URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 5 users
Total Hari Ini: 208 users
Total Pengunjung: 6224320 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
Masuk Islam setelah mengalami "Kejadian" Aneh dalam pesawat !  
Penulis: Republika [8/9/2013]
 
Masuk Islam setelah mengalami "Kejadian" Aneh dalam pesawat !

republika

Dia adalah Rita Rahmat, Direktur perusahaan komunikasi dan media relation Aircomm. Ia menuturkan awal mula kisahnya mengenal Allah ketika saat dia berada di titik terendah. Usahanya bangkrut, dan musibah datang bertubi-tubi. Ia mengurung diri di kamar, merenung. Rita kehilangan kepercayaan pada Tuhan. Daripada bingung berdoa pada banyak Tuhan, katanya, maka ia memutuskan `berhenti` beragama. "Saya menyembah dan percaya pada Tuhan Sang Maha Pencipta, tapi tanpa agama," katanya.

Ia memutuskan pergi dari Jakarta, menggarap tawaran proyek kecil di Pulau Bintan. Walau diakuinya, pekerjaan itu tak terlalu menolong secara ekonomi.

Bahkan, ia pernah pulang ke Jakarta dari Bintan, dalam kondisi tak punya sepeser uangpun, dan terdampar di bandara Changi pula, karena tertinggal pesawat. Namun kini ia menyadari, itulah cara yang diatur oleh-Nya untuk hidup dalam tuntunan Islam.

 Dengan uang seadanya hasil pengembalian tiket, ia menyeberang ke Batam. Baru keesokan harinya ia kembali ke Jakarta dengan penerbangan berikutnya

Jalan pulang yang dilalui, tidaklah mulus. Cuaca buruk, pesawat bergetar hebat. Penumpang panik, termasuk Rita. "Saya berpikir tentang kematian. Bagaimana jika saya mati dan tak beragama?"  ia mengisahkan pada Republika , Rabu Siang.

Tiba-tiba ia teringat Islam yang ajarannya sempat mencuri perhatiannya beberapa bulan terakhir. "Saya bersumpah dalam hati, jika pesawat berhenti terguncang, maka saya akan masuk Islam,"  ujarnya. Tak menunggu sampai semenit, seketika itu juga pesawat kembali tenang.

Rita bersyukur. Namun, ia menyesali dengan sumpah yang dia ucapkan sebelumnya, dan mencoba meralatnya, dengan berusaha menyakinkan dirinya bahwa guncangan itu adalah akibat cuaca buruk, dan kini guncangan itu terhenti karena cuaca telah membaik, bukan merupakan campur tangan Allah.

"Sesaat saja setelah pikiran itu terlintas, mendadak pesawat kembali terguncang, lebih hebat. Seketika itulah saya menyadari, Saya manusia lemah, ada yang lebih berkuasa atas saya. Islam, itu yang ada dalam benak hati saya," katanya, yang menyakinkan dirinya  bertekad untuk menjadi Muslim. Ia ingat,  kejadian waktu itu menunjukkan pukul 17.35, di penghujung tahun 1999. Ia pulang karena untuk menghormati keluarga besarnya yang merayakan Natal.

Sampai di Jakarta, Rita belajar tentang Islam. Hingga ia mantap untuk bersyahadat, dan menghadiahkan Islam bagi dirinya sendiri, di hari ulang tahunnya, 2 April.

Masuk Islamnya terjadi di Masjid Agung Al Azhar Jakarta. Ia Bertemu dengan seorang guru mengaji di lantai dua yang tengah mengajar seorang ibu dengan anak gadisnya, ia mengutarakan niatnya. Sang guru mengaji menyarankan untuk menunggu hingga Maghrib. "Namun saya minta bersyahadat saat itu juga, dan dia menuntun saya," ujarnya. Ia bersyahadat disaksikan dua orang yang ada di situ. Ia melihat arlojinya, jarum jam menunjukkan pukul 17.35. "Waktu yang sama dengan saat saya bersumpah akan masuk Islam."  tuturnya.

Maghrib menjelang, ia terharu ketika banyak mualaf berdatangan, menyalaminya. Ia melakukan shalat pertamanya, berjamaah. "Saya dituntun berwudhu, diajari sebentar tentang shalat. Karena saya hanya bisa membaca Al Fatihah, itulah yang saya baca sepanjang shalat," kenangnya.

Pulang dari Al Azhar, ia pergi ke Melawai, membeli perlengkapan shalat.

Hal terberat adalah ketika memberitahu keluarga tentang keislamannya. Ibunya terdiam, dan menyodorkan Injil padanya. Ia menggeleng. "Saya sudah memutuskan Islam, tapi walau begitu saya tetap Rita anak mama." tutur rita. Sang ibu menunduk, meneteskan air mata.

Demi menghormati sang mama, saat ibunya itu berkunjung. Rita selalu pergi ke masjid jika hendak menunaikan shalat, "Saya tak ingin frontal di depan mama," ujarnya.

Namun ia selalu meyakinkan ibunya, bahwa Islam adalah pilihan hatinya. Lama-lama hati sang mama luluh. Dua bulan kemudian, ia harus kehilangan papanya, berpulang ke alam baka.

Rita berkisah, ajaran Islam tentang berbaik sangka benar adanya. Apalagi berbaik sangka pada nikmat Allah. ia kerap menemukan `keajaiban` berbaik sangka ini. 

Salah satunya, saat ia berniat umrah Ramadhan. "Daripada berlebaran di Jakarta seorang diri, mending saya berumrah dan berlebaran di sana," katanya.

Namun, pendaftaran telah ditutup. Pemilik biro malah menyarankan untuk berhaji. "Saya tak punya uang," katanya.

Namun, saran pemilik biro menyarankan untuk mengisi  melakukan pendaftaran berkas untuk berhaji, kemudian menyerahkannya kembali. "Toh kamu bisa batal seandainya urung," katanya. "Niat saya ke Tanah Suci baik, insya Allah, Allah memberi jalan."

Tak disangka, sepulang dari biro haji, ia ditelepon stafnya. Proposal proyeknya berhasil, dan ia mempunyai sisa uang lebih untuk melunasi ongkos haji.

Rita memandang hidup bak puzzle. Saling terangkai. Ibadah haji pulalah yang mengantarkannya pada jodohnya saat ini, Hari Rahmat. "Dua bulan berkenalan, kami menikah," ujarnya.

 Menurut Rita, hidup akan mudah jika selalu berbaik sangka. Ia juga memegang teguh satu filosofi lain: "Mudahkan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusan kita."

"Bantulah siapa saja, tak usah melihat latar belakangnya," kata dia yang mengaku hubungannya dengan keluarga tetap terjalin baik hingga saat ini.

"Kuncinya saling menenggang, saling bertoleransi," ujar ibu satu anak yang kini aktif sebagai relawan di sebuah lembaga nirlaba yang peduli pada penderita lupus ini. 

HADITS NABI SAW:

Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Syu`bah dari Abu Attayyah dia berkata; saya mendengar Anas bin Malik radliallahu `anhu berkata; Nabi shallallahu `alaihi wasallam bersabda:

"Mudahkanlah setiap urusan dan janganlah kalian mempersulitnya, buatlah mereka tenang dan jangan membuat mereka lari." (HR Bukhari dan Muslim)

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam