BACALAH DAN TULISLAH !
Fathoni, Lancenk - Madura
Sesungguhnya, menulis adalah anak kandung membaca. Dengan banyak membaca, banyak pula hal yang dapat kita tulis. Ibarat bercocok tanam, membaca adalah proses menanam, sedangkan menulis adalah buahnya. Ilmu itu bagaikan buruan, dan menulis sebagai talinya seperti yang disebutkan dalam syair bahasa Arab al ilmu kasshaidi, qayyid suyudaka bilhibali yang artinya: Ilmu bagaikan buruan, ikatlah buruanmu dengan tali. Maksudnya tulislah ilmu yang kamu dapat agar suatu saat kamu lupa bisa dibuka kembali.
Sungguh amat sangat terlalu, jika tidak ingat dengan perintah pertama yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya di gua Hira?
Iqra bismirabbikalladzi khalaq, Khalaqal insana min alaq, iqra warabbukal akram, alladi allama bilqolam, allamal insana malam ya`lam (Bacalah dengan [menyebut] nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam [pena/pulpen], Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya). (QS Al-Alaq ayat 15)
Begitu pentingnya perintah membaca hingga wahyu yang pertama turun adalah perintah membaca, karena membaca itu adalah gerbang dari segala pengetahuan, luas tidaknya pengetahuan seseorang dapat diukur dari seberapa giat dia membaca, baik dari buku-buku atau dari alam sekitar.
Kalimat iqra berasal dari bahasa arab dengan fiil madinya (asal katanya) Qara-a, yang berarti baca, sedangkan iqra fiil amri (kata perintah) yang artinya adalah bacalah, dalam kitab usul fiqih kalimat perintah yang berada dalam bahasa arab itu merupakan perintah/kewajiban yang harus dilakukan, Seperti kalimat aqimussholah wa atiuz zakah (dirikan solat dan berikan zakat) kalimat perintah yang harus dikerjakan setiap orang.
Keinginan manusia untuk menuliskan sesuatu yang ada dalam benaknya adalah fitrah. Sejak jaman dahulu kala, kegiatan baca tulis sudah berlangsung. Sekitar 4000 tahun sebelum Masehi.
Bangsa Sumeria yang tinggal di lembah Sungai Tigiris dan Eufrat merupakan bangsa yang pertama kali menciptakan tulisan, Bentuk tulisannya segi tiga seperti paku, Media yang dipake buat menulis bukan kertas (apalagi kertas print-out komputer) tapi lempengan tanah liat lunak lalu dijemur. Isi naskahnya pun macam-macam, ada perjanjian bisnis (ingat perintah Allah untuk menuliskan hutang piutang dalam QS al-Baqarah 282), ada kalender pertanian, ada resep obat sampai peraturan atau hukum.
Seiring perkembangan budaya, bangsa lain pun mengenal aktivitas tulis menulis ini. Karenanya ada tulisan paku dari Bangsa Assyria, goresan naskah Bangsa Hittite, tulisan Hieroglif dari Bangsa Mesir dan juga guratan serupa dari Bangsa Indian Aztec, Maya dan Inca di Amrik Selatan dan Tengah.
Dan jangan lupa, banyak prasasti (batu bertulis) yang ditemukan para arkeolog di negera kata Indonesia. Misalnya Prasasti Yupa dari Kerajaan Kutai, Kalimantan; Prasasti Purnawarman dari Kerajaan Taruma, Jawa Barat; Prasasti Dinoyo dari Jawa Timur, Prasasti Kedukan Bukit dari Kerajaan Sriwijaya dan masih banyak lagi. Dari kegiatan tulis menulis ini, sekarang kita semua menikmati hasilnya.
Ada buku tulis berbagai merek dan bentuk, ada disket, ada microfilm, ada e-mail, ada powerbook dan masih banyak lagi. Semua penemuan alat tulis ini memudahkan dan memanjakan kita semua, tidak kebayang kalo kita bikin catetan sekolah aw (atau, dari bhs. Arab) kuliah, kita semuwa ngegembol lempengan tanah liat atau batu, Bisa terseok-seok deh jalannya.
Sesungguhnya menulis adalah anak kandung membaca. Janganlah kita mengartikan membaca secara sempit, Sesungguhnya, ia memiliki arti luas. Di sini, membaca tidak hanya melibatkan organ tubuh yang disebut mata (plus kacamata bagi yang udah nggak sempurna), Tetapi terlibat juga organ telinga dan hati.
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah) (QS &:179), jadi, modal membaca nggak cuma mata.
Betapa banyak tanda-tanda kekuasaan Allah yang bisa kita tarik hikmahnya bila kita memanfaatkan mata, telinga dan hati, Misalnya, keteraturan gerak benda-benda langit menunjukkan, ketaatan pada hukum Allah akan membawa ketentraman sejak jaman mereka diciptakan sampai nanti tibanya masa kiamat.
Karena mereka patuh kepada Allah, nggak pernah terjadi tawuran antar benda langit? Disana nggak pernah terjadi saling rusak karena ingin memamerkan kekuatannya dan ingin menundukkan benda lain. Makanya, taatlah kepada aturan Allah.
Sesungguhnya, menulis adalah anak kandung membaca. Siapa pun tahu kalo menulis mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan berbicara. Yaitu:
1. Pesan yang disampaikan lebih akurat sesuai dengan keinginan si penulis.
2. Lingkup jangkauannya lebih luas apalagi jika diedarkan ke seluruh dunia.
3. Jangka waktu penyampaian pesan lebih lama sesuai dengan keberadaan si tulisan.
Banyak para ulama, Tokoh Masyarakat, Pahlawan dll, yang berjuang atau memberikan jasanya kepada manusia namun tak jarang dari mereka setelah mati sudah tidak dikenang lagi, atau tidak terkenal sepanjang masa, karena tidak ada kenangan yang mengingatkan mereka pada karyanya.
Namun jika kita lihat para ulama, tokoh masyarakat, pahlawan, dll yang memiliki karya sampai kapanpun mereka akan dikenang, sebagai contoh: Imam Bukhari dengan kitab Hadist Shahih Bukharinya, Ibnu Hajar dengan kitab Fathul Barinya, Imam Syafi`i dengan Kitab Fiqihnya, WR. Supratman dengan Syair Lagu Indonesia Rayanya, Khairil Anwar dengan puisi-puisinya dll, dengan hasil karya tulis mereka kita dapat mengenang mereka sampai sepanjang masa.
Menyadari manfaat menulis yang sedemikian besar, sejarah Islam dihiasi oleh aktivitas tulis menulis yang luar biasa. Karena itulah Khalifah Utsman ra menghimpun dan membuat standar mushaf al-Qur`an sehingga kaum muslimin di seluruh dunia hingga hari kiamat dapat membaca kitab sucinya dalam satu versi.
Karena itulah Imam Bukhari merintis penulisan kitab Shahihnya agar kaum muslimin dapat mengetahui hadits Rasulullah saw. Karena itulah Imam At-Tabari menyusun kitab Sirahnya agar kaum muslimin meneladani perilaku Nabi Muhammad saw.
Ada satu kegiatan menulis yang dilaknat oleh Allah. Apa itu? Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: \"Ini dari Allah\", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan. (QS 2: 79)
Banyak perbuatan menulis yang haram. Pasti semua tahu. segala yang mengundang kepada perbuatan keji dan mungkar itu haram ditulis. kalo begitu, buku itu amat penting bagi kehidupan kita.
Seluruh gerak gerik yang terjadi di alam semesta ini tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhil Mahfuzh). Baca QS 6 ayat 59.
Dan khusus buat manusia, dia selalu berhubungan dengan penulisan dan buku. Kelak di Yaumil Hisab (Hari Perhitungan) seluruh manusia - muslim aw kafir- akan mendapat buku. Gratis, akurat banget tapi dahsyat. Buku catatan ini akan menentukan tempat kita, surga or neraka. Biar manteb, simak kitab al-Qur`an, lengkapnya di QS 17:71; QS 39:69; QS 45:28-29; QS 50: 16-17; QS 54: 52; QS 69:25; QS 78: 29; QS 84: 7 & 10.
Sesungguhnya, menulis adalah \`anak kandung\` membaca. Jadi, banyaklah membaca bacaan yang diridhoi-Nya lalu menuliskannya biar tambah pinter dan tambah menyebar dakwahnya. Dan jangan lupa...ini senandung penting buat teman-teman semua.
Medio 19 April 09, Alumni Ribath Almurtadla