|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 8 users |
Total Hari Ini: 100 users |
Total Pengunjung: 6224207 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
TAMU DATANG SILIH BERGANTI |
Penulis: Pejuang Islam [ 25/8/2012 ] |
|
|
TAMU DATANG SILIH BERGANTI
Luthfi Bashori
Setiap datang hari lebaran, yang menjadi tradisi umat Islam Indonesia adalah saling berkunjung di antara mereka, yang satu mengunjungi rumah saudara dan handai taulannya yang lain.
Tradisi silaturrahim semacam ini sudah dilakukan turun-temurun dari generasi datuk ke kakek, dilanjut generasi kakek ke ayah, berlanjut generasi ayah ke anak, kemudian generasi anak ke cucu, berlanjut lagi generasi cucu ke cicit, demikian dan seterusnya.
Di kalangan masyarakat Suadi Arabiah, rasanya tidak ada tradisi silaturrahim khusus lebaran seperti yang ada di negara kita ini. Kita tidak pernah tahu siapa yang memulainya, hingga berimbas kepada tradisi mudik bagi umat Islam yang kebetulan dalam beraktifitas menjalani kehidupan sehari-hari jauh dari rumah induk keluarga.
Serasa berdosa besar jika ada seorang muslim yang saat datang hari lebaran, kok tidak menyempatkan diri mudik ke kampung halaman untuk bersilaturrahim, tentunya tradisi ini sangatlah baik dan positif bahkan mengandung nilai ibadah.
Di samping para pemudik dapat berkumpul dan bersilaturrahim dengan keluarganya, mereka juga dapat bersilataurrahim dengan para kenalan maupun tetangga lama. Nah, dari amalan menjalin silaturrahim inilah nilai ibadah itu jelas-jelas berdasarkan syariat yang diajarkan dalam Islam.
Tradisi di pesantren juga demikian, tamu lebaran datang silih berganti. Mereka bertujuan bersilaturrahim dengan para pengasuh pesantren yang dikunjunginya. Ada di antara mereka yang sudah kenal dengan pengasuh pesantrennya, dan ada juga yang baru pertama kali memperkenalkan diri.
Jika dicermati, banyak di antara mereka adalah para pemudik yang sengaja mampir untuk minta barakah doa dari pesantren agar hidupnya menjadi barakah saat kembali beraktifitas menjalani kehidupan sehari-hari.
Para tamu pesantren itu bervaritaif, adakalanya dari para jamaah pengajian, jamaah masjid, para santri dan alumni, para wali santri serta kenalan-kenalan lainnya yang datang sililh berganti, namun tak jarang yang benar-benar dari kalangan para `pemburu` barakah pesantren.
Biasanya, para tamu yang datang itu hanyalah mengharapkan doa dari para pengasuh pasentren yang memang standbay di rumah induk di pesantrennya masing-masing.
Tapi, ada juga di antara para tamu yang sengaja mengajak diskusi tuan rumahnya tentang berbagai hal, namun yang paling banyak dari para tamu itu, begitu datang lantas bersalaman dan langsung minta doa kemudian pamitan melanjutkan perjalanan.
Kedatangan para tamu juga bervariatif, ada yang pagi-pagi sekali, ada pula yang datang di siang bolong, bahkan yang datang di atas jam 22.00 sekalian ikut bermalam di pesantren, karena esok pagi akan melanjutkan perjalanannya.
Karena itu seorang pengasuh pesantren harus siap sedia dalam melayani para tamu yang waktu dan jumlahnya juga tidak menentu. Ada tamu yang datang sendirian, atau bersama keluarga, atau bersama jamaah, dan ada pula yang datang bersama rombongan bis.
Dinamika semacam demikian ini sudah menjadi hal yang lumrah di kalangan pesantren-pesantren yang ada di Indonesia, khususnya di wilayah-wilayah tujuan para pemudik lebaran. Demikian juga lebaran tahun ini di tempat kami, Pesantren Ribath Almuratdla tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Memang tidak ada dalil tekstual yang mendasari amalan ritual tahunan semacam ini, namun demikian itulah realita yang terjadi di kalangan umat Islam bangsa Indonesia dari dulu hingga kapanpun.
Barangkali ritual tahunan lebaran ini termasuk dalam hadits shahih, man sanna fil islaami sunnatan hasanatan fa lahuu ajruha wa ajru man `amila biha, barang siapa yang memberi contoh amalan baik di dalam Islam, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya.
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|