ADAB SOPAN SANTUN BERDOA
Luthfi Bashori
Doa adalah sentral ibadah, demikianlah menurut Nabi Muhammad SAW. Setiap orang yang beribadah kepada Allah pasti terikat dengan doa, entah itu terucapkan lewat lisan maupun yang tersirat dalam niat di hati. Yang jelas, setiap ibadah itu harus disertai doa, agar ibadahnya diterima oleh Allah.
Jika ada seseorang yang mengamalkan sebuah bentuk ibadah, namun tanpa disertai niat atau doa, maka amalannya itu tidak dinilai sebagai ibadah, sekalipun bentuk amalannya serupa dengan ibadah. Bahkan Allah tidak memberi pahala sedikitpun terhadap apa yang ia kerjakan itu.
Karena itu sangat penting bagi seseorang untuk mengetahui perbedaan amal ibadah dengan kegiatan yang tidak termasuk ibadah, agar tidak salah di dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari.
Seseorang yang makan nasi, jika berniat bahwa dengan makan nasinya itu dirinya berharap agar menjadi sehat, dan jika dirinya sehat maka akan dipergunakan untuk shalat atau ibadah fisik lainnya, maka amalan makan nasinya itu termasuk ibadah yang diberi pahala oleh Allah. Sebaliknya, jika dirinya hanya makan nasi tanpa disertai niat ibadah, sbagaimana umumnya yang dilakukan orang, maka ia hanya akan mendapatkan rasa kenyang tanpa ada tambahan pahala dari Allah.
Adapun orang yang ingin doanya diterima dan dikabulkan oleh Allah, maka hendakkah mengikuti tata karma atau adab sopan santun berdoa, di antaranya:
1. Jika seseorang yang hendak berdoa, hendaknya ia mencari-cari waktu yang mulia, seperti di hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jumat dan waktu Sahur di akhir malam, seperti yang disebutkan dalam Alquran yang artinya: Dan selalu memohonkan ampun di waktu pagi sebelum fajar. (QS Adz-Dzaariyaat: 18)
2. Jika seseorang ingin berdoa, hendaknya ia mencari keaadaan yang mulia, seperti ketika ia berada di medan perang di jalan Allah, ketika turunnya hujan, ketika iqamat untuk shalat fardhu, ketika selesai menunaikan shalat fardhu, waktu di antara adzan dan iqamat, dan ketika sedang bersujud. Intinya seorang yang ingin dikabulkan doanya, maka hendaknya ia mencari waktu yang baik dan keadaan yang baik, seperti di waktu hatinya sedang bersih, ikhlas dan hatinya tidak kotor.
3. Ketika sedang berdoa, hendaknya ia menghadap ke arah Qiblat, mengangkat kedua tangannya setinggi diperkirakan sampai warna putih kedua ketiaknya dapat terlihat. Kemudian ia mengusapkan kedua tangannya ke wajahnya setelah ia berdoa. Sayyidina Umar RA berkata: Biasanya jika Rasulullah SAW telah mengangkat kedua tangannya ketika berdoa, maka beliau SAW tidak akan mengakhiri doanya sampai setelah beliau SAW mengusapkan kedua tangannya ke wajahnya. Sayyidina Abdullah bin Abbas RA berkata: Biasanya jika Rasulullah SAW sedang berdoa, maka beliau SAW mengangkat kedua tangannya dan menjadikan telapak tangannya berada di wajah beliau SAW. Tata krama tersebut adalah cara yang terbaik bagi seseorang yang berdoa dan hendaklah ia tidak melihat ke atas langit.
4. Jika seseorang sedang berdoa sendirian, hendaknya ia berdoa perlahan-lahan dan tidak mengeraskan suaranya, seperti yang disebutkan oleh Sayyidatina Aisyah RA tentang firman Allah yang artinya: Katakanlah: Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman, dengan nama yang mana saja yang kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkan suaranya, dan carilah jalan tengah di antara kedua itu. (QS Al-Isra: 110). Allah memuji Nabi Zakaria as ketika beliau berdoa dengan suara yang pelan, seperti yang disebutkan dalam firman Allah yang artinya: Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. (QS Maryam: 9). Allah berfirman yang artinya: Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS Al-A`raf: 55). Namun, jika seseorang sedang memimpin masyarakat banyak untuk berdoa, maka hendaklah ia memperdengarkan suaranya sekira semua hadirin dapat mendengarkannya, hingga para hadirin bisa khusyuk saat mengamininya. Konon saat Nabi SAW melaksanakan haji wada beliau SAW memberi nasehat di depan banyak orang sekaligus berdoa, dan suara beliau SAW dapat didengarkan olah para hadirin, termasuk didengarkan oleh Shahabat Jabir bin Abdillah yang meriwayatkan hadits ini dalam kitab Shahih Muslim.
5. Jika seseorang sedang berdoa, hendaknya ia tidak berdoa secara bersajak.
6. Jika seseorang sedang berdoa, hendaknya ia menundukkan hatinya dengan khusyu penuh harap dan takut, seperti yang disebutkan dalam firman Allah yang artinya: Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS Al-A`raf: 55).
7. Jika seseorang sedang berdoa, hendaknya ia yakin doanya akan dikabulkan dan hendaknya ia berdoa dengan sungguh-sungguh, seperti yang disebutkan dalam sabda NAbi SAW yang artinya: Jangan ada seorangpun di antara kalian jika ia berdoa maka ia mengucapkan: Ya Allah, berilah aku ampunan-Mu jika Engkau mau dan berilah aku rahmat-Mu jika Engkau mau. Hendaknya seorang yang berdoa itu bersungguh-sungguh ketika berdoa. Karena Allah tidak bisa dipaksa oleh siapapun untuk mengabulkan doa seseorang. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Jika seseorang di antara kalian sedang berdoa, maka hendaknya ia berdoa dengan bersungguh-sungguh pengharapannya, karena Allah tidak dapat dipaksa oleh siapapun. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Berdoalah kalian kepada Allah dengan keyakinan bahwa doa kalian akan dikabulkan oleh Allah. Ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa siapapun yang hatinya lalai dan tidak peduli.
8. Jika seseorang sedang berdoa, hendaknya ia bersungguh-sungguh ketika berdoa dan mengulangi doanya sebanyak tiga kali dan hendaknya ia minta dipercepat pengabulannya.
9. Jika seseorang hendak berdoa, hendaknya ia mengawali doanya dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi SAW serta mengakhiri doanya dengan shalawat dan kalimat Alhamdulillah.
10. Adapun tata krama batin yang harus dilakukan oleh seseorang yang sedang berdoa, hendaknya ia selalu bertaubat, mengembalikan hak-hak orang lain yang telah dizaliminya dan hendaknya ia bersungguh-sungguh berharap penuh agar dikabulkan doanya, karena harapan yang besar menyebabkan terkabulnya doa.
(Disarikan dari kitab Abwabul Faraj, karangan Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki Alhasani).