|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 4 users |
Total Hari Ini: 208 users |
Total Pengunjung: 6224320 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL |
|
|
P. Diponegoro, Pahlawan ASWAJA |
Penulis:
SEJARAH [25/1/2014] |
|
P. DIPONEGORO PAHLAWAN ASWAJA dan SEJARAG BENTENG MERAH BELANDA (Benteng Van Der Wijck Gombong)
Pada masa kolonial Belanda, konon ada sebuah benteng sekilas mirip stadion sepak bola yg tepatnya di Kota Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, kira-kira 300 m dari jalan raya Kebumen – Yogyakarta.
Bentuk dan Luas Benteng Quote: Ciri paling khas Benteng Van Der Wijck adalah segi delapan/oktagonal dengan luas mencapai 7.168 meter persegi.
Tinggi benteng mencapai 10 meter yang terdiri dari dua lantai. Tebal dinding 1,4 meter (m) dan tebal lantai 1,1 m. Hampir seluruh bangunan bentuknya adalah tembok, termasuk atapnya yang berasal dari batu bata.
Di lantai satu dan dua terdapat masing-masing 16 ruangan besar dengan ukuran 18 x 6,5 m. Sementara ruang kecil di lantai satu terdapat berbagai macam ukuran sebanyak 27 ruangan, sementara di lantai dua terdapat 25 ruangan.
Pada lantai satu terdapat empat pintu gerbang, 72 jendela, 63 pintu antar ruangan maupun pintu keluar benteng, 8 anak tangga ke lantai dua serta dua anak tangga darurat.
Sedangkan di lantai dua, terdapat 84 jendela, 70 pintu penghubung dan empat anak tangga ke bagian atap.
Sejarah Benteng Quote: Benteng ini adalah benteng pertahanan Hindia-Belanda yang dibangun sekitar abad ke 18, Nama Van Der Wijck sendiri berasal dari nama komandan pada saat itu yang karirnya cukup cemerlang dalam membungkam perlawanan rakyat Aceh.
Pada awal didirikan, benteng ini diberi nama Fort Cochius (Benteng Cochius) dari nama salah seorang Jenderal Belanda Frans David Cochius (1787-1876) yang pernah ditugaskan di daerah Bagelen (salah satu wilayah karesidenan Kedu).
Van der Wijck merupakan perwira militer dengan karir cemerlang, karena konon mampu memenangkan berbagai peperangan di Indonesia.
Tidak ada catatan pasti dalam sejarah kapan dimulainya pembangunan benteng
tersebut, namun ada yang memperkirakan tahun 1827.
Benteng Van der Wicjk adalah barak militer yang awalnya digunakan untuk meredam kekuatan pasukan pimpinan Pahlawan Islam Aswaja, Pangeran Diponegoro.
Karena kehebatan beliau yang juga didukung pemimpin-pemimpin
lokal di selatan Jawa, Belanda menerapkan taktik benteng stelsel, yaitu pembangunan benteng di lokasi yang sudah dikuasainya.
Tujuannya jelas, untuk memperkuat pertahanan sekaligus mempersempit ruang gerak musuh, terutama di karesidenan Kedu Selatan.
Benteng ini didirikan atas prakarsa Jenderal Van den Bosch.
Pada saat terjadinya peperangan Pangeran Diponegoro sekitar 1825-1830, Benteng Van Der Wijck digunakan sebagai tempat pertahanan. Meski demikian, ada sejumlah ahli yang yakin kalau benteng itu bukan merupakan benteng pertahanan, melainkan sebagai benteng logistik dan Puppilen School
atau sekolah calon militer.
Secara pasti memang tidak ada sejarah yang mencatat secara persis untuk apa saja benteng itu difungsikan. Selepas penjajahan Belanda, Benteng Van Der Wijck pernah difungsikan untuk tempat melatih tentara Indonesia bentukan Jepang yakni PETA, sebagai pasukan tambahan menghadapi Sekutu.
Di zaman itulah, seluruh tulisan Belanda yang ada di benteng dicat hitam. Kemudian dimanfaatkan untuk tentara Indonesia.
Bahkan, semasa KNIL, penguasa Orde Baru, Soeharto, menjadi salah satu penghuni benteng itu.
|
|
Kembali Ke Index Berita |
|
|
|
|
|
|
|