URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 96 users
Total Pengunjung: 6224202 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
IMAM SYAFI`I BELAJAR AGAMA KEPADA IMAM MALIK 
Penulis: Pejuang Islam [ 4/10/2012 ]
 
IMAM SYAFI`I BELAJAR AGAMA KEPADA IMAM MALIK

Luthfi Bashori


Konon Imam Syafi`i yang lahir di Ghazzah pada tahun 150 H, di masa mudanya beliau belajar bahasa Arab pada suku Hudzail di sebuah desa yang terkenal fasih dalam berbahasa. Beliau sengaja keluar dari kota Makkah, tempat tinggalnya tumbuh menjadi remaja, untuk belajar di desa suku Hudzail, hal ini demi mendapatkan ilmu bahasa Arab yang baik dan benar.

Umumnya masyarakat pedesaan masih kuat dan rapi dalam menjaga tata bahasa serta adat istiadat para sesepuhnya di banding masyarakat kota yang kondisinya sudah komplek. Di kota-kota besar tempat tujuan, dengan kondisi masyarakatnya yang hitrogen, maka setiap orang membawa bahasa dan adat masing-masing untuk dikolaborasikan dengan lingkungan barunya, hingga secara otomatis akan terjadi kerancuan bahasa maupun adat istiadat di lingkungan masyarakat kota.

Berbeda dengan kondisi lingkungan di desa terpencil, maka kebiasaan masyarakatnya secara naluri pedesaan akan tetap menjaga kelestarian bahasa maupun adat istiadat warisan dari para pendahulunya. Karena itu siapa saja yang ingin belajar bahasa suatu kaum secara baik dan benar, hendaklah bermukim dan bermasyarakat di desa terpencil demi mendukung programnya untuk mendapatkan apa yang diharapkan secara maksimal.

Belajar bahasa suatu kaum juga tidak akan sempurna jika tidak disertai mempelajari dan menerapkan adat istiadat masyarakat se tempat. Bisa dibayangkan betapa janggalnya jika ada seorang dari suku Jawa yang belajar bahasa Inggris, saat mempraktekkan pelajaran yang ia kuasainya ternyata menggunakan logat `WANI PIRO?` pasti terkesan lucu.

Untuk itulah Imam Syafi`i juga berusaha menyelami adat istiadat demi mendukung pejalaran bahasa Arab dari suku Hudzail dengan semangat yang luar biasa, hingga dalam waktu relatif singkat serta didukung kecerdasan beliau yang luar biasa, maka Imam Syafi`i pun berubah menjadi pemuda yang sangat fasih berbahasa Arab dalam setiap penuturannya.

Suatu saat, beliau kembali ke kota Makkah dengan membawa kepribadian baru serta tutur kata fasih yang selalu menarik perhatian masyarakatnya. Hingga bertemulah beliau dengan seorang tua yang mengatakan : Wahai pemuda, bahasa tutur katamu sungguh mena`jubkan, dan pengetahuanmu juga sangat menggembirakan hati, barangkali hanya perlu pendalaman sedikit saja, maka engkau akam menjadi figur yang sangat bermanfaat bagi masyarakat, karena itu hendaklah engkau belajar kepada Imam Malik di Madinah, beliau adalah pengarang kitab Muwattha` kumpulan hadits-hadits Nabi SAW.

Mendengar penuturan itu, maka Imam Syafi`i sangat tertarik mempelajari kitab Muwattha` karangan Imam Malik itu, dan beliau pun berusaha mendapatkannya. Namun karena keterbatasan ekonomi, maka Imam Syafi`i hanya mampu meminjam kitab Muwattha` kepada temannya lantas beliau pun menghapalkan isinya. Kitab Muwattha` sendiri mencakup sekitar 10.000 (sepuluh ribu) hadits, yang semuanya itu mampu dihapalkan oleh Imam Syafi`i dengan baik dalam waktu yang tidak begitu lama.

Setelah ada kesempatan untuk bertandang ke kota Madinah, maka Imam syafi`i langsung menuju ke tempat kediaman Imam Malik. Ternyata untuk menemui Imam Malik bukanlah perkara mudah, bahkan banyak pejabat pemerintah se tempat yang merasa enggan untuk datang menemui beliau karena kewibawaan Imam Malik terkenal sangat berpengaruh di kalangan masyarakat Madinah.

Seorang pembesar Madinah, tatkala bertemu dengan Imam Syafi`i dikala beliau menanyakan alamat tempat tinggal Imam Malik, maka pembesar itu berkomentar : Wahai pemuda, lebih baik aku berjalan kaki dari Madiah ke Makkah (sekitar 500 km) dari pada harus mengantarkamu ke tempat tinggal Imam Malik, karena diriku belum siap bertemu dengan beliau.

Pada akhirnya Imam Syafi`i berhasil menemui Imam Malik, yang ternyata beliau adalah seorang Syeikh yang sudah berumur dengan penampilah yang sungguh mena`jubkan serta kewibawaan yang luar biasa memancar dari sinar wajahnya berkat kedalaman ilmu agama yang disandangnya, maka tidak heran jika banyak orang yang merasa enggan untuk menemuinya, khususnya bagi mereka yang belum siap karena merasa banyak kekurangan pada dirinya.

Ringkas cerita, Imam Malik meminta Imam Syafi`i untuk membaca kitab Muwattha` sebagaimana yang dicita-citakan. Maka setiap huruf yang keluar dari kefasihan lisan Imam Syafi`i, menjadi sesuatu yang mena`jubkan dan menimbulkan rasa cinta yang mendalam di hati Imam Malik.

Bahkan sudah berlembar-lembar tulisan dalam kitab Muwattha` telah dibaca oleh Imam syafi`i pada pertemuan pertamanya, namun Imam Malik selalu mengatakan : Lanjutkan bacaanmu !

Demikianlah, hingga tidak memerlukan hari-hari yang panjang, Imam Syafi`i sudah dapat mengkhatamkan kitab Muwattha` karangan Imam Malik itu. Kemudian Imam Syafi`i memutuskan untuk tinggal di Madinah sekalipun sudah khatam kitab Muwatth` agar dapat istiqamah mengikuti majelis ta`lim gurunya itu, sampai Imam Malik dipanggil oleh Allah menghadap kehadirat-Nya.

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: Syarief Zein  - Kota: Cianjur-Jawa Barat
Tanggal: 23/9/2012
 
Subhanalloh 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mudah-mudahan kita dapat meniru kebaikan dan semangat beliau berdua.

2.
Pengirim: maufur  - Kota: jepara
Tanggal: 1/10/2012
 
Assalamulaikum, saya telah mengedit tulisan KONSEP NU & KRISIS PENEGAKAN SYARIAT, dengan mentakhrij Quran dan Hadits dan memberi tulisan arab.

artikel tsb. akan saya publis diblog untuk didownload.

mohon diperkenankan. Ini filenya, mohon dicek jika saya melakukan kesalahan;
http://taimullah.files.wordpress.com/2012/09/konsep-nu.pdf 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Alhamdulillah, kami persilahkan. Mudah2ah upaya positif akhi mendapat pahala yg berlipat ganda.

3.
Pengirim: Zhaen Arief  - Kota: Bandar Seri Begawan
Tanggal: 2/10/2012
 
Assalamu'alaikum WR WB

alhamdulillah, masih ada orang seperti Panjenengan yang tetap konsisten dengan NU garis lurus, bukan NU liberal atau NU syiah. semoga Allah selalu menjaga Panjenengan dan memberikan panjang umur.

Ustadz, setahu saya -seperti yang pernah saya baca- bahwa Imam Syafi'i lahir di Gaza, bukan Makkah. lantas mana yang benar Ustadz?? terima kasih

TKI di Brunei

Wassalamu'alaikum WR WB 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Terima kasih ralatnya, sebagai pelengkap info adalah :

Beliau dilahirkan pada tahun 150H. Pada tahun itu pula, Abu Hanifah wafat sehingga dikomentari oleh al-Hakim sebagai isyarat bahwa beliau adalah pengganti Abu Hanifah dalam bidang yang ditekuninya.

Tentang tempat kelahirannya, banyak riwayat yang menyebutkan beberapa tempat yang berbeda. Akan tetapi, yang termasyhur dan disepakati oleh ahli sejarah adalah kota Ghazzah (Sebuah kota yang terletak di perbatasan wilayah Syam ke arah Mesir. Tepatnya di sebelah Selatan Palestina. Jaraknya dengan kota Asqalan sekitar dua farsakh). Tempat lain yang disebut-sebut adalah kota Asqalan dan Yaman.

Ibnu Hajar memberikan penjelasan bahwa riwayat-riwayat tersebut dapat digabungkan dengan dikatakan bahwa beliau dilahirkan di sebuah tempat bernama Ghazzah di wilayah Asqalan. Ketika berumur dua tahun, beliau dibawa ibunya ke negeri Hijaz dan berbaur dengan penduduk negeri itu yang keturunan Yaman karena sang ibu berasal dari kabilah Azdiyah (dari Yaman).

Lalu ketika berumur 10 tahun, beliau dibawa ke Mekkah, karena sang ibu khawatir nasabnya yang mulia lenyap dan terlupakan.

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam