JANGAN DURHAKA KEPADA ORANG TUA
M. Shonhaji Rasyid
Di zaman yang sangat modern ini, banyak sekali anak-anak muda atau remaja yang sudah berani kepada orang tuanya sendiri. Seakan-akan mereka meletakkan kedudukan orang tuanya sebagai teman sepermainannya. Kita juga melihat anak yang sudah beranjak baligh membantah orang tuanya, jika diperintah untuk mengerjakan sesuatu.
Padahal Allah SWT sudah menjelaskan di dalam kitab suci Alquran, yang artinya: “Janganlah kalian berkata pada orang tuamu dengan kata ah.”. Ayat di atas sudah jelas bahwa orang yang mengatakan kata “ah” pada orang tuanya itu, oleh Allah SWT dianggap telah menyakiti hati orang tuanya. Lantas bagaimana dengan anak yang sampai tega memarahi bahkan mengajak berkelahi orang tuanya sendiri?
Naudzu billahi min dzalik.
Ketahuilah bahwasannya doa orang tua kepada anaknya sendiri itu sangat mustajabah. Oleh karena itu, jangan sampai kita membuat hati orang tua marah. Agar kita tidak celaka dunia dan akhirat.
Apakah kita masih ingat dengan kisah Syaikh Jured seorang wali minal auliya? Beliau adalah seorang yang mempunyai banyak keistimewaan yang diberikan oleh Allah swt. Hampir seluruh kegiatan beliau sehari-harinya hanya untuk Allah semata. Beliau khusuk dalam beribadah. Bahkan beliau membuat tempat khusus untuk beribadah kepada Allah berupa gubuk yang berada di atas pohon. Setiap waktu beliau selalu ada di gubuk tersebut .
Pada suatu hari Syaikh Jured sedang shalat sunnah di gubuk tersebut. Tiba-tiba ibunya memanggil: Jured.. Jured… !!”, sampai tiga kali. Tetapi beliau tidak menjawab panggilan ibunya, karena sedang shalat sunnah. Akhirnya ibunya marah dan berdoa kepada Allah SWT: “ Ya Allah matikanlah anakku dalam keadaan difitnah”.
Tak berselang lama, datang seorang wanita desa yang menggoda nafsu Syaikh Jured. Akan tetapi beliau tidak menuruti hawa nafsunya dan wanita pun diusir. Wanita tersebut marah akan perlakuan Syaikh Jured, hingga beranjak meninggalkan Syekh Jured dengan hati dongkol. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan seorang lelaki yang sedang bekerja di sawah. Kemudian sang wanita mengajak lelaki tersebut untuk berzina dengan tujuan untuk menfitnah Syaikh Jured.
Selang beberapa bulan, wanita tadi hamil dan mengadu kepada qadhi se tempat. Masyarakat pun gempar mendengar berita kehamilan wanita yang digosipkan akibat ulah Syekh Jured, hingga lahirnya si jabang bayi. Akhirnya masyarakat marah kepada Syaikh Jured dengan membakar gubuknya.
Setelah itu Syaikh Jured dibawa ke lapangan untuk dirajam. Sebelum Syaikh Jured dirajam, beliau berdoa kepada Allah SWT memohon petunjuk siapa yang melakukan fitnah semua ini. Maka Allah pun menjawab doa Syekh Jured dengan memberitahu bahwasannya yang melakukan ini semua adalah doa dari ibunda Syekh Jured sendiri.
Saat mengetahui kesalahannya, maka Syaikh Jured minta izin kepada qadhi agar diberi waktu untuk meminta maaf kepada ibundanya. Kemudian beliau berkata kepada qadhi: Wahai qadhi, demi Allah, aku tidak melakukan semua yang dituduhkan kepadaku, kalau anda tidak percaya maka anak bayi ini yang akan menjelaskan”.
Dengan karamah beliau, akhirnya anak bayi itu berbicara langsung:” Wahai qadhi, sesungguhnya yang melakukan perzinaan ini adalah lelaki yang setiap hari ada di sawah dan dia diminta oleh ibuku sendiri untuk menzinainya”.
Dengan demikian, qadhi pun memutuskan bebas terhadap Syaikh Jured, dan semua masyarakat diperintah untuk meminta maaf kepada syaikh juned. Sedangkan yang harus di rajam adalah lelakki yang bekerja di sawah itu, bukan Syaikh Jured.
Setelah pelaksanaan rajam, semua masyarakat datang minta maaf kepada Syaikh Jured seraya mengatakan: Wahai Syaikh, sebagai ganti atas gubuk yang telah kami bakar, maka akan kami ganti dengan sebagus-bagusnya…!
Kemudian Syaikh Jured menjawab: Jangan…! Karena sebentar lagi saya akan meninggal dunia…! Tak berselang lama ternyata apa yang beliau katakan itu menjadi kenyataan, dan beliau dipanggil oleh Allah SWT menuju rahmat Allah.
Hikayat seorang wali yang penuh hikmah ini sangat patut untuk kita ambil manfaatnya. Maka, janganlah sekali-kali kita membuat hati orang tua kita marah. Apabila suatu saat kita menyakiti hati orang tua, maka secepatlah minta maaf kepadanya.