URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 7 users
Total Hari Ini: 412 users
Total Pengunjung: 6224559 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
Melestarikan Mencium Tangan Ulama 
Penulis: Abdul Adzim Irsad [14/3/2014]
 
Melestarikan Mencium Tangan Ulama

Abdul Adzim Irsad

Syekh Abdul Fattah Rowah seorang ulama besar Arab Saudi sekaligus mudarris (guru) di Masjidilharam melarang santri-santri mencium tangan beliau dengan inhina’ (membungkukkan kepala). Tetapi, beliau tidak melarang santrinya mencium tanganya tetapi dengan tidak menundukkan kepala. Beliau lebih suka santrinya mencium keningnya, sebagai bentuk penghormatan terhadap gurunya. Karena mencium kening di Arab Saudi bagian dari budaya seorang murid memulyakan gurunya.

Dalam tradisi Jawa, mencium tangan orang yang lebih sepuh usianya adalah bentuk penghormatan dan kemuliaan. Dan, ini dilakukan oleh sebagian besar umat Islam nusantara, baik oleh orang Muhammadiyah, NU, atau organisasi lainya. Mencium tangan seorang ulama, dalam syariat islam sangat dianjurkan, bahkan harus dilestarikan. Jadi, mencium tangan seorang ulama saat bersalaman adalah salaman Syar`i.

Tetapi realaitas dilapangan, tidak semua ulama mau dan berkenan dicium tangannya. KH Suyuti Dahlan misalnya, beliau selalu menolak ketika santrinya akan mencium tangannya. Seorang Kyai ketika ditanya kenapa tidak mau dicium tangannya, sang Kyai itu menjawab dengan singkat: " aku takut merasa takabbur ".

Kendati tidak mau dicium tangannya, ternyata Kyai tersebut tidak pernah melarang praktek mencium tangannya seorang ulama. Sebab, Kyai yang takut takabbur itu ketika menjadi santri ternyata juga mencium tangan guru-gurunya saat bersalaman, sebagai bentuk hormat. Kenapa tidak mencium keningnya? Sebab, tradisnya tidak sama dengan tradisi yang berkembang di Arab Saudi.

Bagi seorang anak, mencium tangan saat bersalaman dengan ayah dan ibundanya, serta guru-gurunya adalah wajib, sebagai bentuk penghormatan dan baktinya. Sedangkan bagi sesama remaja, pemuda, tidak diperbolehkan mencium tangan. Apalagi lawan jenis (laki-laki dan wanita) sangat dilarang mencium tangan, apalagi berpelukan, kecuali suami istri. Allah SWT melarang laki-laki dan wanita bersentuhan kulit. Salaman itu termasuk sentuhan kulit yang membahayakan.

Selanjutnya, orang yang tidak boleh dicium tanganya adalah orang kaya atau pejabat. Syekh Zaenuddin an-Nawawi sangat setuju dengan pendapat yang mengatakan, bahwa membungkukkan badan, mencium tangan atau kaki-kaki orang kaya, hukumnya makruh. Bahkan, bisa jadi haram hukumnya. Dalam sebuah keterangan dijelaskan: " barang siapa merendahkan diri dari orang kaya, maka akan hilang dua pertiga agamanya ”. Keterangan ini mengisyaratkan bahwa sungkan, takut, serta hormat kepada orang kaya dan pejabat tinggi itu tidak boleh.    Anehnya, justru banyak sekali orang-orang yang menghormati dan memuliakan orang-orang kaya dan pejabat. 

Adapaun orang-orang yang boleh, bahkan sunnah dicium tanganya adalah para ulama. Ulama itu artinya orang-orang yang berilmu dan beramal, serta memiliki khosyah (rasa takut) kepada Allah SWT. Secara tegas, Allah SWT mengatakan: " Ulama itu pewaris para Nabi ". Sementara dalam keterangan ayat lain, Allah SWT menjelaskan: " sesungguhnya orang-orang yang memiliki rasa takut kepada Allah SWT adalah para ulama " (QS Fathir (35:28).

Seorang tabiin suatu ketika melihat Anas Ibn Malik, shahabat Rosulullah SAW. Buru-buru Said mendekati dan mencium tangan Anas Ibn Malik ra. Kemudian Said mengatakan: " saya tahu, tangan beliau pernah bersentuhan dengan tangan Rosulullah SAW ". Beruntung sekali orang yang pernah mencium tangan seorang ulama yang memiliki khosyah kepada Allah SWT.

Jadi, mencium  tangan orang-orang shalih dan berilmu disunnahkan. Seorang shahabat Nabi yang bernama Abu Ubaidah ra suatu ketika mencium tangan shahabat Umar Ibn Al-Khattab ra. Begitu juga dengan sahabat Ka’ab ra yang pernah mencium tangan dan kaki Rasulullah SAW. Seorang shahabat Nabi SAW, sekaligus penulis ayat-ayat Al-Quran, yaitu Zaid bin Tsabits pernah mencium tangan Ibnu Abbas ra, karena Ibn Abbas termasuk ahlul bait (Kitab Bughyah, hlm 296).

Banyaknya keterangan hadits yang mengisahkan shahabat, tabi`in, ulama mencium tangan merupakan sebuah isyarat bahwa hukum mencium tangan seorang ulama adalah sunnah. Sebab, apa yang dilakukan shahabat merupakan ajaran yang harus dilestarikan.

Orang Arab Saudi semuanya mengenakan jubah panjang, tetapi tidak semua yang memakai jubah panjang itu ulama. Maling saja di Arab Saudi memakai jubah dan jenggotnya panjang. Seringkali, orang terkesima dengan jubah putih dan jenggotnya, sehingga ketika bertemu dan bersalaman berusaha menciumnya. Abad 16-20, hampir semua Imam dan ulama di Masjidilharam berdarah asing, termasuk keturunan nusantara.

Hampir semua ulama nusantara pernah mengajar dan menjadi Imam Masjidilharam ( Lihat: Warisan Intelektual Nusantara di Ranah Haram; Abdul Adzim Irsad (2013). Mereka juga mengajarkan bagaimana cara bersalaman dan mencium tangan guru-gurunya, karena itu bagian dari ajaran ulama Ahlussunah Waljama`ah.

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam