haul Guru Jantung). Rombongan penulis yang bermaksud hadir Haul itupun segara menjawab : Benar Pak...!
Maka polisi yang memeriksa itu segera mempersilahkan supir untuk melanjutkan perajalanan tanpa ada pemeriksaan sedikit pun. Hal ini tentunya menjadi berbeda dengan nasib mobil-mobil lainnya yang harus menunggu antrian panjang.
Secara spontan, penulis berkomentar di dalam mobil : Semacam inilah salah satu bentuk barakah yang diturunkan oleh Allah di tempat makam Guru Jantung, yang dihauli oleh ribuan umat Islam.
Dalam kegiatan Haul itu adalah pembacaan doa kepada Allah agar memberi rahmat dan ampunan kepada Guru Jantung, sekaligus memohon kepada Allah agar berkenan menurunkan barakah bagi para hadirin saat berada di tempat yang sangat mulia itu.