|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 8 users |
Total Hari Ini: 96 users |
Total Pengunjung: 6224202 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
TANGAN YANG BARAKAH |
Penulis: Pejuang Islam [ 6/10/2012 ] |
|
|
TANGAN YANG BARAKAH
Luthfi Bashori
Shahabat Tsauban menceritakan, bahwa konon ada seorang tamu dari dusun yang datang menemui Nabi SAW. Maka oleh beliau SAW ditemuinya di beranda depan rumah sambil ditanya tentang keadaan masyarakat dusun di tempat tinggal tamu itu.
Nabi SAW mencari tahu kepada si tamu bagaimana respon masyarakat terhadap agama Islam dan bagaimana ketertarikan mereka terhadap perintah shalat ? Orang itupun memberi informasi berkaitan dengan kemajuan perkembangan agama Islam dan keaktifan umat Islam di dusunnya dalam mengerjakan shalat, sehingga wajah Nabi SAW tampak berseri-seri mendengar keterangan orang tersebut.
Waktu pun terus berjalan, hingga mendekati siang hari sekira pantas bagi si tamu untuk mendapat suguhan makanan. Maka Nabi SAW berbisik kepada shahabat Tsauban agar memintakan makanan bagi si tamu itu kepada St. Aisyah RA.
Namun sayang seribu kali sayang, ternyata di rumah St. Aisyah tidak ada sedikit pun makanan yang pantas disuguhkan untuk tamu. Maka shahabat Tsauban berkeliling ke rumah para istri Nabi SAW. Tapi apa daya ia menemui keadaan yang sama, sehingga ia pun mendatangi Nabi SAW dengan tangan hampa.
Mengetahui hal ini, maka wajah Nabi SAW menjadi bermuram durja, karena beliau SAW merasa saat itu tidak mampu menghormati si tamu dusun itu dengan memberi hidangan makan.
Namun si tamu dusun itu ternyata seorang yang penuh pengertian, ia mengatakan kepada Nabi SAW: Kami ini orang dusun yang terbiasa makan segenggam korma dan seteguk air susu atau air putih, jadi tidak seperti umumnya warga kota yang banyak menu pilihannya.
Sangat kebetulan di saat yang demikian itu, tiba-tiba lewat di depan mereka seekor kambing milik Nabi SAW yang sudah waktunya diperah susunya. Kambing itu diberi nama Tsamar. Maka Nabi SAW memanggilnya : Tsamar... Tsamar...!
Kambing itu pun datang menghadap Nabi SAW dengan memasrahkan diri untuk diperah. Maka beliau SAW memegang kaki dan perut kambing itu, lantas memerintah shahabat Tsauban untuk mengambil bejana. Kemudian beliau SAW memerah susu kambing itu dengan tangannya sendiri sambil mengucapkan : Bismillah.
Tatkala bejana sudah penuh air susu kambing, maka beliau SAW memerintah si tamu dusun itu meminumnya. Setelah minum se teguk si tamu akan berhenti, namun diperintahkan oleh Nabi SAW untuk tambah lagi meminumnya hingga tiga kali, sampai si tamu merasa puas dan perutnya kenyang oleh air susu kambing.
Kemudian Nabi SAW memerah kambing itu lagi, dan hasilnya dikirim ke rumah St. Aisyah dan ke rumah para istrinya yang lain. Anehnya susu kambing itu seakan tidak ada habis-habisnya saat diperah oleh tangan Nabi SAW.
Setelah kiriman air susu itu sudah merata untuk seluruh istri beliau SAW, maka Nabi SAW memberikan ulang perahan susu itu kepada si tamu dusun itu untuk meminumnya sekali lagi, kemudian beliau SAW meminumnya hingga puas, lantas memberikannya kepada shahabat Tsauban RA.
Shahabat Tsauban pun berucap : Wallahi tidak pernah rasanya aku minum air susu kambing yang lebih manis dari pada madu dan lebih harum dari pada minyak misik seperti air susu kambing yang diperah langsung oleh tangan Nabi SAW ini.
|
1. |
Pengirim: Muthoin Tsamma Amiin - Kota: Nanga Pinoh (Kalimantan Barat)
Tanggal: 7/10/2012 |
|
Asswrwb Pak Ustadz Luthfi yang saya muliakan... Semoga Pak Ustadz selalu dalam lindungan Allah Ta'ala... Aamiin...
Afwan,
Membaca segala sesuatu tentang Rasulullah semakin rindu untuk bertemu dengan beliau... Allahumma Sholli Wassalim alaih...
Sempat terlintas dipikiran untuk melakukan hal yang "aneh"... Ketemu waliyullah yang nyuruh terjun dari gunung..trus ikutin terjun gunung tapi akhirnya selamat dan jadi waliyullah....
Mohon bimbingan Pak Ustadz.....
Oh ya.... boleh gak kalau saya panggil Pak Ustadz dengan sebutan Ammy.... (artinya= paman dari pihak ayah - betulkah??)... Biar terasa lebih dekat dengan Pak Ustadz... Syukur kalau Pak Ustadz sudi menerima saya jadi murid dunia akhirat....
Syukran Jazakallahu khoiron...
wasswrwb... |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Dengan senang hati. Di pesantren, semua santri memanggil kami dengan sebutan : Ammy Luthfi, itu dilakukan sejak kami pulang dari Makkah tahun 1991 dulu. |
|
|
|
|
|
|
|
2. |
Pengirim: Muthoin Tsamma Amiin - Kota: Nanga Pinoh (Kalimantan Barat)
Tanggal: 7/10/2012 |
|
Asswrwb Ammy... Semoga Ammy selalu dalam lindungan Allah Ta'ala... Aamiin..
Afwan,
Subhanallah... langsung dijawab... syukran...
Oh iya... sepertinya ada yang belum terjawab... apa syarat supaya saya diterima jadi murid Ammy dunia akhirat dengan keterbatasan saya yang saat ini tinggal di Kalimantan Barat ("bujangan" pula karena anak istri di Jawa Barat)..???!!!???
Dan betulkah arti kata "ammy" itu "paman dari pihak bapak"??
Syukran Jazakallahu khoiron..
Wasswrwb... |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Arti: Ammy yang sesungguhnya memang saudara lelaki dari pihak ayah. Namun praktek di lapangan, adalah setiap orang yang dianggap lebih tua/dewasa maka patut dipanggil Ammy sekalipun tidak ada hubungan kekeluargaan, barangkali lebih mudahnya: Bahasa Arabnya OM itu adalah AMMY.
Konon kami punya keponakan yang usia SD, tatkala tahun 1991 kami pribadi baru pulang dari belajar di Makkah (8 th), saat itu keponakan tersebut memanggil kami : OM, padahal kami masih memakai pakaian Gamis/Jubbah Makkah. Kemudian kami beritahu: Kalau orang Arab itu bilangnya sih : AMMY bukan OM...!
Maka sejak itu keponakan kami memanggil : AMMY...! Anehnya para santri ikut-ikutan panggil AMMY hingga saat ini, bahkan para alumni dan tak jarang para wali murid serta sebagian keluarga besar maupun masyarakat ada yang ikut-ikutan panggil Ammy.
Maka dikenallah panggilan Ammy Luthfi untuk kami.
Tidak ada syarat tertentu untuk jadi murid, yang penting silaturrahim dapat terjalin, mudah-mudahan bermanfaat.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|