PIKIRAN BUNTU, HARUS DILAWAN
Nurul Huda, MuYas
Tidak semua orang bisa mengarang sebuah artikel, namun jika ada kemauan dan selalu berusaha untuk bisa mengarang, pasti akan ada jalan keluar.
Salah satu dari sekian banyak orang yang pada mulanya tidak dapat menulis artikel itu adalah saya sendiri, akan tetapi saya terus berusaha untuk bisa, meski seringkali gagal.
Tatkala sedang menulis, tepatnya pada pertengahan tulisan, rasanya otak saya tiba-tiba menjadi buntu untuk berfikir, mungkin karena terbiasa malas berfikir, hingga pada akhirnya datang rasa putus asa untuk meneruskannya. Kejadian seperti ini seringkali saya dapati setiap kali menulis sebuah artikel.
Sejatinya, sejak dari kecil saya tidak mengenal dunia karang mengarang. Akan tetapi tatkala saya masuk di Pesantren Ribath Al Murtadla Al Islami, yang diasuh oleh seorang pengarang kondang, KH. Luthfi Bashori, dan secara otomatis menjadi guru pribadi saya, maka saat itu pula pribadi saya termotifasi untuk dapat meneladani sang penulis handal yang buku-bukunya telah banyak diterbitkan, seperti buku Musuh Besar Umat Islam, dan Diaolg Sunni-Wahhabi, serta banyak lagi karya beliau lainnya.
Hampir setiap hari dalam pikiran saya bergelayut angan-angan, bagaimana caranya agar sebagai murid yang selalu dimotifasi untuk belajar menelorkan karya tulis, saya dapat memenuhi harapan beliau. Sekali pun pada awalnya saya kurang tertarik menggelutinya, namun rasanya kurang adil jika saya tidak berusaha mencobanya dan mencobanya.
Akhirnya, saya merasa harus berani melawan pikiran buntu yang sering menghantui otak saya akibat malas berpikir. Kebetulan sekali, setiap hari Sabtu pagi, beliau telah menjadwal bagi para santri untuk belajar ilmu jurnalistik, dan saya tahu jika sebagian kawan-kawan saya, ada yang memang senang belajar mengarang, namun ada pula yang menjadikan hari Sabtu pagi itu ibarat akan kedatangan siksa dari neraka yang amat pedih, karena merasa takut dan harus memaksakan diri untuk memenuhi jadwal yang telah ditentukan oleh KH. Luthfi Bashori, dan yang termasuk dari golongan ini adalah saya sendiri... yaa karena akan selalu menemui pikiran buntu lagi, buntu lagi...!.
Alhamdulillah, seringkali orang menjadi bisa karena terbiasa, berhubung saya selalu membiasakan diri untuk menulis artikel, maka Allah pun membuka jalan keluar bagi kebuntuhan pikiran.
Lebih dari itu, sekarang saya merasakan, ternyata lama-kelamaan muncullah kesenangan untuk berusaha menulis dan menulis, bahkan sudah ada beberapa judul artikel yang telah saya simpan di file Tabungan Arikel.
Di antara tulisan saya, masih ada yang belum selesai, karena kebuntuan otak saya perlu untuk terus diasah, sebut saja judul: Kekuasaan Allah; Setiap Orang Memiliki Kelebihan dan Kekurangan; Banyaknya Pengangguran; Ketika Cinta Tidak Bertasbih, dan yang karya terakhir adalah judul:
Pikiran Buntu, Harus Dilawan, yang baru saja terselesaikan, dan sekarang sudah dapat dinikmati oleh para pembaca.
Semula, judul yang saya pilih adalah
OTAKKU BUNTU, dan ketika dibaca oleh salah satu kawan, dia pun tertawa, yaa mungkin karena judul semula yang dirasa lucu.
Ada hal yang ingin saya sampaikan kepada para pembaca, barang kali saja dapat memotifasi agar ikut-ikutan menjadi pengarang, minimal untuk konsumsi pembaca Situs Pejuang Islam. Sebenarnya ketika saya mengarang sebuah artikel, sangat banyak sekali pengalaman dan ilmu yang saya peroleh, salah satunya adalah, ketika orang itu mau berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mendapatkan apa yang diinginkan, maka Allah akan membantunya mencapai tujuan dan berhasil meraihnya. Sebaliknya, jika ada orang yang ingin menjadi pengarang, namun tidak mau berusaha semaksimal mungkin, maka keinginannya itupun akan sia-sia.
Kenyataannya, jika otak ini sering diasah, akan menjadi otak yang cerdas, tajam dan serba bisa, ibarat pisau yang sering diasah maka akan semakin tajam. Sebaliknya otak buntu itu terjadi karena malas berpikir, ibarat pisau tumpul karena tidak pernah diasah.
Man jadda wajada, siapa orang yang mau berusaha dengan sungguh-sungguh, dia akan memetik buah keberhasilannya.