Keutamaan Imam Husain RA
M. Hadi Al-Bukhori
Imam Husain, adalah salah satu cucu dari baginda Nabi Muhammad SAW. Beliau dilahirkan di Madinah pada hari Selasa, 5 Sya’ban tahun ke 4 H. Sesaat setelah kelahiran, ayah beliau membawanya ke rumah Nabi Muhammad SAW untuk di-tahnik (tahnik ialah mengunnya kurma, kemudian dimasukkan ke dalam mulut bayi dengan digosok ke langit-langit mulutnya). Kemudian Nabi SAW berdo’a dan memberi nama Husain, sebuah nama yang belum digunakan sebelumnya.
Di samping pemberian nama yang bagus itu, Imam Husain juga mendapat gelar As-sayyid, Az-zaki, Al-wafi, Al-mubarak. Akan tetapi, gelar terbesar beliau adalah sesuai sabda Nabi SAW: Innahumaa sayyida syabaabi ahll jannah. Artinya: Sungguh keduanya (Hasan dan Husain) adalah pimpinan para pemuda surga.
Keutamaan Imam Husain yang lain, sebagaimana hadist yang diriwayatkan olehi Ibnu Hibban: Man sarrahu an yandura ila rajulin min ahlil jannati falyandhur ila Husain bin Ali bin Abi Thalib (Barangsiapa ingin melihat seorang dari penduduk surga, maka lihatlah Husain bin Ali bin Abi Thalib). Imam Husain sejak kecil sudah diklaim menjadi penduduk surga. Barangsiapa yang ingin melihat orang ahli surga, maka lihatlah Imam Husain RA.
Imam Husain termasuk cucu kesayangan Nabi SAW. Pernah suatu saat Imam Husain memegang jenggot Nabi SAW dengan jari jemarinya, lalu Nabi SAW menciumnya dan berdo’a: “Ya Allah, aku mencintai Husain maka cintailah dia dan orang yang mencintainya.” Hadits ini menggambarkan betapa besar cinta Nabi SAW kepada Imam Husain, hingga mendo’akan agar Allah mencintai beliau dan mencintai orang-orang yang mencintai beliau.
Salah satu di antara kedermawanan dan akhlaq mulia Imam Husain, pernah suatu saat Sy. Anas bin Malik menceritakan: Suatu hari aku sedang berkunjung ke rumah Imam Husain, lantas datanglah seorang budak perempuan milik Imam Husain mengucapkan salam sambil menyerahkan wewangian.
Mendengar ucapan salam dari budaknya, tiba-tiba Imam Husain mengatakan” Sekarang juga engkau saya merdekakan…! Budak perempuan itu terheran-heran dan tercengang, begitu juga dengan Sy. Anas bin Malik. Maka berkata Anas bin Malik, “Ya Imam, mengapa tiba-tiba engakau memerdekakan budakmu? Apa alasan engkau memerdekakannya?
Beliau menjawab: Hai Anas, bukankah Allah telah mendidik kita akhlaq seperti itu dalam Alquran, Allah berfirman: “waidza huyyitum bitahiyyatin fahayyuw biahsanaminha aurudduha” (Apabila kamu diberi sesuatu penghormatan maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah dengan penghormatan yang sama). QS. Annisa’: 86). Saya berpendapat bahwa, tiada yang lebih baik untuk membalas salamnya kecuali dengan memerdekakannya dari perbudakan…!
Suatu saat diriwayatkan, bahwa Imam Husain berjalan di salah satu lorong di kota Madinah, beliau mendapati sekelompok orang miskin yang sedang memakan roti gandum. Tatkala melihat Imam Husain lewat, maka mereka menawarkan agar turut memakan roti itu bersama-sama. Kemudian, tanpa segan-segan Imam Husain duduk dan ikut makan bersama mereka. Banyak orang yang berlalu lalang di situ sangat heran melihat cucu Nabi Muhammad SAW bergaul sangat akrab dengan orang-orang miskin.
Seusai pesta sederhana itu, beliau berkata, ”Saya telah memenuhi permintaan kalian, maka sekarang giliran saya yang mengundang kalian ke rumah..! Kemudian Imam Husain menjamu mereka dengan jamuan-jamuan yang lezat. Lantas setelah makan, Imam Husain membagi-bagi hadiah berupa pakaian.
Keutamaan Imam Husain mengenai ibadah. Dalam kehidupan beliau yang relatif singkat itu, beliau telah menunaikan ibadah haji tidak kurang dari 25 kali. Untuk menambah keutamaan, beliau sering menempuh perjalanan haji dengan berjalan kaki. padahal jarak yang ditempuh sekitar 400 KM. Beliau menempuh perjalanan melewati padang pasir, berbagai bukit, belumlagi sengatan sinar matahari. Akan tetapi, semua itu beliau lakukan demi mencari keridhaan Allah SWT.
Masih banyak lagi keutamaan Imam Husain RA yang disebutkan dalam sejarah. Semoga kita bisa meniru dan mencontoh akhlaq, ketawadhuan, kedermawanan, dan ketaqwaannya. Semoga kita digolongkan sebagai orang yang mencintai beliau, karean siapa orang yang mencintai beliau, maka Allah akan mencitainya. Artinya, siapa orang yang membenci beliau, maka Allah akan membencinnya.