URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 311 users
Total Pengunjung: 6224432 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
BUPATI AROGAN, WANI PIROO ... ?  
Penulis: Pejuang Islam [ 6/12/2012 ]
 
BUPATI AROGAN, WANI PIROO ... ?



Luthfi Bashori





Ya fulaan bin fulaan, uzawwijuka `alaa maa amarallahu bihii min imsaakin bi ma`ruuf au tasriihin bi ihsaan (Wahai Polan bin Polan, aku kawinkan engkau sesuai dengan perintah Allah untuk menikah dengan cara yang bagus atau melepaskan/bercerai dengan secara baik).



Itulah sekelumit perkataan nasehat wali nikah sesaat sebelum dilaksanakan aqad ijab qabul demi sahnya sebuah pernikahan dalam Islam. Entah itu dalam pernikahan resmi yang tercatat di KUA atau pernikahan sirri tanpa adanya surat nikah, maka nasehat itulah yang selalu disampaikan oleh para wali nikah.


Jika ada orang yang menikah, namun tidak melakukan pernikahannya dengan secara baik-baik, demikian juga di saat berhajat mengakhiri pernikahannya itu tidak melakukannya secara baik-baik, maka orang ini hakikatnya sangat jauh dari tuntunan agama Islam, sekalipun kesehariannya berpenampilan seperti seorang muslim.


Bupati oh Bupati..., sekalipun tiap kali tampil di media selalu menggunakan songkok yang terkesan `alim taat beragama`, ternyata termasuk orang yang tidak dapat mengikuti tuntunan syariat Islam dengan baik dan benar, ini terbukti dalam melaksanakan syariat pernikahan yang super singkat itu.



Malu, demikianlah yang dirasakan masyarakat Garut saat ini, termasuk juga telah mencoreng wajah umat Islam secara umum, karena saat masyarakat Garut memilih dan mengangkat Bupati kala itu, ternyata sudah terlanjur membeli kucing dalam karung.



Repotnya, kok yaa dapat kucing garong lagi, hingga terjadilah peristiwa memalukan karena arogansi kekuasaan seorang Bupati yang telah `menindas dan menindih` rakyatnya sendiri.

Pagar makan tanaman pun tak terelakkan telah terjadi.

Atau bahkan bukan sekedar makan tanaman, tapi pagarnya sudah dalam taraf memakan tanaman beserta akar, pot, gembor, selang air dan krannya. Karena itu kegaduhannya sampai terdengar se antero Nusantara, dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau pun gempar dibuatnya.



Gadis berusia 17 tahun yang belum genap usia 18 tahun telah menjadi korban arogansi Bupati. Gadis yang pantas menjadi anaknya itu bukannya mendapat perlindungan dari seorang pemimpin yang adil dan beradab, namun menjadi korban nafsu syahwat sang Bupati Arogan.



Umumnya jika para `penjahat kelamin` itu adalah berasal dari kalangan yang kurang terhormat, namun kali ini seorang Bupati telah mengorbankan amanat jabatan dari masyarakat, hanya untuk pernikahan singkat yang empat hari, itu pun dengan perceraian yang tidak mengikuti syariat au tasriihin bi ihsaan (atau melepaskan/bercerai dengan secara baik).


Bupati yang menurut pengakuannya sebagaimana dimuat di berbagai media, bahwa saat melaksanakan pernikahan singkatnya itu rupanya menggunakan jurus: WANI PIROO ... ?

Setelah tahu rasa nikmatnya pernikahan WANI PIROO ... ?

Maka jurus cerai sistem modern pun diterapkan pula, jadilah SMS PERCERAIAN sebagai pilihan utama dalam mengakhiri pernikahan WANI PIROO ?



Peristiwa ini, adalah cermin ketidakbaikan keislaman sang Bupati yang wajib diingkari oleh setiap pribadi muslim di mana saja berada dan apapun statusnya, agar tidak menjadi preseden buruk bagi anak cucu di masa mendatang.
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: Muthoin Tsamma Amiin  - Kota: Nanga Pinoh, kal bar
Tanggal: 6/12/2012
 
Asswrwb Ammy, semoga antum selalu dalam lindungan Allah Jalla wa Ala.... Aamiin...
Afwan,
Sebelumnya ana sebenarnya malas menanggapi berita tentang bupati ini. Satu hal karena ana takut kena pasal Ghibah...
Trus ana juga pernah denger ceramah yg isinya: Allah akan menutup aib seseorang apabila orang itu menutup aib saudaranya....
Subhanallah.... itulah ana yang bodoh dalam berislam.....
Setelah ana baca tulisan antum, sepertinya ana perlu diberi "ilmu" tentang apa itu Ghibah dan apa itu "menutup aib saudara"..... syukran....
Wasswrwb.... 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Menurut Imam Ghazali, jika seorang pemimpin berbuat maksiat di depan publik, dan ada kemungkinan perbuatannya itu akan ditiru oleh orang lain, maka bolehlah kita ber-nahi munkar dengan mengungkap perbuatan bejat-nya itu di depan publik dengan niat agar tidak dicontoh oleh masyarakat. Karena disebutkan : Annaasu `alaa diini muluukihim (masyarakat itu mengikuti agama/kebiasaan/perilaku pemimpinnya)

2.
Pengirim: Abul bashar  - Kota: Palangka raya
Tanggal: 9/12/2012
 
Terdengar rumor, bupati merupakan pengikut aliran kawin kontrak(mut'ah). Benarkah demikian? 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami belum tahu. Yang jelas kawin mut`ah (kontrak) itu, tidak butuh wali, tidak butuh saksi, cukup suka sama suka, lantas si wanita cukup mengaqadkan dirinya sendiri dengan lelaki yang akan memut`ahnya, kemudian bayar mahar dengan batasan waktu tertentu, misalnya bayar maharnya Rp 100.000,- untuk waktu 4 jam. maka setelah empat jam berlalu, dianggaplah selesai masa kontraknya, alias CERAI secara otomatis.

Jadi sama dengan seseorang yang 'bertransaksi' di palacuran. Itulah tradisi Syiah Iran.

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam