URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 61 users
Total Pengunjung: 6224162 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
FIGUR NABI ITU, LEMBUT ATAU KERAS ?  
Penulis: Pejuang Islam [ 5/10/2016 ]
 

                                      FIGUR NABI ITU, LEMBUT ATAU KERAS ?
 
                                                         Luthfi Bashori
 
Imam Bushiri dalam qasidah Burdahnya mengatakan, wakulluhum min rasulillah multamisun # gharfan minal bahri au rasyfan min dhiyami (semuanya mencuplik dari kehidupan pribadi Rasulullah, ibarat menimba segantang air dari luasnya lautan atau sepercik air dari derarnya hujan akhlaq dan kebaikan kepribadian Rasulullah SAW.


Kira-kira apa korelasi bait syair ini dengan judul di atas..?


Konon, ada seorang yang tua rentah namanya Pak Polan. Di masa produktif, Pak Polan adalah seorang guru idola, beliau mempunyai empat orang murid yang telah berhasil dengan nilai yang sangat memuaskan.


Murid pertama adalah menjadi profesor ahli dalam bidang kedokteran, bahkan dia menjadi dokter favorit di daerah tempat prakteknya. Beberapa rumah sakit basar, seringkali memanfaatkan keahlian sang dokter. Masih banyak prestasi-prestasi yang diraih oleh sang dokter, yang membuat kagum bagi orang yang mengenalnya. Anehnya, setiap ditanya tentang riwayat keberhasilannya, maka sang dokter selalu menjawab, dulu aku tidak tahu apa-apa, tapi berkat banyaknya pelajaran yang aku terima dari Pak Polan maka aku dapat menjadi dokter seperti sekarang ini.


Murid kedua adalah seorang profesor di bidang pertanian. Telah banyak  kalangan masyarakat maupun pihak pemerintah yang memanfaatkan keahlian tenaga sang profesor sesuai bidang disiplin ilmunya. Berkat tangan trampil sang profesor, maka panen raya di wilayahnya selalu melampaui batas target. Anehnya setiap kali ditanya, sang profesor selalu mengatakan, semua ini adalah berkat Pak Polan, karena dulu saya adalah orang desa, lantas dididik oleh Pak Polan, tiap hari saya diajari ilmu pertanian, hingga sayapun menjadi seperti sekarang ini.


Murid ketiga, adalah ahli tata negara, dan menjadi birokrat paling handal di ibu kota. Dia adalah politikus ulung yang sulit dicari tangdingannya. Banyak sudah karya tulis yang berkaitan dengan undang-undang negara yang diadopsi oleh pihak pemerintah. Tatkala ditanya tentang factor keberhasilannya, ternyata jawabannya hampir sama dengan dua orang temannya. Semua ini berkat bimbingan langsung dari Pak Polan.


Tidak jauh berbeda, murid keempat juga menjadi saudagar kaya raya  dan dermawan yang sangat menguasai ilmu perekonomian nasional, bahkan dia menjadi rujukan semua orang, saat terjadi krisis global. Lagi-lagi tatkala ditanya tentang sebab keberhasilannya, dia mengatakan, kalau bukan karena Pak Polan, tidak mungkin saya menjadi ahli perekonomian seperti sekarang ini.


Maka, tanpa banyak bertanya tentang bagaimana pribadi Pak Polan, pasti semua mata akan tertuju kepadanya. Karena faktor Pak Polanl-ah yang dinilai telah berhasil mendidik empat orang muridnya, sehingga menjadi orang-orang yang berhasil dengan memuaskan, tentunya dalam bidangnya masing-masing.


Betapa komplitnya kemampuan yang ada pada diri Pak Polan, demikianlah kira-kira yang terpikirkan dalam benak setiap orang yang mengenal kehidupan mereka.


Ilustrasi di atas adalah sebagai gambaran mudah bagi umat Islam untuk mengenal pribadi Nabi SAW. Lihatlah sekelumit tentang biografi Khalifah pertama Sy. Abu Bakar Asshiddiq. Beliau adalah sosok figur yg bijaksana, penyabar, setia, dan ikhlas tanpa pamrih. Beliau mendermakan seluruh hidupnya untuk mengabdikan diri kepada Nabi SAW. Saat belum terdengar masyarakat Quraisy yang menyatakan diri masuk Islam, maka Sy. Abu Bakarlah orang yg pertama kali menyatakan keislamannya.


Ketika Nabi SAW diisrak dan mikrajkan oleh Allah, dan diingkari oleh kaum kafir quraisy, yang mana mereka mengatakan: Hai Abu Bakar, percayakah engkau dengan cerita bohong temanmu, Muhammad, katanya dia telah pergi ke baitul maqdis dan terus naik ke langit, dalam waktu tidak lebih dari semalam ? Maka Sy. Abu Bakar menjawab, Andaikata Beliau SAW mengatakan yang lebih fantastis dari itu, maka aku katakan, aamantu bi rasuulillah, aku beriman (percaya) dengan (apa yang disampaikan) Rasulullah. 


Tatkala Nabi hijrah ke kota Madinah, maka Sy. Abu Bakarlah yang diminta mendampinginya. Pertama kali yang dijuluki oleh Alquran sebagai shahabat bagi Nabi SAW, adalah Sy. Abu Bakar, idz yaqulu li shaahibihi la tahzan, tatkala Beliau SAW mengatakan kepada shahabatnya janganlah engkau khawatir. Bahkan ketegaran Sy. Abu Bakar sangat tampak pada saat terjadi peristiwa besar yang sangat mengguncangkan dunia bahkan arsy-nya Allah pun bergetar, yaitu di saat hari kemangkatan Nabi SAW.


Semua orang tidak ada yang percaya, sebagian mereka menangis histeris, sebagian lagi tidak dapat menerima berita itu, bahkan ada pula yang tidak bisa menahan amarah hingga mengatakan, siapa yang mengatakan Nabi Muhammad telah wafat maka akan menghadapi pedangku ini. Memang, saat mangkatnya Nabi SAW, terasa seakan-akan benda langit berjatuhan ke muka bumi, bahkan qiyamat terasa sudah tiba.


Namun di dalam kepanikan penduduk bumi yang sangat yang luar biasa, lagi-lagi Sy. Abu Bakar tampil dengan penuh wibawa dan elegan, beliau mendatangi kerumunan massa seraya mengatakan dengan penuh kesejukan, Man kaana ya`budu Muhammadan fa inna Muhammadan qad maat # Ma wan kaana ya`budullaha fa innahu hayyun la yamuut (Barangsiapa menyembah Muhammad, maka sungguh Muhammad telah wafat, dan barangsiapa menyembah Allah, maka sungguh Allah adalah Dzat yang hidup dan tidak akan mati selamanya. Berkat seruan Sy. Abu Bakar inilah,maka kaum muslimin saat itu menjadi tenang kembali dan dapat menerima qadha dan qadarnya Allah.


Kesejukan sosok Sy. Abu Bakar inilah yang mengantarkan kesepakatan umat Islam untuk mengangkat beliau secara aklamasi, menjabat sebagai Khalifah Rasulullah yang pertama kali di dalam Islam. Namun di saat Sy. Abu Bakar menjabat sebagai Khalifah pertama, beliau pun tidak segan-segan mengangkat senjata memimpin pasukan dalam memerangi nabi-nabi palsu yang bermunculan.


Akhlaq Sy. Abu Bakar yang sedemikian mulia ini, tiada lain berkat bimbingan dan meniru akhlaq mulia Nabi SAW, laqad kaana lakum fi rasulillahi uswatun hasanah (Sungguh bagi kalian terdapat qudwah hasanah (contoh yang baik) pada pribadi Rasulullah SAW).


Perlu juga mengintip sekilas figur seorang yang sangat ditakuti oleh lawan dan disegani oleh kawan, bahkan setan pun enggan untuk bertemu dengannya. Beliau adalah Sy. Umar bin Khatthab yang disabdakan oleh Nabi SAW, maa salaka Umar fajjan illa salakas syaithanu fajjan aakhar, tidaklah Umar melewati suatu jalan, kecuali setan akan lewat jalan yang lain.


Sy. Umar adalah figur yang keras dan tegas khususnya dalam menyikapi kemungkaran yang ada di sekeliling beliau. Sy. Umar adalah figur manusia pemberani dan tidak takut oleh makhluq apapun yang berseberangan dengan ajaran agama Islam.


Lihatlah, tatkala umat Islam diperintahkan untuk berhijrah ke kota Madinah, maka merekapun berangkat berhijrah secara sembunyi-sembunyi, karena khawatir diintimidasi oleh kaum kafir Quraisy. Namun sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Sy. Umar, beliau sebelum berangkat, justru datang ke tengah keramaian di sekitar Ka`bah, serya berteriak lantang, Barangsiapa yang ingin istrinya menjadi janda, dan anaknya menjadi yatim, maka kejarlah Umar, karena hari ini Umar akan berangkat hijrah ke Madinah. Demikianlah keberanian dan ketegasan beliau, sehingga tidak ada satupun tokoh kafir Quraisy yang berani mengintimidasi apalagi mengejar Sy. Umar.


Sejarah panjang telah menceritakan keberanian, kekokohan, ketokohan, ketegaran, dan segala macam kehebatan Sy. Umar. Bahkan telah dituliskan oleh para ulama tentang Muwaafaqaat Umar (kesepakatan Umar dengan Allah), artinya dalam banyak hal Sy. Umar mengusulkan suatu kemaslahatan bagi umat Islam kepada Nabi SAW, namum sebelum Nabi SAW menjawab, maka Allah mengutus malaikat Jibril untuk menurunkan ayat Alquran guna menyepakati usulan Sy. Umar.


Saat beliau menjabat sebagai Khalifah ke dua, maka banyak lawan bergetar hatinya jika berhadapan dengan Sy. Umar.  Bahkan banyak pula yang masuk Islam karena melihat kesederhanaan gaya hidup beliau, padahal nama dan sistem kepemimpinan beliau serta keberanian yang tak kenal takut dan ketegarannya saat memberantas kemungkara, telah menjadi pembicaraan harum seantero dunia.


Jika ditilik dengan seksama, kira-kira dari mana beliau mendapatkan segala predikat kebaikan yang sedemikian hebat itu ? Ternyata jawabannya adalah dari hasil pendidikan dan bimbingan secara langsung dari Nabi SAW.


Ada lagi yang perlu diperhatikan guna menambah kecermatan, yaitu sekelumit biografi Sy. Utsman bin Affan, seorang figur Khalifah ke tiga yang berhati lembut, namun penuh wibawa dan sangat dermawan. Tutur kata dan perangainya halus sehingga Nabipun pernah dibuatnya merasa segan kepada Sy. Utsman, sebagaimana diriwayatkan. Suatu saat Nabi SAW duduk santai di beranda rumah, dengan keadaan sarung Beliau SAW yang sedikit tersingkap di bagian betis.


Saat itu datanglah seseorang yang mengucapkan salam, dan dijawab oleh Nabi SAW seraya bertanya, Siapa yang datang ? Saya Abu Bakar ! jawab sang tamu. Ayo masuk ! timpal Nabi SAW tanpa bergerak dari tempat duduknya. Tak selang beberapa lama datang lagi tamu lain, dan mengucapkan salam, maka Nabi bertanya, Siapa yang datang ? dijawab, Saya Umar ! Ayo masuk ! seru Nabi SAW, juga tanpa bergerak dari tempat duduknya. Tak lama lagi, datang tamu yang ke tiga mengucapkan salam, dan ditanya oleh Nabi SAW siapa yang datang? dijawab, Saya Utsman ! Tiba-tiba Nabi SAW berdiri dan membenahi sarungnya yang semula tersingkap, lantas dijulurkannya sehingga menutupi betis Beliau SAW. Melihat kejadian ini, maka Sy. Abu Bakar dan Umar bertanya kepada Nabi SAW, mengapa beliau menjulurkan sarungnya hanya untuk Utsman tatkala masuk ? Nabi SAW menjawab, Bagaimana aku tidak malu (sungkan) kepada orang yang Allah dan para Malaikat saja malu (sungkan) kepadanya !


Luar biasa, luar biasa, sebuah kepribadian yang Allah dan Malaikat serta Nabi SAW sendiri menjadi malu (sungkan) kepadanya. Sekalipun banyak yang perlu dikutip dari  perjalanan hidup Sy. Utsman, namun riwaya di atas sudah cukup untuk dijadikan tolak ukur, bagaimana kualitas akhlaq Sy. Utsman, yang mana beliau telah banyak menimba ilmu secara langsung kepada Nabi SAW, tentang tata cara beribadah,maupun aturan hidup bermasyarakat, hablun minallah wa hablun minannaas yang sesuai dengan ajaran Islam.


Sy. Utsman adalah figur murid tauladan dari sekian banyak murid-murid Nabi SAW. Demikianlah cerminan hidup seseorang yang sangat getol menjadikan pribadi Nabi SAW sebagai qudwah dalam menjalani kehidupannya.


Tak kalah pentingnya menengok biografi Khalifah ke empat Sy. Ali bin Abi Thalib, suami dari putri tercinta Nabi SAW, yaitu Sayyidah Fathimah Azzahra. Sy. Ali bin Abi Thalib, adalah figur manusia yang fenomenal. Kecerdasan beliau tidak perlu diragukan. Cukup sebagai bukti kematangan ilmunya, adalah pengakuan Nabi SAW : Ana madiinatul ilmi wa Ali baabuha, ibarat aku (Nabi) ini kotanya Ilmu, maka Ali adalah pintu utamanya. Artinya tidak akan sempurna seseorang yang mencari tambahan kefahaman di kota ilmu jika tidak melewati pintunya, alias jika ingin tahu siapa jati diri Nabi SAW maka, jangan tinggalkan menengok sejarah hidup dan keilmuan Sy. Ali terlebih dahulu. Betapa tingginya keilmuan beliau jika demikian.


Belum lagi keberanian yang dimiliki Sy. Ali, sangatlah fenomenal. Suatu saat, beliau diajak bergabung dengan pasukan perang oleh Nabi SAW. Sesampai di medan perang, dan kedua pasukan sudah saling berhadapan, ternyata pada barisan musuh terdapat `raksasa perang` bernama Amer bin Wudd, yang mana pada kebiasaannya, jika Amer bin Wudd ini mengajak mubarazah, perang tanding, maka dia tidak akan mudah dikalahkan sekalipun oleh seratus penantangnya. Tiba-tiba Amer berteriak lantang kepada Nabi SAW, Hai Muhammad, ayo engkau kirim perwakilan dari pasukanmu untuk perang tanding melawan aku. Tidak kah engkau yang mengatakan jika umatmu terbunuh, maka sorga ada di depan matanya..?


Sebelum ada salah satu dari para shahabatpun yang menjawab, maka Sy. Ali mengatakan, Wahai Rasulallah, izinkan aku untuk maju melawan Amer bin Wudd..! Namun Nabi SAW mengatakan, ijlis anta ya Ali, innahu Amer, duduklah engkau hai Ali, sesungguhnya dia adalah Amer ! Demikianlah teriakan tantangan itu berulang hingga tiga kali, dan Sy. Ali terus minta izin untuk menghadapinya sampai tiga kali juga. Setelah kali yang ke tiga itulah Nabi SAW memberi izin, dan seketika itu Sy. Ali mengumandangkan takbir sambil meloncat bersama kuda perangnya. Maka berkecamuklah perang tanding antara Sy. Ali melawan Amer bin Wudd.


Di barisan umat Islam terus terdengar pasukan Islam mengumandangkan teriakan takbir untuk menyemangati Sy. Ali, karena dalam hati mereka tetap mengkhawatirkan keselamatan Sy. Ali. Bagaimana tidak, mereka menyaksikan perang tanding yang secara kasat mata tidak seimbang itu. Sy. Ali, saat itu adalah seorang pemuda yang masih belum banyak pengalaman dalam dunia mubarazah, perang tanding. Sedangkan sosok Amer bin Wudd, hampir semua orang telah mengenalnya, bahwa Amer adalah `Master dalam Perang Tanding`.


Nashrum minallahi wa fathun qariib, pertolongan dari Allah dan kemenangan pasti  datang. Barangkali inilah harapan satu-satunya bagi pasukan Islam, khususnya bagi Sy. Ali bin Abi Thalib. Subhaanallah, ya subhaanallah, apa yang diharapkan oleh pasukan Nabi SAW, ternyata dikabulkan oleh Allah.

Dengan langkah kelelahan sekalipun semangat tetap tinggi, maka Sy. Ali pun keluar dari tempat bergumulan yang dihiasi debu tebal beterbangan. Beliau justru meninggalkan medan pertempuran untuk bergabung kembali dengan pasukan Islam.

Sedangkan Amer bin Wudd mati tergeletak di tengah-tengah lapang. Peristiwa ini menjadikan ciutnya nyali orang-orang kafir. Dampaknya pada akhir peperangan, kaum musiminlah yang memenangkan peperangan tersebut.


Sekilah pandang dari peristiwa di atas, betapa hebatnya Sy. Ali bin Abi Thalib. Rasanya habislah sudah kata pujian, bahkan tidak ada kata-kata lagi yang dapat diucapkan oleh pengagum dan pengidola berat bagi Sy. Ali, selain puluhan kali terucap dari lisan : Maasyaa-allah, maasyaa-allah, maasyaa-allah .... !


Nah..., dari mana Sy. Ali mendapatkan tekad keberanian dan jiwa kepahlawanan seperti itu ? Jawabannya hanya satu, beliau adalah sepupu Nabi, anak angkat Nabi, menantu Nabi, yang sejak kecil selalu mendampingi kehidupan Nabi SAW.

Maka satu-satunya idola dalam hidup Sy. Ali adalah berqudwah kepada Nabi Muhammad SAW. Maka lengkap sudah menengok cuplikan kesempurnaan biografi dari empat figur murid-murid Nabi SAW yang paling berpengaruh di jagad raya ini, Sy. Abu Bakar, Sy. Umar, Sy. Utsman dan Sy. Ali bin Abu Thalib.
 
Kehebatan ke empat manusia super dan sifat-sifat kepribadian yang mereka miliki inilah yang layak dikatakan, Wakulluhum min rasulillahi multamisun # Gharfan minal bahri au rasyfa minad dhiyami, Figur ke empat orang ini, semuanya adalah mencuplik, mempelajari, dan meniru dari kehidupan Nabi SAW. Namun kesempurnaan kepribadian ke empat Khulafaur rasyidin ini, adalah hanyalah ibarat menimba dengan segantang air dari lautan atau sepercik air dari derasnya hujan kepribadian dan ketauladanan Nabi SAW, manusia yang sangat sempurnya, khalqan wa khuluqan, baik dalam penciptaan jasad maupun akhlaq Beliau SAW. 


Jadi, dengan mencermati semua apa yang disampaikan di atas, umat Islam dapat menilai dengan mudah, kira-kira figur Nabi SAW itu, keras apa lembut ? tegas atau lunak ? Jawabannya, setelah membaca segudang sejarah Nabi SAW yang telah ditulis oleh para Ulama, serta membaca biografi para shahabat, maka dapat disimpulkan bahwa Nabi SAW terkadang bersifat lemah lembut terhadap kawan maupun lawan, tapi di lain saat Beliau SAW sangat keras tanpa kompromi, jika menghadapi kemungkaran, atau pelecehan agama yang dilakukan oleh siapapun.


Nabi SAW pernah bersikap lembut terhadap seorang pemuda Yahudi yang menjadi tetangganya. Ringkas cerita, setiap Nabi SAW bertemu pemuda Yahudi itu, selalu saling menyapa. Pada suatu saat si pemuda Yahudi sakit keras, lantas Nabi SAW mendatangi rumahnya dan dibisikkan, Wahai pemuda, saksikanlah bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah. Maka setelah mendapat izin dari sang Ayah, pemuda Yahudi itu pun bersyahadat sesuai ajakan Nabi SAW.


Di lain waktu, Nabi SAW sangat keras dalam menghadapi kaum Yahudi, atas pengkhianatan kaum Yahudi Bani Qainuqa` terhadap Piagam Madinah, maka Nabi SAW tidak segan-segan pula mengusir mereka dari kota Madinah. Jadi dalam menghadapi kaum Yahudi, Nabi SAW menyesuaikan keadaan, jika perlu dihadapi dengan lemah lembut, beliaupun akan melakukannya demi melaksanakan dakwah amar ma`ruf. Namun, jika harus menghadapi dengan kekerasan bahkan pengusiran, maka Nabi SAW juga melakukannya demi dakwah nahi mungkar.


Namun selermbut apapun sikap Nabi terhadap kaum Yahudi, tetap saja beliau melarang umat Islam mengikuti dan menyamai adat istiadat kaum Yahudi. Suatu contoh yang paling kongkrit, Nabi SAW memerintahkan umat Islam untuk melaksanakan puasa sunnah hari Asyura (tanggal 10 Muharram), yang dulunya juga dilakukan oleh kaum Yahudi demi memperingati hari diselamatkannya Nabi Musa dari kejaran Firaun, namun Nabi SAW bersabda : Shuumuu yauma aasyura, wakhaaliful yahuuda, shuumuu yauman qablahu au yauman bakdahu, puasalah kalian pada hari Asyura, tetapi berbedalah kalian dengan tata cara kaum Yahudi, puasa pulalah kalian sebelumnya satu hari (tanggal 9 & 10 Muharram) atau sesudahnya satu hari (tanggal 10  11 Muharram).


Nabi SAW d samping rajin berdiskusi dengan para shahabat demi kemaslahatan bersama, namun Beliau SAW dengan doktrin kenabian, juga memimpin masyarakat muslim dan seluruh penghuni Madinah saat itu, untuk menghancurkan bejana-bejana, cawan-cawan, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan miras arak, tatkala turun ayat pengharaman terhadap miras arak secara mutlaq dan permanen.

Bahkan suasana saat itu, tampaklah pemandangan ibarat kota Madinah banjir basah miras arak, karena setiap warga yang menyimpan miras arak di rumahnya, akan melemparkannya ke jalan-jalan Raya sesuai perintah Nabi SAW. Jadi dakwah dengan penghancuran fisik sarana kemaksiatan juga telah dicontohkan oleh Nabi SAW. Dalam dunia dakwah Nahi mungkar ini, Nabi tidak pernah mendapat julukan pelaku anarkisme, kecuali dari pihak musuh-musuh Islam.


Di samping Nabi SAW sering menerima delegasi dari kaum kafir dengan lemah lembut penuh wibawa, untuk menampakkan bahwa Beliau sebagai pimpinan tertinggi umat Islam, dapat diajak kompromi politik dalam kaitannya dengan urusan kenegaraan, jika dinilai member kemashlahatan bagi umat Islam.

Namun Beliau SAW juga memimpin dan mengirim pasukan perang demi menghadapi orang-orang kafir, musuh-musuh Islam yang selama ini terus menerus mengintimidasi umat Islam. Nabi SAW tidak pernah mundur sejengkalpun dalam memberangus keberadaan musuh-musuh Allah, musuh-musuh Nabi dan musuh-musuh umat Islam.

Karena Nabi SAW telah diberi peringatan khusus oleh Allah, walan tardha ankal yahuudu walan nashaara hatta tattabia millatahum, selama-lamanya kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan tinggal diam, sehingga engkau (Muhammad dan umatmu) mengikuti millah mereka. Sedangkang arti millah adalah adat istiadat, perilaku, cara berpikir, keyakinan, dan agama.


Demikianlah sekelumit sejarah Nabi SAW, beliaua adalah seorang utusan yang disebut oleh Allah, Wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil `alamin, tidaklah Kami (Allah) mengutus engkau (Muhammad), kecuali menjadi rahmat bagi seluruh alam. Namun kerahmatan Nabi SAW yang demikian luas dan hebat itu pun dibatasi oleh Allah dalam menghadapi aqidah kekafiran, Lakum diinukum walia diin, bagimu agamamu dan bagiku agamaku.


Setiap umat Islam dapat mencontoh dan mengambil pelajaran dari pribadi dan metode pengajaran Nabi SAW tersebut di atas, dari bagian yang mana saja, sesuai dengan batas-batas yang telah digariskan oleh syariat Islam, tanpa harus menyalahkan pihak yang menerapkan satu metode, namun berbeda dengan metode yang dia pilih. Selagi masih sama-sama mengikuti tuntunan metode Nabi SAW yang ternyata sangat bervariatif.


Wa kulluhum min rasulillahi multamisun gharfan minal bahri au rasyfan mid dhiyami. Semuanya bermuara dan bersumber pada pendidikan dan pelajaran dari kepribadianj Nabi SAW, adakalanya cara pengambilannya hanya ibarat segantang air dari luasnya lautan akhlaq pribadi Nabi SAW, atau sepercik air dari derasnya hujan metode pendidikan yang telah diajarkan oleh Beliau SAW, dan yang telah diserap pula oleh para shahabat selain ke empat Khaifah tersebut di atas.


Pejuang Islam berharap agar setiap dari para ulama dan para da`i, untuk dapat memberikan info yang lengkap kepada umat Islam, tentang sifat dan sikap Nabi SAW secara mendetail, berimbang, dan proposional, sehingga umat Islam tidak salah dalam menilai, apakah Nabi SAW selalu bersikap lemah dan lembut atau keras dan tegas ?  Ringkasan jawaban : Tergantung situasi dan kondisi, dengan prinsip utama demi kemashlahatan Islam dan umat Islam serta tidak keluar dari syariat yang Beliau ajarkan.  

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: salafy  - Kota: Probolinggo
Tanggal: 14/4/2009
 
STUDI KRITIS!
Syair-syair Barzanji & Burdah
Berikut adalah beberapa kalimat kufur dan syirik yang terdapat dalam kitab Barzanji sekaligus komentar dari sebagian ulama.

Hambamu yang miskin mengharapkan
“Karuniamu (wahai Rasul) yang sangat banyak”
Padamu aku telah berbaik sangka
“Wahai pemberi kabar gembira dan Pemberi Peringatan”
Maka tolonglah Aku, selamatkan Aku
“Wahai Penyelamat dari Sa’iir (Neraka)”
Wahai penolongku dan tempat berlindungku
“Dalam perkara-perkara besar dan berat yang menimpaku”

Penjelasan :
Misi dan tujuan kedatangan Rasulullah yang utama adalah untuk membebaskan manusia dari penghambaan diri kepada selain Allah. Sementara penyair dalam petikan syair Barzanji di atas menyatakan penghambaan dirinya kepada Rasulullah (bukan kepada Allah) dan mengharapkan pemberian yang banyak dari beliau. Pada bait yang ke-2 dia telah berbaik sangka kepada Rasulullah (untuk menyelamatkan dirinya). Padahal Nabi sendiri menyuruh untuk berbaik sangka hanya kepada Allah bilamana akan menghadap Allah (akan mati) Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Sahabat Jabir bin Abdillah bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah bersabda (3 hari sebelum wafatnya) :

“Janganlah mati salah seorang dari kamu melainkan ia berbaik sangka kepada Allah ‘Azza wa Jalla”

berbaik sangka dalam hadits tersebut maksudnya adalah mengharap rahmat dan ampunan

Pada bait yang ke-3 penyair minta pertolongan kepada Rasulullah dan minta perlindungan dari beliau supaya diselamatkan dari api neraka, padahal Nabi sendiri melarang umatnya memohon untuk menghilangkan kesusahan dan kesulitan yang menimpa (beristigotsah) kecuali hanya kepada Allah. Bahkan beliau sendiri meminta perlindungan hanya kepada Allah dan memerintahkan ummatnya untuk berlindung serta memohon perlindungan hanya kepada Allah semata. Rasulullah bersabda : “

“Tidaklah boleh memohon untuk menghilangkan kesusahan dan kesulitan yang menimpa (beristigotsah) kepadaku (karena Nabi tidak mampu melakukannya), dan beristigotsah itu hanya boleh kepada Allah semata.” [HR. Thabrani, semua periwayatnya shahih kecuali Ibnu luhaiah, dia hasan].

Pada bait yang ke-4 penyair menjadikan Nabi sebagai penolong dan tempat berlindung dalam perkara-perkara besar dan berat yang menimpanya dengan melupakan Allah ‘Azza wa Jalla sebagai penolong dan tempat berlindung yang Nabi sendiri meminta pertolongan dan perlindungan hanya kepada-Nya.

Keempat bait syair ini di dalamnya terdapat kalimat-kalimat yang mengandung kesesatan dan kesyirikan yang sangat berat. Hal ini tidak diketahui oleh orang-orang yang berdiri mendendangkan syair-syair Barzanji tersebut. Berdirinya mereka (pembaca Barazanji) pada acara Maulid dan “Cukuran” (potong rambut bayi) dan acara ziarahan di rumah calon jamaah hajji. dikatakan oleh Ulama bahwa hal itu didasarkan kepada I’tiqad (keyakinan) sesat bahwasanya Nabi menghadiri majelis yang di dalamnya di baca kisah maulid tersebut. Setelah mendapat kritikan Ulama mereka pindah kepada I’tiqad (keyakinan) lain yang sama juga sesatnya yaitu anggapan bahwa Ruh Nabi hadir menyertai mereka. Sehingga terdengar dari mereka ungkapan “Jasadnya tidak menyertai kita akan tetapi rohaniatnya selalu bersama kita.”

Kemudian di dalam Qashidah Burdah yang dicetak bersama kitab Barzanji, ada bait-bait yang dikritik oleh Ulama karena mengandung pujian melampaui batas yang ditujukan kepada Rasulullah (Ithra) sehingga menempatkan Nabi pada posisi dan tingkatan Allah ‘Azza wa Jalla. Diantara bait yang dikritik itu adalah:

“Wahai makhluk yang mulia tiadalah bagiku tempat berlindung”
“selain engkau, di kala bencana besar menimpaku”
“Maka sesungguhnya termasuk sebagian dari pemberianmu (adalah) dunia dan akhirat”
“dan termasuk sebagian dari ilmumu adalah ilmu tentang apa yang tercatat
dalam Al-Lauh Al-Mahfudzh dan apa yang tertulis oleh Pena Allah”

Inilah sebagian dari syair Qashidah yang mengandung Pujian kepada Rasululah saw yang melampai batas.
Sumber: Al-Hujjah Risalah No: 50 / Thn IV / Rabiul Awal / 1423H
tanggapannya?..
 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Minggu ini di Pesantren PIQ sedang dilaksanakan ujian menghadapi penutupan akhir tahun pendidikan pesantren. Jadi konsentrasi kami harus terbagi-bagi, Namun kemusykilan yang dirasakan oleh Wahabi/Salafi Probolinggo ini, dalam memahami amalan umatnya Nabi Muhammad SAW, tetap akan kami online kan, untuk menuggu respon dari masyarakat pengamal Barzanji dan Burdah, agar dapat memberi petunjuk bagi teman kita yang sepertinya belum pernah diberi nama ini. Sebagai muqaddimah dari Pejuang Islam : Ketahuilah bahwa semua kalangan awam Umat Islam Ahlusunnah wal Jamaah, tidak ada seorang pun yang menyamakan kedudukan Nabi SAW sebagai makhluq, sekalipun diyakini derajatnya paling sempurna, dengan kedudukan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta, naudzubillahi min dzalik, sekalipun ketinggian derajat Beliau SAW diyakini sangat dan amat tinggi, itupun tetap dikatakan ‘sangat tinggi disisi Allah’. Jadi setinggi apapun derajat Beliau SAW, tetaplah Nabi Muhammad itu adalah mahkluq, bahkan beliau adalah manusia yang butuh makan, minum, tidur, menikah dan lain lain. Sedangkan umat Islam itu meyakini bahwa Tuhan itu sangat mustahil berwujud manusia. Seperti halnya Umat Islam meyakini bahwa Nabi Isa adalah manusia (bukan Tuhan). Hanya saja Nabi Muhammad SAW, memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah, dibanding seluruh makhluq yang lainnya, dan diberi keistimewaan serta diizini oleh Allah untuk dapat memberi Syafaat Udzma/Kubra bagi Umat Islam di Padang Mahsyar nanti. Hadist Shahih tentang Syafaat ini banyak dikutip oleh hampir semua kitab Hadist. Nah, dengan mengharapkan Syafaat hanya dari Nabi SAW adalah sangatlah tepat, daripada mengharapkan Syafaat dari orang lain, selain Beliau SAW. Karena makhluq-makhluq selain Nabi SAW, tidak ada yang diberi wewenang oleh Allah untuk dapat memberi Syafaat Udzma kepada umat manusia di padang Mahsyar nanti. Adapun Umat Islam juga tetap saja selalu memohon kepada Allah agar diselamatkan dari segala macam mara bahaya baik saat di dunia, di alam kubur, di Padang Mahsyar, hingga saat menapaki jembatan Shirath yang dapat menentukan seseorang itu,akan selamat masuk sorgakah atau jatuh terjerumus ke dalam neraka? Jadi semua fasilitas yang dipersiapkan oleh Allah untuk keselamatan umat Islam di akhirat nanti, pasti akan dimanfaatkan sebaik mungkin oleh umat Islam. Adakalanya harapan baik itu dapat diraih melewati pintu rahmat dan maghfirah Allah, (karena berharap diterimanya doa umat: Robbana aatina fid du-nya hasanah, wa fil aakhirati hasanah, waqina adzabannar), maupun melewati Syafaat Nabi SAW. Tentunya, Umat Islam yang cerdas akan memanfaatkan semua fasilitas ini, dan semua fasilitas itu pasti akan ditempuh oleh Umat yang tidak sombong kepada Allah dan kepada Nabi SAW, mereka itu orang yang merasa banyak kesalahan dan ke khilafan di hadapan Allah. Karena Nabi SAW sendiri mengajarkan bahwa setiap hari Beliau selalu membaca istighfar tidak kurang dari 70 kali, walaupunn Nabi adalah figur manusia yang sangat bersih dari salah dan dosa. Di samping itu, kita perlu melantunkan: ya akramal kholqi ma liman aludzu bihi siwaka indahululil haditsil amimi (Wahai -Nabi yang- sebai- baik mahkluq, kepada siapa lagi aku berlindung untuk mengharapkan (syafaat) selain kepadamu, (karena makhluq selain engkau, tidak ada yang diberi izin oleh Allah untuk dapat memberi syafaat kepada umat manusia), yaitu tatkala terjadi peristiwa besar (dalam rentetan peristiwa Qiamat nanti). Wahai Nabi, mohonkanlah kepada Allah, agar berkenan meringankan kesengsaraan kami berada di padang Mahsyar nanti. Wahai Nabi, berikanlah syafaatmu ini kepada kami, orang-orang yang meyakini ketinggian derajatmu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang selalu memujimu setinggi langit, namun tetap menempatkan maqom-mu sebagai manusia dan bukan sebagai maqom Tuhan. Kami adalah orang-orang yang merindukanmu, sehingga kami menjadikan even hari kelahiranmu sebagai sarana untuk membaca sejarah hidupmu, untuk lebih mengenalmu. Wahai Nabi, kegiatan Maulid untuk memperingati hari kelahiranmu inilah, segala kerinduan dan segenap kecintaan, kami cetuskan dalam lantunan shalawat, dan semuanya itu telah kami bingkai-i dengan hadist-hadistmu, sehingga kami tidak keluar dari batas syariat yang telah engkau tentukan. Wahai Nabi, terimalah kerinduan kami ini. Dahulu di kala engkau masih hidup di dunia ini, maka setiap orang dari kalangan para sahabat yang terus menerus datang kepadamu, karena sangat mencintaimu dan merindukan kedekatan denganmu, namun sayang, di sana ada sosok Abu lahab yang selalu berusaha menghalang-halangi kerinduan mereka kepada engkau, akankah hari ini telah lahir pula para penerus Abu Lahab dalam upaya menghalang-halangi kerinduan kami, para pecinta sejatimu...? Kami ingin mendekap ragamu yang penuh barakah, jika tidak memungkinkan, maka kami ingin mendekap makam-mu, atau minimal mendekap jeruji ruang pengaman bagi makam-mu, yang semua itu akan kami lakukan sekedar untuk mengungkapkan rasa rindu dan kedalaman cinta kami kepada engkau. Bukan untuk menuhankan dirimu Wahai Rasulullah, karena engkau bukan Tuhan, dan Tuhan kami hanyalah Allah, qul huwallahu ahad, katakanlah Tuhan itu Maha Esa. Semoga para penghalang kerinduan kami ini dapat menyadari kekeliruan mereka yang selalu su-uddhan kepada kami umat Islam. Amiiin.

2.
Pengirim: aswaja  - Kota: Probolinggo
Tanggal: 14/4/2009
 
gemana tanggapan Kiai dengan Agus Mustofa dengan karangannya "Ternyata Adam DIlahirkan"..? 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kaedah mengatakan : Man tafaqqah wa lam yatashawwaf faqad tafassaq, wa man tashawwaf wa lam yatafaqqah faqad tazandaq, wa man tafaqqah wa tashawwaf faqad tahaqqaq, barangsiapa yang hanya mendalami dan mengamalkan ilmu fiqih (halal-haram) saja, tanpa disertai ilmu tashawwuf/akhlaq, sungguh dia mendekati terjerumus kepada kefasikan (dosa besar). Barangsiapa yang hanya mendalami dan mengamalkan ilmu tashawwuf (akhlaq) tanpa disertai ilmu fiqih, sungguh dia mendekati kepada zindiq-kan/kekafiran. Barangsiapa yang mendalami dan mengamalkan ilmu fiqih dan disertai ilmu tashawwuf (akhlaq) maka dia telah mendapatkan ilmu haqiqah. Sedangkan Ilmu haqiqah adalah ilmu kefahaman penuh tentang agama Islam yang seharusnya diamalkan oleh umat Islam, dan ilmu ini diberikan oleh Allah kepada orang2 yang diberi hidayah. Barangsiapa yang mengamalkan ilmu agamanya maka Allah akan menambahi ilmunya yang semula tidak dia ketahui. Nah, judul-judul kontroversial yang selalu ditampilkan oleh Agus Musthafa, terutama yang berkaitan dengan ketauhidan, menandakan keberaniannya kepada Allah, dan kurang adab sopan santunnya. Jika sikapnya kepada Allah saja kotroversial semacam itu, apalagi kepada sesama manusia. Tidak ada satupun dari ulama salaf Ahlussunnah wal Jamaah yang mengajarkan penamaan buku seperti judul2 yang dipilih Agus Musthafa: Ternyata Akherat Tidak Kekal, Ternyata Adam Dilahirkan, dll. Padahal ribuan kitab telah lahir dari tangan-tangan para ulama salaf. Ilmu logika yang tanpa dasar syariat, bisa saja dikembangkan oleh siapa saja yang ingin menulis, baik untuk hal yang positif maupun negatif. Barangkali saja ada yang mau menulis buku TERNYATA AGUS MUSTHAFA BUKAN MANUSIA. Nah, di dalamnya bisa bermacam-macam isinya. Gimana ?

3.
Pengirim: aswaja  - Kota: Probolinggo
Tanggal: 14/4/2009
 
maaf, seharusnya saya menaruh pertanyaan saya pada kolom curhat pengunjung. terburu2.. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Untuk selanjutnya, yaa nggak usah tergesa-gesa agar tidak salah meletakkan tulisan. Toh, situs ini bisa tiap hari dikunjuungi. Afwan wa syukran.

4.
Pengirim: ridwan  - Kota: Probolinggo
Tanggal: 16/4/2009
 
Mungkin kaum wahabi (akhi Salafy) itu timbul karena kecupetan pikirannya yg tidak bisa membedakan antara kalimat majaz dengan kalimat hakiki. Analoginya, ada seremoni disuatu tempat, kemudian ada penyair yg mengatakan “Ada Singa di Podium”. Pastilah orang yg mengerti akan mengartikan bahwa perkataan penyair tsb adalah bermakna kias,yang bermakna ada seorang juara diatas pentas.

Lain lagi, jika ada seorang Satpam berkata: “Ada Singa di Podium”. Pastilah orang akan lari terbirit2, karena yg berbicara adalah seorang Satpam.

Nah, disini para kaum wahabi harus membedakan perkataan seorang Satpam dengan perkataan seorang Penyair yang dipenuhi irama majaz. Jangan pake cara bicara Satpam truz, ntar jadi Satpam lho, hehe. Wallahu a’lam..
 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami online kan untuk pengunjung. Syukran.

5.
Pengirim: ridwan  - Kota: Probolinggo
Tanggal: 16/4/2009
 
Sesungguhnya yg menjadi tolak ukur dasar didalam masalah tauhid dan syirik ialah keyakinan. Keyakinan disini bersifat mutlak. Tidak dikhususkan bagi orang yg hidup atau orang yg meninggal. Mungkin anda dapat menarik pelajara, Allah yg telah berfirman tentang sebab2, dimana Dia menisbatkan sebagian sesuatu kepadaNya, dan ada kalanya menisbatkannya kepada yg menjadi sebab2nya secara langsung. Berikut contohnya, semoga bisa lebih difahami:

Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi Rejeki yg mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh”. Ayat ini menekankan bahwa rejeki berada ditangan Allah. Namun, jika kita melihat kepada firman Allah lainnya berbunyi: “Berilah mereka rejeki (belanja) dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata2 yg baik”. Disini kita melihat rejeki dinisbatkan kepada manusia. Masih banyak ayat serupa lainnya semisal: QS. al-Waqi’ah: 63-64 dengan QS. al-Fath: 29; QS. az-Zumar: 44 dengan QS. an-Najm: 26; dlsb.

Seorang yg melihat ayat2 tsb secara sekilas, mungkin dia mengira disana terdapat pertentangan (kontradiksi). Pada kenyataannya, sesungguhnya ayat2 diatas menetapkan apa yg telah kita katakan. Yaitu bahwa Allah sajalah yg MERDEKA didalam melakukan SEGALA sesuatu. Adapun yg lain, hanya MAJAZ (kata kias) dimana SEGALA aspeknya berada diBAWAH naungan kekuasaan Allah.

akhi Salafy perlu menelitik Manaqib Imam Bushiri. Ya.. mungkin bisa lain waktu bisa ditampilkan sama admin pejuangislam.com
semoga.. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami online kan untuk pengunjung. Syukran.

6.
Pengirim: ridwan  - Kota: Probolinggo
Tanggal: 16/4/2009
 
Mari kita simak pujian sahabat Hassan bin Tsabit kepada Sayyidina Muhammad SAW:
Hassan bin Tsabit bin al-Mundzir bin Haram bin Amr bin Zaid Manah bin Adiy bin Amr bin Malik bin Najjar, al-Anshari al-Khazraji an-Najjari. Berliau merupakan salah seorang sahabat yg secara khusus diangkat oleh Sayyidina Muhammad SAW sebagai penyair beliau. Bahkan Sayyidina Muhammad SAW membuat mimbar khusus didalam masjid untuk Hassan. Dari atas mimbar itulah Hassan melantunkan bait2 syairnya memuji dan membela Sayyidina Muhammad SAW. Lihat: Usdul Ghabah, juz.II, hal.7.

Sebagai pengungkapan rasa cintanya, sahabat Hassan bin Tsabit melantunkan syair yg asalah satunya kami nukilkan, berikut:
“Duhai tiang stiap orang yg menginginkan sandaran
Pelindung siapa pun yg mengharapkan pertolongan
Benteng bagi yg mendambakan bantuan
Serta pembela setiap orang yg mencari perlindungan..”
[lihat: Usdul Ghabah, juz.I, hal.338]

Coba perhatikan, didalam bait syair diatas. Seorang sahabat yg tauhidnya murni dan tak mungkin menyimpang, tak mungkin menyekutukan Allah, menyebut Nabi sebagai sandaran, pelindung, benteng, dan pembela bagi setiap orang yg mengharapkan perlindungan, pembelaan, sandaran, dan pertolongan. Kita semua meyakini, bahwa Allah lah yg Maha Penolong, Maha Kuasa, dan Maha Perkasa, tetapi jangan lupa, Allah turunkan pertolonganNya tsb melalui orang pilihanNya.

Dari semua manusia, maka Sayyidina Muhammad SAW adalah sebaik2 penolong dan pembela. Oleh karena itu, jangan tergesa2 menuduh seseorang sebagai seorang musyrik hanya karena melantunkan bait2 syair seperti tsb diatas. Bagaimana tanggapan anda mengenai untaian bait2 syirik Hassan bin Tsabit yg jelas2 (menurut pandangan cupet Wahabi) kalimat diatas adalah kalimat yg mengandung keSYIRIKan?
Adakah anda menyirikkan Hassan bin Tsabit?
Seberapakah kedalaman & keluasan ilmu anda, ilmu ustad anda, ilmu Syekh anda jika dibandingkan dengan ilmu Hassan bin Tsabit? Jauh panggang dari api..

Adakah anda mengetahui Allah memberi Sayyidina Muhammad SAW dua namaNya? Adakah anda mengetahui bagaimana Allah berbicara dengan Sayyidina Muhammad SAW? Adakah anda mengetahui bahwa Allah bersumpah dengan umur Sayyidina Muhammad SAW? Adakah anda mengetahui Allah pun bershalawat kepada Sayyidina Muhammad SAW? Adakah anda mengetahui pujian Sayyidina Muhammad SAW kepada dirinya sendiri? Adakah anda mengetahui pujian Malaikat Jibril untuk Sayyidina Muhammad SAW? Dst..
Jika tidak tahu & pengen tau, silahkan tobat dulu dan belajar lagi dengan Kiai/Habaib.  
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami online kan untik pengunjung. Syukran.

7.
Pengirim: aswaja  - Kota: Probolinggo
Tanggal: 16/4/2009
 
ya, niat saya sih tidak tergesa tapi memang kondisi yg memaksakan. memang situs ini bisa tiap hari dikunjuungi, tapi saya nya yg tidak bisa secara rutin mengunjungi.. ma"f 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Baik, terima kasih. Semoga selalu setia mengunjungi kami. Jazakallah kher.

8.
Pengirim: ridwan  - Kota: Probolinggo
Tanggal: 16/4/2009
 
Saudaraku yg kumuliakan,
Sungguh ucapan mereka itu karena kedangkalan ilmu mereka terhadap ilmu bahasa, Nahwu dan Syariah, mereka hanya menukil nukil dan mengira ngira, lalu berfatwa menurut akalnya yg bodoh dalam syariah,

Rasul saw bukan orang yg suka dipuji karena takabbur, namun Rasul saw suka dipuji oleh orang orang yg benar benar mencintai beliau saw, karena pujian itu datang dari cinta, dan cinta kepada Rasul saw adalah kesempurnaan Iman, beda dengan cinta pada kita satu sama lain mungkin bisa jadi merupakan hal yg melupakan kita dari Allah swt.

Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra : “Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..” maka Rasul saw menjawab: “silahkan..,maka Allah akan membuat bibirmu terjaga”, maka Abbas ra memuji dg syair yg panjang, diantaranya : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417)

Berkata Aisyah ra : “Jangan kalian caci Hassan, sungguh ia itu selalu membanggakan Rasulullah saw” (Shahih Bukhari Bab Adab hadits no.5684).

Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yg lalu ditegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata: “aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yg lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi saw), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : “bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dg doa : wahai Allah bantulah ia dengan ruhulqudus?, maka Abu Hurairah ra berkata : “betul” (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485)

Mengenai Larangan Rasul saw atas pujian sebagaimana Isa bin Maryam, tentunya jauh berbeda, dan orang wahabi itu buta, mereka tak bisa membedakan antara air putih dan arak, tentunya arak diharamkan, namun air putih adalah sunnah, mereka tak bisa membedakannya karena bodohnya, maka mereka mengharamkan semua orang untuk minum air, karena ditakutkan air itu adalah arak, padahal semua orang sangat bisa membedakan antara air dan arak, dari baunya, warnanya, rasanya, namun wahabi karena bodohnya maka mereka tak bisa membedakan mana pujian yg sunnah, mana pujian yg musyrik.

Dan yg lebih bodoh lagi adalah yg mengikuti dan membenarkan ucapan mereka ini,
Kita lihat riwayat perbuatan pengagungan para sahabat terhadap Nabi saw dibawah ini, saya yakin jika ini anda perbuat maka si wahabi wahabi itu akan memfitnah anda musyrik, padahal ini perbuatan sahabat :

Para sahabat hampir berkelahi saat berdesakan berebutan air bekas wudhunya Rasulullah saw (Shahih Bukhari Hadits no.186),

Setelah Rasul saw wafat maka Asma binti Abubakar shiddiq ra menjadikan baju beliau saw sebagai pengobatan, bila ada yg sakit maka ia mencelupkan baju Rasul saw itu di air lalu air itu diminumkan pada yg sakit (shahih Muslim hadits no.2069).

seorang sahabat meminta Rasul saw shalat dirumahnya agar kemudian ia akan menjadikan bekas tempat shalat beliau saw itu mushollah dirumahnya, maka Rasul saw datang kerumah orang itu dan bertanya : “dimana tempat yg kau inginkan aku shalat?”. Demikian para sahabat bertabarruk dengan bekas tempat shalatnya Rasul saw hingga dijadikan musholla (Shahih Bukhari hadits no.1130)

Allah memuji Nabi saw dan Umar bin Khattab ra yg menjadikan Maqam Ibrahim as (bukan makamnya, tetapi tempat ibrahim as berdiri dan berdoa di depan ka’bah yg dinamakan Maqam Ibrahim as) sebagai tempat shalat (musholla), sebagaimana firman Nya : “Dan jadikanlah tempat berdoanya Ibrahim sebagai tempat shalat” (QS Al Imran 97), maka jelaslah bahwa Allah swt memuliakan tempat hamba hamba Nya berdoa, bahkan Rasul saw pun bertabarruk dengan tempat berdoanya Ibrahim as, dan Allah memuji perbuatan itu.

Diriwayatkan ketika Rasul saw baru saja mendapat hadiah selendang pakaian bagus dari seorang wanita tua, lalu datang pula orang lain yang segera memintanya selagi pakaian itu dipakai oleh Rasul saw, maka riuhlah para sahabat lainnya menegur si peminta, maka sahabat itu berkata : “aku memintanya karena mengharapkan keberkahannya ketika dipakai oleh Nabi saw dan kuinginkan untuk kafanku nanti” (Shahih Bukhari hadits no.5689), demikian cintanya para sahabat pada Nabinya saw, sampai kain kafanpun mereka ingin yang bekas sentuhan tubuh Nabi Muhammad saw.

Sayyidina Umar bin Khattab ra ketika ia telah dihadapan sakratulmaut, Yaitu sebuah serangan pedang yg merobek perutnya dengan luka yg sangat lebar, beliau tersungkur roboh dan mulai tersengal sengal beliau berkata kepada putranya (Abdullah bin Umar ra), "Pergilah pada ummulmukminin, katakan padanya aku berkirim salam hormat padanya, dan kalau diperbolehkan aku ingin dimakamkan disebelah Makam Rasul saw dan Abubakar ra", maka ketika Ummulmukminin telah mengizinkannya maka berkatalah Umar ra : "Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu” (dimakamkan disamping makam Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.1328). Dihadapan Umar bin Khattab ra Kuburan Nabi saw mempunyai arti yg sangat Agung, hingga kuburannya pun ingin disebelah kuburan Nabi saw, bahkan ia berkata : "Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu”

Demikian pula Abubakar shiddiq ra, yang saat Rasul saw wafat maka ia membuka kain penutup wajah Nabi saw lalu memeluknya dengan derai tangis seraya menciumi tubuh beliau saw dan berkata : “Demi ayahku, dan engkau dan ibuku wahai Rasulullah.., Tiada akan Allah jadikan dua kematian atasmu, maka kematian yang telah dituliskan Allah untukmu kini telah kau lewati”. (Shahih Bukhari hadits no.1184, 4187).

Salim bin Abdullah ra melakukan shalat sunnah di pinggir sebuah jalan, maka ketika ditanya ia berkata bahwa ayahku shalat sunnah ditempat ini, dan berkata ayahku bahwa Rasulullah saw shalat di tempat ini, dan dikatakan bahwa Ibn Umar ra pun melakukannya. (Shahih Bukhari hadits no.469).

Demikianlah keadaan para sahabat Rasul saw, bagi mereka tempat-tempat yang pernah disentuh oleh Tubuh Muhammad saw tetap mulia walau telah diinjak ribuan kaki, mereka mencari keberkahan dengan shalat pula ditempat itu, demikian pengagungan mereka terhadap sang Nabi saw.

Dalam riwayat lainnnya dikatakan kepada Abu Muslim, wahai Abu Muslim, kulihat engkau selalu memaksakan shalat ditempat itu?, maka Abu Muslim ra berkata : Kulihat Rasul saw shalat ditempat ini” (Shahih Bukhari hadits no.480).

Sebagaimana riwayat Sa’ib ra, : "aku diajak oleh bibiku kepada Rasul saw, seraya berkata : Wahai Rasulullah.., keponakanku sakit.., maka Rasul saw mengusap kepalaku dan mendoakan keberkahan padaku, lalu beliau berwudhu, lalu aku meminum air dari bekas wudhu beliau saw, lalu aku berdiri dibelakang beliau dan kulihat Tanda Kenabian beliau saw" (Shahih Muslim hadits no.2345).

Riwayat lain ketika dikatakan pada Ubaidah ra bahwa kami memiliki rambut Rasul saw, maka ia berkata: “Kalau aku memiliki sehelai rambut beliau saw, maka itu lebih berharga bagiku dari dunia dan segala isinya” (Shahih Bukhari hadits no.168). demikianlah mulianya sehelai rambut Nabi saw dimata sahabat, lebih agung dari dunia dan segala isinya.

Diriwayatkan oleh Abi Jahiifah dari ayahnya, bahwa para sahabat berebutan air bekas wudhu Rasul saw dan mengusap2kannya ke wajah dan kedua tangan mereka, dan mereka yang tak mendapatkannya maka mereka mengusap dari basahan tubuh sahabat lainnya yang sudah terkena bekas air wudhu Rasul saw lalu mengusapkan ke wajah dan tangan mereka” (Shahih Bukhari hadits no.369, demikian juga pada Shahih Bukhari hadits no.5521, dan pada Shahih Muslim hadits no.503 dengan riwayat yang banyak).

Diriwayatkan ketika Anas bin malik ra dalam detik detik sakratulmaut ia yg memang telah menyimpan sebuah botol berisi keringat Rasul saw dan beberapa helai rambut Rasul saw, maka ketika ia hampir wafat ia berwasiat agar botol itu disertakan bersamanya dalam kafan dan hanut nya (shahih Bukhari hadits no.5925)

Dan belasan riwayat lainnya dari riwayat shahih dan tsiqah bahwa para sahabat memuliakan Rasulullah saw, dengan syair, dengan perbuatan, pengorbanan, dan pengagungan.

Tampaknya kalau mereka ini hidup di zaman sekarang, tentulah para sahabat ini sudah dikatakan musyrik, tentu Abubakar sudah dikatakan musyrik karena menangisi dan memeluk tubuh Rasul saw dan berbicara pada jenazah beliau saw, demikian pula Umar ra yg saat wafat bukannya ingat syahadat malah ingat ingin dimakamkan disebelah kubur Nabi saw, demikian semua sahabat,
Inilah bodohnya wahabi,

dan seluruh Ulama dan Imam Seluruh madzhab tak satupun mengharamkan pujian pada Rasul saw, hanya wahabi saja yg menolak, memang mereka ini tak berhak berkumpul dengan para pecinta Rasul saw, karena mereka menganggap Rasul saw sama dengan manusia lainnya, padahal Allah swt telah berfirman : “Nabi (saw) mesti lebih diutamakan dari setiap mukmin dari diri mereka sendiri, dan istri istri beliau adalah ibunda kaum mukminin” (QS Al Ahzab 6).

Lalu bagaimana dengan riwayat berikut :
Berkata Anas ra : “Tak kutemukan sutra atau kain apapun yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah saw, dan tak kutemukan wewangian yang lebih wangi dari keringat dan tubuh Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.3368).

“Kami tak melihat suatu pemandangan yg lebih menakjubkan bagi kami selain Wajah Nabi saw”. (Shahih Bukhari hadits no.649 dan Muslim hadits no.419)

Dari Abu Hurairah ra : “Wahai Rasulullah.., bila kami memandang wajahmu maka terangkatlah hati kami dalam puncak kekhusyu’an, bila kami berpisah maka kami teringat keduniawan, dan mencium istri kami dan bercanda dengan anak anak kami” (Musnad Ahmad Juz 2 hal.304, hadits no.8030 dan Tafsir Ibn katsir Juz 1 hal.407 dan Juz 4 hal.50).

Diriwayatkan bahwa Abu Sa’id bin Ma’la ra sedang shalat dan ia mendengar panggilan Rasul saw memanggilnya, maka Abu Sa’id meneruskan shalatnya lalu mendatangi Rasul saw dan berkata : Aku tadi sedang shalat Wahai Rasulullah.., maka Rasul saw bersabda : “Apa yang menghalangimu dari mendatangi panggilanku?, bukankah Allah telah berfirman “WAHAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN DATANGILAH PANGGILAN ALLAH DAN RASUL NYA BILA IA MEMANGGIL KALIAN”.(Al Anfal 24). (Shahih Bukhari hadits no.4204, 4370, 4426, 4720).

Dan bahwa mendatangi panggilan Rasul saw ketika sedang shalat tak membatalkan shalat, dan mendatangi panggilan beliau lebih mesti didahulukan dari meneruskan shalat, karena panggilan beliau adalah Panggilan Allah swt, perintah beliau saw adalah perintah Allah swt, dan ucapan beliau saw adalah wahyu Allah swt...

ketika datangnya seorang buta pada Rasul saw, seraya mengadukan kebutaannya dan minta didoakan agar sembuh, maka Rasul saw menyarankannya agar bersabar, namun orang ini tetap meminta agar Rasul saw berdoa untuk kesembuhannya, maka Rasul saw memerintahkannya untuk berwudhu, lalu shalat dua rakaat, lalu Rasul saw mengajarkan doa ini padanya, ucapkanlah : “Wahai Allah, Aku meminta kepada Mu, dan Menghadap kepada Mu, Demi Nabi Mu Nabi Muhammad, Nabi Pembawa Kasih Sayang, Wahai Muhammad, Sungguh aku menghadap demi dirimu (Muhammad saw), kepada Tuhanku dalam hajatku ini, maka kau kabulkan hajatku, wahai Allah jadikanlah ia memberi syafaat hajatku untukku” (Shahih Ibn Khuzaimah hadits no.1219, Mustadrak ala shahihain hadits no.1180 dan ia berkata hadits ini shahih dg syarat shahihain Imam Bukhari dan Muslim).

Hadits diatas ini jelas jelas Rasul saw mengajarkan orang buta ini agar berdoa dengan doa tersebut, Rasul saw yg mengajarkan padanya, bukan orang buta itu yg membuat buat doa ini, tapi Rasul saw yg mengajarkannya agar berdoa dengan doa itu, sebagaimana juga Rasul saw mengajarkan ummatnya bershalawat padanya, bersalam padanya.
 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami online kan untuk pengunjung. Syukran.

9.
Pengirim: ridwan  - Kota: Probolinggo
Tanggal: 16/4/2009
 
simak lanjutannya yg mungkin bisa saling menyokong dengan argument pejuangislam.com

Mengenai ucapan :

يا أكرم الخلق ما لي من ألوذ به ***** سواك عند حلول الحادث العمم

Wahai insan yang paling mulia (Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam). Tiada seseorang yang dapat kujadikan perlindungan selain dirimu, ketika datang musibah yang besar.

Bait ini adalah berdasarkan :
“Dan beliau saw itu adalah manusia yg terindah wajahnya, dan terindah akhlaknya” (Shahih Bukhari hadits no.3356) .

“Dan beliau saw itu adalah manusia yg termulia dan manusia yg paling dermawan, dan manusia yang paling berani” saw (Shahih Bukhari hadits no.5686).

sebagaimana hadits beliau saw : “Sungguh matahari mendekat dihari kiamat hingga keringat sampai setengah telinga, dan sementara mereka dalam keadaan itu mereka ber istighatsah kepada Adam, lalu mereka beristighatsah kepada Musa, lalu mereka beristighatsah kepada Muhammad saw” (Shahih Bukhari hadits no.1405), juga banyak terdapat hadits serupa pada Shahih Muslim hadits no.194, shahih Bukhari hadits no.3162, 3182, 4435),

dan banyak lagi hadist2 shahih yg rasul saw menunjukkan ummat manusia memanggil manggil para nabi dan rasul untuk minta pertolongan, bahkan Riwayat shahih Bukhari dijelaskan bahwa mereka berkata pada Adam, Wahai Adam, sungguh engkau adalah ayah dari semua manusai.. dst.. dst...dan Adam as berkata : “Diriku..diriku.., pergilah pada selainku.., hingga akhirnya mereka ber Istighatsah memanggil manggil Muhammad saw, dan Nabi saw sendiri yg menceritakan ini, dan riwayatnya shahih,

mengenai mereka yg mengingkari ini dengan dalil Alqur’an, adalah karena kebodohan mereka terhadap Alqur’an, sebagaimana berkata Imam Ibn Katsir pada tafsirnya :

يقول تعالى: { يَوْمَئِذٍ لا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلا }
كقوله: { مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ } [البقرة: 255] ،
وقال: { وَلا يَشْفَعُونَ إِلا لِمَنِ ارْتَضَى } [الأنبياء: 28]
وقال: { وَلا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ } [سبأ: 23] ،
وقال: { يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلائِكَةُ صَفًّا لا يَتَكَلَّمُونَ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَقَالَ صَوَابًا } [النبأ: 38] .
وفي الصحيحين، من غير وجه، عن رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو سيد ولد آدم، وأكرم الخلائق على الله عز وجل أنه قال: "آتي تحت العرش، وأخر لله ساجدًا، ويَفْتَح عليّ بمحامد لا أحصيها الآن، فيدعني ما شاء الله أن يدعني، ثم يقول: يا محمد، ارفع رأسك، وقل يسمع واشفع تشفع" . قال: "فيحد لي حدًّا، فأدخلهم الجنة، ثم أعود"، فذكر أربع مرات، صلوات الله وسلامه عليه


Firman Allah Ta’ala : Hari dimana tak bermanfaat lagi pertolongan terkecuali yg telah diizinkan Allah Arrahman dan diridhoi ucapannya (QS Thahaa 109)
Juga seperti firman Nya : Siapakah yg bisa member pertolongan dihadapan Nya kecuali dengan izin Nya? (Al Baqarah 255)
Dan firman Nya : Tiadalah mereka mampu memberi pertolongan kecuali orang orang yg diridhoi (Al Anbiya 28)
Dan firman Nya : dan tiadalah bermanfaat pertolongan disisi Nya kecuali yg diizinkan baginya” (Saba 23)
Hari berdirinya Jibril dan para malaikat dalam barisan barisan, mereka tak berbicara terkecuali yg diizinkan Allah dan ia berkata dengan ucapan mulia (Annaba 38).
Dan pada Shahihain (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim) dari banyak riwayat, dari Rasul saw : “Dan beliau lah pemimpin seluruh anak Adam, dan semulia mulia makhluk Allah Azza wa Jalla, dan beliau berkata : Aku datang kebawah Arsy, maka aku menyungkur diri bersujud pada Allah, maka diajarkan padaku puji pujian yg tak jelas padaku skrng, maka Dias wt membiarkanku dalam waktu yg dikehendaki Nya, lalu Dia swt berkata : “Wahai Muhammad, bangunlah dari sujudmu, ucapkanlah keinginanmu niscaya akan kudengar (kukabulkan), dan berilah syafaat agar mereka member syafaat”, lalu Allah swt membatasiku dan aku memasukkan mereka ke surga, lalu aku kembali pada Nya swt, maka demikian hingga empat kali, semoga shalawat Allah dan salam Nya, atas beliau”.
Selesai Ucapan Imam Ibn Katsir. (Tafsir Imam Ibn Katsir Juz 5 hal 317, Thaha 109)

Maka jelaslah sudah bahwa Allah swt memang pemilik segala pertolongan, namun Allah swt memberikan izin pada hamba hamba Nya yg dicintai Nya dan dimuliakan Nya, dan pimpinan semua hamba yg dimuliakan Nya adalah Sayyidina Muhammad saw.

فإن من جودك الدنيا وضرتها ***** ومن علومك علم اللوح والقلم

Di antara kebaikanmu (Muhammad SAW) adanya dunia dan akhirat dan sebagian dari ilmumu adalah ilmu lauh (mahfudz) dan qalam.

mengenai hal ini, yg dimaksud adalah bukan beliau saw menciptakan dunia, namun karena kebaikan dan kelembutan dan kedermawanan beliau saw lah dunia ini masih bertahan, hal ini merupakan pujian pada Nabi saw yg tak mau mendoakan kehancuran pada ummat beliau saw, sebagaimana Nabi Nuh as yg berdoa sebagaimana firman Allah swt : “Rabbiy Jangan kau sisakan satu rumah kafirpun di permukaan bumi, sungguh jika Engkau membiarkannya maka akan menyesatkan hamba hamba Mu, dan mereka tak akan berketurunan kecuali muncul keturunan yg fajir dan kafir” (QS Nuh 26),

Dan akhirat yg dimaksud adalah kedermawanan Rasul saw tetap tidak sirna, disaat seluruh Nabi dan Rasul berkata : diriku.. diriku.. pergi pada selainku.., namun Nabi kita Muhammad saw malah bersujud memohon syafaat (Shahih Bukhari).

Mengenai ilmu pengetahuan beliau dari lauhul mahfud, yg dimaksud adalah beliau saw banyak diberi pengetahuan oleh Allah, sebagaimana kabar yg akan terjadi di akhir zaman, di alam kubur, di hari kiamat, si fulan wafat dalam keridhoan, si fulan wafat dalam kekufuran, dan banyak lagi kabar kabar dari lauhul mahfud yg dikabarkan oleh Nabi saw, dan riwayat riwayat ini teriwayatkan pada shahih Bukhari dan Kutubusshahih lainnya, maka pengingkaran akan hal ini adalah bentuk kebodohan yg nyata, kita bisa lihat bagaimana syair pujian Abbas bib Abdulmuttalib ra diatas :

dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417)

apakah ini bukan kultus jika dibaca dengan kacamata kebodohan mereka kaum wahabi?, “DAN LANGIT BERCAHAYA DENGAN CAHAYAMU”, tentunya bukan langit bercahaya dengan cahaya beliau saw, tapi dengan cahaya risalah kebangkitan beliau saw sedemikian terangnya seakan langit ini bercahaya dg cahaya beliau.
Wallahu a'lam 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami online kan untuk pengunjung. Syukran.

10.
Pengirim: ridwan  - Kota: Probolinggo
Tanggal: 16/4/2009
 
Kasidah Burdah adalah salah satu karya paling populer dalam khazanah sastra Islam. Isinya, sajak-sajak pujian kepada Nabi Muhammad SAW, pesan moral, nilai-nilai spiritual, dan semangat perjuangan, hingga kini masih sering dibacakan di sebagian pesantren salaf dan pada peringatan Maulid Nabi. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti Persia, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili, Pastum, Melayu, Sindi, Inggris, Prancis, Jerman dan Italia.

Pengarang Kasidah Burdah ialah Al-Bushiri (610-695H/ 1213-1296 M). Nama lengkapnya, Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid al-Bushiri. Dia keturunan Berber yang lahir di Dallas, Maroko dan dibesarkan di Bushir, Mesir, Dia seorang murid Sufi besar, Imam as-Syadzili dan penerusnya yang bernama Abdul Abbas al-Mursi - anggota Tarekat Syadziliyah. Di bidang ilmu fiqih, Al Bushiri menganut mazhab Syafi’i, yang merupakan mazhab fiqih mayoritas di Mesir.

Di masa kecilnya, ia dididik oleh ayahnya sendiri dalam mempelajari Al Quran di samping berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Kemudian ia belajar kepada ulama-ulama di zamannya. Untuk memperdalam ilmu agama dan kesusateraan Arab ia pindah ke Kairo. Di sana ia menjadi seorang sastrawan dan penyair yang ulung. Kemahirannya di bidang sastra syair ini melebihi para penyair pada zamannya. Karya-karya kaligrafinya juga terkenal indah.

Sebagian ahli sejarah menyatakan, bahwa ia mulanya bekerja sebagai penyalin naskah-naskah. Louis Ma’luf juga menyatakan demikian di dalam Kamus Munjibnya.

Sajak-sajak pujian untuk Nabi dalam kesusasteraan Arab dimasukkan ke dalam genre al-mada’ih an-nabawiyah, sedangkan dalam kesusasteraan-kesusasteraan Persia dan Urdu dikenal sebagai kesusasteraan na’tiyah (kata jamak dari na’t, yang berarti pujian). Sastrawan Mesir terkenal, Zaki Mubarok, telah menulis buku dengan uraian yang panjang lebar mengenai al-mada’ih an-nabawiyah. Menurutnya, syair semacam itu dikembangkan oleh para sufi sebagai cara untuk mengungkapkan perasaan religius yang Islami.

Kasidah Burdah terdiri atas 160 bait (sajak), ditulis dengan gaya bahasa (usiub) yang menarik, lembut dan elegan, berisi panduan ringkas mengenai kehidupan Nabi Muhammad SAW, cinta kasih, pengendalian hawa nafsu, doa, pujian terhadap Al Quran, Isra’ Mi’raj, jihad dan tawasul.

Dengan memaparkan kehidupan Nabi secara puitis, AI-Bushiri bukan saja menanamkan kecintaan umat Islam kepada- Nabinya, tetapi juga mengajarkan sastra, sejarah Islam, dan nilai-nilai moral kepada kaum Muslimin. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika kasidah Burdah senantiasa dibacakan di pesantren-pesantren salaf, dan bahkan diajarkan pada tiap hari Kamis dan Jumat di Universitas AI-Azhar, Kairo.

Al-Bushiri hidup pada suatu masa transisi perpindahan kekuasaan dinasti Ayyubiyah ke tangan dinasri Mamalik Bahriyah. Pergolakan politik terus berlangsung, akhlak masyarakat merosot, para pejabat pemerintahan mengejar kedudukan dan kemewahan. Maka munculnya kasidah Burdah itu merupakan reaksi terhadap situasi politik, sosial, dan kultural pada masa itu, agar mereka senantiasa mencontoh kehidupan Nabi yang bertungsi sebagai uswatun hasanah (suri tauladan yang baik), mengendalikan hawa nafsu, kembali kepada ajaran agama yang murni, Al Quran dan Hadis.
Al-Burdah menurut etimologi banyak mengandung arti, antara lain :
1. Baju (jubah) kebesaran khalifah yang menjadi salah satu atribut khalifah. Dengan atribut burdah ini, seorang khalifah bias dibedakan dengan pejabat negara lainnya, teman-teman dan rakyatnya.
2. Nama dari kasidah yang dipersembahkan kepada Rasulullah SAW yang digubah oleh Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma.

Pada mulanya, burdah (dalam pengertian jubah) ini adalah milik Nabi Muhammad SAW yang diberikan kepada Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma, seorang penyair terkenal Muhadramin (penyair dua zaman: Jahiliyah dan Islam). Burdah yang telah menjadi milik keluarga Ka’ab tersebut akhirnya dibeli oleh Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan seharga duapuluh ribu dirham, dan kemudian dibeli lagi. oleh Khalifah Abu Ja’far al-Manshur dari dinasti Abbasiyah dengan harga empat puluh ribu dirham. Oleh khalifah, burdah itu hanya dipakai pada setiap shalat fd dan diteruskan secara turun temurun.

Riwayat pemberian burdah oleh Rasulullah SAW kepada Ka’ab bin Zuhair bermula dari Ka’ab yang menggubah syair yang senantiasa menjelek-jelekkan Nabi dan para sahabat. Karena merasa terancam jiwanya, ia lari bersembunyi untuk menghindari luapan amarah para sahabat. Ketika terjadi penaklukan Kota Makkah, saudara Ka’ab yang bernama Bujair bin Zuhair mengirm surat kcpadanya, yang isinya antara lain anjuran agar Ka’ab pulang dan menghadap Rasulullah, karena Rasulullah tidak akan membunuh orang yang kembali (bertobat). Setelah memahami isi surat itu, ia berniat pulang kembali ke rumahnya dan bertobat.

Kemudian Ka’ab berangkat menuju Madinah. Melalui ‘tangan’ Abu Bakar Siddiq, di sana ia menyerahkan diri kepada Rasulullah SAW. Ka’ab memperoleh sambutan penghormatan dari Rasulullah. Begitu besarnya rasa hormat yang diberikan kepada Ka’ab, sampai-sampai Rasulullah melepaskan burdahnya dan memberikannya kepada Ka’ab.

Ka’ab kemudian menggubah kasidah yang terkenal dengan sebutan Banat Su’ad (Putri-putri Su’ad), terdiri atas 59 bait (puisi). Kasidah ini disebut pula dengan Kasidah Burdah. la ditulis dengan indahnya oleh kaligrafer Hasyim Muhammad al-Baghdadi di dalam kitab kaligrafi-nya, Qawaid al-Khat al-Arabi.

Di samping itu, ada sebab-sebab khusus dikarangnya Kasidah Burdah itu, yaitu ketika al-Bushiri menderita sakit lumpuh, sehingga ia tidak dapat bangun dari tempat tidurnya, maka dibuatnya syair-syair yang berisi pujian kepada Nabi, dengan maksud memohon syafa’afnya. Di dalam tidurnya, ia bermimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW. di mana Nabi mengusap wajah al-Bushiri, kemudian Nabi melepaskan jubahnya dan mengenakannya ke tubuh al-Bushiri, dan saat ia bangun dari mimpinya, seketika itu juga ia sembuh dari penyakitnya.

Pemikiran-Pemikiran Bushiri dalam Al-Burdah Burdah dimulai dengan nasib, yaitu ungkapan rasa pilu atas dukacita yang dialami penyair dan orang yang dekat dengannya, yaitu tetangganya di Dzu Salam, Sudah menjadi kelaziman bagi para penyair Arab klasik dalam mengawali karya syairnya selalu merujuk pada tempat di mana ia memperoleh kenangan mendalam dalam hidupnya, khususnya kampung halamannya. Inilah nasib yang diungkapkan Bushiri pada awal bait :

Amin tadzakurin jiranin bi Dzi Salami
Mazajta dam ‘an jara min muqlatin bi dami?
Tidakkah kau ingat tetanggamu di Dzu Salam
Yang air matanya tercucur bercampur darah?

Kemudian ide-ide al-Bushiri yang penting dilanjutkan dengan untaian-untaian yang menggambarkan visi yang bertalian dengan ajaran-ajaran tentang pengendalian hawa nafsu. Menurut dia, nafsu itu bagaikan anak kecil, apabila diteruskan menetek, maka ia akan tetap saja suka menetek. Namun jika ia disapih, ia pun akan berhenti dan tidak suka menetek lagi. Pandangan al-Bushiri tentang nafsu tersebut terdapat pada bait ke-18, yang isinya antara lain :

Wa an-nafsu kattifli in tuhmiihu syabba ‘ala
Hubbi ar-radha’i wa in tufhimhu yanfatimi
Nafsu bagaikan anak kecil, yang bila dibiarkan menetek
Ia akan tetap senang menetek. Dan bila disapih ia akan melepaskannya.

Dalam ajaran pengendalian hawa nafsu, al-Bushiri menganjurkan agar kehendak hawa nafsu dibuang jauh-jauh, jangan dimanjakan dan dipertuankan, karena nafsu itu sesat dan menyesatkan. Keadaan lapar dan kenyang, kedua-duanya dapat merusak, maka hendaknya dijaga secara seimbang. Ajakan dan bujukan nafsu dan setan hendaknya dilawan sekuat tenaga, jangan diperturutkan (bait 19-25).

Selanjutnya, ajaran Imam al-Bushiri dalam Burdahnya yang terpenting adalah pujian kepada Nabi Muhammad SAW. la menggambarkan betapa Nabi diutus ke dunia untuk menjadi lampu yang menerangi dua alam : manusia dan Jin, pemimpin dua kaum : Arab dan bukan Arab. Beliau bagaikan permata yang tak ternilai, pribadi yang tertgosok oleh pengalaman kerohanian yang tinggi. Al-Bushiri melukiskan tentang sosok Nabi Muhammad seperti dalam bait 34-59 :

Muhammadun sayyidui kaunain wa tsaqaulai
Ni wal fariqain min urbln wa min ajami
Muhammad adalah raja dua alam : manusia dannjin
Pemimpin dua kaum : Arab dan bukan Arab.

Pujian al-Bushiri pada Nabi tidak terbatas pada sifat dan kualitas pribadi, tetapi mengungkapkan kelebihan Nabi yang paling utama, yaitu mukjizat paling besar dalam bentuk Al Quran, mukjizat yang abadi. Al Quran adalah kitab yang tidak mengandung keraguan, pun tidak lapuk oleh perubahan zaman, apalagi ditafsirkan dan dipahami secara arif dengan berbekal pengetahuan dan makrifat. Hikmah dan kandungan Al Quran memiliki relevansi yang abadi sepanjang masa dan selalu memiliki konteks yang luas dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang bersifat temporal. Kitab Al Quran solamanya hidup dalam ingatan dan jiwa umat Islam.

Selain Kasidah Burdah, al-Bushiri juga menulis beberapa kasidah lain di antaranya a!-Qashidah al-Mudhariyah dan al-Qashldah al-Hamziyah. Sisi lain dari profil al-Bushiri ditandai oleh kehidupannya yang sufistik, tercermin dari kezuhudannya, tekun beribadah, tidak menyukai kemewahan dan kemegahan duniawi.

Di kalangan para sufi, ia termasuk dalam deretan sufi-sufi besar. Sayyid Mahmud Faidh al-Manufi menulis di dalam bukunya, Jamharat al-Aulia. bahwa al-Bushiri tetap konsisten dalam hidupnya sebagai seorang sufi sampai akhir hayatnya. Makamnya yang terletak di Iskandaria, Mesir, sampai sekarang masih dijadikan tempat ziarah. Makam itu berdampingan dengan makam gurunya, Abu Abbas al-Mursi.
semoga bermanfaat! 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami online kan untuk pengunjung. Syukran.

11.
Pengirim: Nahdlatul Ulama Warasatul Anbiya'  - Kota: Pasuruan
Tanggal: 16/4/2009
 
Sebagian orang memang ada yang mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi itu tidak boleh disanjung-sanjung ,dipuji,itu kultus individu namanya.memang benar sangking tawadhunya (rendah hati) sudah tentu beliau menolak untuk di kultus individukan ummatnya.Tapi perlu kita ingat ,kita tak pernah menganjungnya sampai-sampai menyamakan kedudukannya dengan tuhan sebagaimana dilakukan oleh kaum yahudi dan nasrani
.Hal ini juga jelad tergambar dari satu bait burdah
دع ما ادعته النصارى فى نبيهم * واحكم بما شئت مدحا فيه واحتكم
فاسب إلى ذاته ما شئت من شرف * واسب إلى قدره ما شئت من عظم
فإن فضل رسول الله لـيس له * حـد فيغرب عنه نـاطق بفـم
 Tinggalkan tuduhan orang nasrani
 Tuduhan yang dilontarkan kepada Nabi mereka
 Tetapakanlah untaian pijian kepada Nabi
 Pujian apapun yang engkau suka
 Nisbahkan kepad Zat Nabi
 Segala kemuliaan yang engkau kehendaki
 Nisbahkan kepada martabat Nabi
 Segala keagungan yang engkau kehendaki
 Karena keutamaan Rasul Allah Ta`ala
 Tiada tepi batasnya
 Sehingga mengurai mudah terasa
 Bagi lisan yang berkata

Pada hakikatnya menyanjung Rasulullah adalah mengakui Nabi ini sebagai lelaki pilihan.dalam Al Qur an Allah menyatakan ‘’Kami tidak utus engkau Hai Muhammad kecuali sebagi Rahmat bagi semesta alam’’Bukankah ini juga satu pujian ?
Untuk mencintai kekasih apalagi Beliau adalah kekasih Allah Ta`ala,Al Qur-an menganjurkan
kepada kita umat Islam sebagaimana tertera dalam Al Qur-an surat Al Ahzab 56 yang artinya:

. “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”

Sumber ajaran memuji Rasulullah dan mencintai Nabi itu berasal dari Islam itu sendiri.Dalam sebuah hadis popular disebutkan “Didiklah anak-ankmu dalam tiga tahap;mencintai Nabi,Keluarganya dan membaca Al Qur-an “
Kata “Shalat”(jamaknya Shalawat) jika datang dari Allah bermakna rahmat,jika datang dari malaikat bermakna meminta ampunan ,dan jika datang dari ummatNya bermakna sanjungan dan pengharapan agar rahmat dan kerelaan Allah agar dikekalkan.
Dalam surat yang kain Allah memuji hambaNya yang mulia ini dengan “Sungguh engkau (Hai Muhammad)benar-benar dalam budi dan perangai yangtinggi”.Allah tidak pernah memanggil nama langsung seperti “hai Muhammad”,tapi Allah memanggilnya dengan “hai Nabi,Hai Rasul”,Hai laki –laki yang berselimut”
Disamping itu bukankah Baginda Rasul sendiri yang menganjurkan kita untuk mengahaturkan sanjungan (madah)terhadap beliau.Ini seperti juaga ynag diharapkan beliau dalam banyak hadis agar kauamnya banyak banyak maenyebut namanya. “Sebutlah selalu namaku,sungguh shalawatmu sampai padaku”sabdanya.Bahkan dianjurkan kepada ummatnya untuk banyak banyak menyebut namanya dalam malam jum`at,sebab seperti dalam hadis yang lain ,sungguh menyebut nama Nabi Muhammad SAW akan dijawab dengan pahala berlipat-lipat.Karena itulah paa ulama Shalafu ash shalih berlomba –lomba menulis puji pujian dan Shalawat kepada Baginda Rasulullah,sehingga pada saat ini kita mengenal berbagai macam shalawat diantaranya Salawat badar,Nahriyah,Al Fatih,Munjiyat,Tibbul Qulub dan masih banyak lagi.Demikian juga berbagai macam Qasidah yang berisikan pujian kepada Rasulullah dan kitab maulid yang mengisahkan kehidupan Rasulullah dan kemuliannya antara lain Al Barzanji ,Maulid Diba`i,Dhiyaul Lami`,dan Situd Durar.
Salah satu diantara sekian banyak Qashidah yang berisikan pujian kepada Rasululah adalah Qashidah Burdah yang dikarang oleh seorang ulama yang terkenal sebagai penyair hebat.Nama lengkap beliau adalah Abu `Abdillah Syarafuddin Abi `Adillah Muhammad bin Muhammad Ad-Dalashi As Shanja As Syaziliy Al Bushiri yang kemudian terkenal dengan nama panggilan Al Bushiri saja . Pada awalnya Imam Al Bushiri diserang penyakit stroke ,karena penyakitnya tidak sembuh sembuh beliau, bernazar kepada Allah “Ya Allah kalau sakitku sembuh saya akan bersyukur dengan bentuk puji pujian kepada nabi SAW,saya akan membuat syair.
Maka atas izin Allah sembuhlah Al Bushiri .maka beliau pun segera menulis sebuah syair pujian untuk Rasulullah..Saat beliau sedang kreatif menulis syair Burdah beliau terhenti ketika sampai pada kalimat’’Famablahgul ilmi fi annahu basyarun ,pikiran beliau buntu tak tau harus menulis apa lagi.Karena kecapaian Imam Bushiri pun tertidur.Dalam tidurnya beliau bermimpi bertemu dengan Rasulullah .Nabi berkata Wahai imam akau ingin mendengar bait syairmu ,lalu dibacanya oleh Imam Bushiri ,tapi terhenti seperti awal tadi.Kemudian Nabi melanjutkan dengan kalimat “wa annahu khairul khalqi kullihimi “.Akhirnya Imam Bushiri terbangun kemudian keluar dan melanjutkan menulis sampai selesai.
tahukah anda mengapa puisi ini dinamakan dengan Burdah ?Secara harfiah burdah bermakna kain hitam untuk selendang .Al Bushiri memberi nama puisinya dengan demikiana karena dahulu kala pada zamana Rasulullah ada seorang tokoh –Ka`ab bin Zubaiar – namanya .ia adalah seorang penyair yang pada mulanya sangat menentang da`wah Rasulullah.Pada Akhirnya beliau mendapat hidayah dan masuk islam.lantas beliau menggubah sebuah pujian berbentuk sajak untuk Nabi yang isinya sangat estetik. Intro (mathla`) puisi itu sbb;
Kudengar kabar
Rasulullah berjanji pada ku
Dan ampunan itu
Sungguh jadi tumpuan harapanku
Setelah itu Rasulullah memberi cindera mata berupa selendang berwarna hitam (Burdah).Dari sinilah Al Bushiri mengambil nama Al Burdah untuk syair syairnya. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami online untuk pengunjung. Syukran.

12.
Pengirim: Awam  - Kota: Pasuruan
Tanggal: 16/4/2009
 
Susunan bahasa Qashidah Burdah sangat indah dan mudah untuk dilagukan. Burdah merupakan salah satu kesustraan arab yang paling lama bertahan .Dr.zaki Mubarak, seorang kristikus sastra arab yang semula memandang remeh terhadap Qasidah Burdah,ternyata berbalik mengakui nilai nilai estetika yang amat tinggi ada dalam karaya Imam Bushiri yang tak tertandingi tersebut.De Sacy,seoaran pengamat sastra arab Arab dari universitas Sarbonne Prancis mengakui kelebihan karya Imam Bushiri ini.Menurutnya sampat saat ini belum ada penyair kontemporer arab yang sanggup meniru Burdah tersebut.
Burdah terdiri dari 160 bait berisi padat anasir beserta nasihat berupa soal tentang nafsu.pujian pada Nabi ,keagungan Al Qur an ,jihad prajurit islam,doa-doa serta shalawat kepada Nabi ,keluarga dan Shahabat beliau.Membaca Burdah ,selain juga menjadi satu amalan ibadah juga memliki khasiat-khasiat tersendiri.Salah seorang Ulama besar Syekh Ibrahim Al Bajuri menuliskan sebuah kitab yang dikenal dengan nama kitab Bajuri Burdah,yang selain menjelaskan makna –makna yang terkandung dari Al Burdah,juga menyebutkan khasiat khasiat dari Burdah itu sendiri 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami online untuk pengunjung. Syukran.

13.
Pengirim: Junaidi  - Kota: Bogor
Tanggal: 29/4/2013
 
assallammu‘allaikum.
aku mau tanya, bagimana menyikapi cinta kpd Allah dan cinta kepada rasulullah.? terima kasih atas ilmu yg bermanfaatnya. wassallam 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Cinta kepada Allah, karena Allahlah yang menciptakan kita dan seluruh makhluq yang ada, dan Allahlah yang memberi rejeki kita semua (wahuwa khairur raaziqiin/dan Dia adalah sebaik-baik pemberi rejeki) serta memulia umat manusia dibanding makhluq lainnya (walaqad karramnaa banii aadama/sungguh telah Kami muliakan anak cucu Adam) dan sebagainya dari kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepada kita.

Sedangkan cinta kepada Nabi SAW karena memang perintah Allah, bahkan Allah sendirilah yang memulai mencintai beliau SAW dengan membaca shalawat (Innallaha wamalaaikatahu yushalluuna 'alan nabi/sesungguhnya Allah dan para malaikatnya itu bershalawat kepada Nabi) sedangkankan shalawat dari Allah itu berupa rahmah atau kasih sayang, dan shalawat dari malaikat itu berupa istighfar/permohonan ampun kepada Allah untuk Nabi), kemudian Allah perintah agar kita ikut melantunkan shalawat sebagai bentuk cinta kita kepada beliau serta doa kita untuk beliau (yaa ayyuhal ladziina aamanu shallu 'alaihi wa sallimuu tasliiman/wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian dengan sebaik-baik shalawat). Jadi cintah Nabi SAW itu perintah Allah, barangsiapa yang tidak mencintai Nabi SAW maka sungguh ia telah durhaka kepada Allah.

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam