URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 5 users
Total Hari Ini: 208 users
Total Pengunjung: 6224320 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
Ada Cerita Menarik Dari Karbala Yang Sengaja Dirahasiakan Oleh Syi’ah 
Penulis: (Feehas's Blog)  [3/6/2013]
 
Ada Cerita Menarik Dari Karbala
Yang Sengaja Dirahasiakan Oleh Syi’ah


(Feehas`s Blog)

Ada cerita menarik dari Karbala yang sengaja dirahasiakan oleh syi’ah, mau tahu? baca selengkapnya:

Ada bagian penting yang sering tertinggal dari sejarah Imam Husein, nampaknya bagian yang penting ini sangat jarang sekali dibahas, sehingga pembaca yang ditakdirkan melewatkan pandangannya pada tulisan kali ini sangat beruntung, karena menemukan pembahasan yang hampir belum pernah dibahas.

Kali ini pembaca akan menikmati uraian tentang anak-anak Imam Husein. Sebagaimana kita ketahui bersama, Imam Husein adalah seorang cucu Nabi, manusia yang dicintai oleh Nabi sebagaimana kita mencintai cucunya. Bahkan konon seorang kakek lebih mencintai cucunya dari ayah si cucu yang merupakan anaknya sendiri. Kecintaan Nabi kepada Imam Husein begitu besar, begitu juga kepada kakaknya yaitu Imam Hasan. Kita sebagai orang beriman yang mencintai Nabi wajib mencintai mereka yang dicintai Nabi, termasuk cucundanya yang satu ini, sebagai bukti kecintaan kita kepada Kakeknya. Namun kecintaan kita kepada sang Kakek haruslah lebih besar.

Waktu kemudian berlalu sehingga Muawiyah mangkat dan mengangkat Yazid sebagai khalifah. Imam Husein yang enggan berbaiat kepada Yazid segera melarikan diri ke Makkah. Sesampai di Makkah penduduk kota Kufah mengirimkan surat yang jumlahnya mencapai 12.000 pucuk surat, yang isinya meminta sang Imam untuk berangkat ke Kufah, di mana penduduknya sudah bersiap sedia untuk membaiat Imam Husein sebagai khalifah. Di antara isi surat itu adalah memberitahu sang Imam bahwa di Kufah terdapat 100.000 pasukan yang siap berdiri di belakangnya untuk melawan Bani Umayyah (Lihat kitab Faji’atu Thaff hal 6, karangan Muhammad Kazhim Al Qazweini).

Membaca surat itu, sang Imam yakin akan kesiapan 100000 penduduk Kufah yang telah siap dengan pedang terhunus untuk melawan dan “kezhaliman bani Umayah”, Imam Husein akhirnya berangkat menuju Kufah bersama keluarganya.

Namun kali ini Imam tertipu. Sebelum sampai ke kota Kufah rombongan beliau dicegat oleh tentara suruhan Ibnu Ziyad yang dipimpin oleh Umar bin Saad. Ketika rombongan sang Imam dicegat, kita tidak mendengar 100000 pasukan yang konon siap membela Imam Husein itu ikut membela dan berperang melawan musuhnya, kita tidak tahu kemana perginya mereka, begitu juga 12.000 orang yang menuliskan surat ketika sang Imam berada di Makkah. Jika 100.000 orang yang mengaku pembela Imam itu ikut berada di padang Karbala, pasti “tentara bani umayah” dapat dengan mudah dikalahkan.

Mereka yang memanggil sang Imam begitu saja lari dari tanggungjawab. Mereka tega membiarkan cucu sang Nabi terakhir dijadikan bulan-bulanan, mereka tega darah suci keluarga Nabi tumpah akibat larinya mereka dari tanggungjawab. Di dunia mereka bisa lari, namun di akhirat kelak tidak. Sang Imam beserta rombongannya dibiarkan begitu saja menjadi korban pengkhianatan mereka yang mengaku sebagai pengikut dan pembelanya. Rupanya inilah karakter mereka yang mengaku-aku dan sok menjadi pembela Ahlulbait sejak zaman para Imam.

Akhirnya sang Imam pun Syahid menjadi korban pengkhianatan mereka yang mengaku menjadi pembelanya. Sang Imam Syahid beserta para keluarganya, di antaranya adalah : saudara sang Imam, putra Ali bin Abi Thalib: Abubakar, Umar, Utsman. Bisa dilihat di kitab Ma’alimul Madrasatain karangan Murtadha Al Askari, jilid 3 hal 127. juga dalam kitab Al Irsyad karangan Muhammad bin Nukman Al Mufid hal. 197, I’lamul Wara karangan Thabrasi hal 112, juga kitab Kasyful Ghummah karangan Al Arbali jilid 1 hal 440. ini adalah sebagian referensi saja, yang lainnya sengaja tidak kami sebutkan karena terlalu banyak. Sementara putra Imam Husein di antaranya: Abubakar bin Husain dan Umar.

Sampai di sini mungkin pembaca belum tersadar akan sebuah fenomena yang menarik. Kita lihat di sini Imam Ali dan Imam Husein menamakan anaknya dengan nama para perampas haknya. Kita ketahui bahwa Syiah meyakini bahwa khilafah bagi Ali telah ter-nash-kan dari ketentuan Allah dan RasulNya, sedangkan mereka yang tidak mengakui adanya nash dianggap merasa lebih pandai dari Nabi.

Dalam sejarah diyakini oleh Syiah bahwa Abubakar telah merampas hak yang semestinya menjadi milik Ali. Di antara bentuk protes Ali adalah khotbah syaqsyaqiyyah yang tercantum dalam sebuah literatur penting Syiah yaitu kitab Nahjul Balaghah. Namun yang aneh di sini adalah Ali yang memberi nama anaknya dengan nama si perampas hak yang sudah tentu bagi Syi’ah, para perampas itu adalah dibenci Allah.

Begitu juga menamai anaknya dengan nama Umar, sang penakluk yang telah mengubur kerajaan Persia untuk selamanya, dan orang yang konon dianggap Syiah, telah memukul bunda Fatimah hingga keguguran. Sering kita dengar dari tokoh-tokoh Syiah, bahwa Umar telah memukul Fatimah, perempuan suci putri Nabi dan istri Ali hingga janin yang dikandungnya gugur, sungguh nekad orang yang berani memukul putri Nabi.

Namun dalam sejarah tidak disebutkan pembelaan Ali terhadap istrinya yang dipukul, malah memberi nama anaknya dengan nama orang yang memukul putri Nabi yang sekaligus adalah istrinya. Sementara di sisi lain kita tidak pernah menemukan bahwa Ali memberi nama anaknya dengan nama ayahnya yang “tercinta” yaitu Abu Thalib. Begitu juga para Imam Ahlulbait tidak pernah tercantum bahwa mereka memberi nama anak mereka dengan nama Abu Thalib.

Apakah para Imam Ahlulbait lebih mencintai Abubakar dibanding cinta mereka pada Abu Thalib, kakek mereka sendiri? Ternyata fakta berbicara demikian. Mengapa tidak ada seorang Imam maksum –terbebas dari kesalahan dan dosa- yang memberi nama anaknya dengan nama Abu Thalib? Jika ada yang mengatakan bahwa para Imam Ahlulbait memberi nama anak mereka dengan nama-nama musuh karena basa-basi, apakah para imam begitu penakut sehingga harus berbasa-basi dalam hal nama anak?

Ataukah para Imam begitu hina mau dipaksa orang lain untuk memberi nama anaknya sendiri?

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam