URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 9 users
Total Hari Ini: 100 users
Total Pengunjung: 6224207 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
SILATURRAHIM KELUARGA BANI HARUN (BANI MANGUNSARI) 
Penulis: Pejuang Islam [ 24/8/2012 ]
 
SILATURRAHIM KELUARGA BANI HARUN (BANI MANGUNSARI)

Luthfi Bashori

Pada bulan Syawwal 1433 ini, kami diundang panitia perkumpulan keluarga keturunan Datuk Mangunsari. Pertemuan itu sebenarnya hanya berkisar pada 4 bani, yaitu Bani Juairiyah, Bani Syamsuri, Bani Khatam dan Bani Mas Zamzami putra-putri dari Datuk Harun. Kami sendiri dari jalur ibu termasuk dari keluarga Bani Juairiyah.

Acaranya adalah tahlilan dan sambutan-sambutan. Sambutan pertama atas nama Bani Khatam sebagai tuan rumah, diwakili oleh Bpk. Budi. Lantas sambutan berikutnya atas nama Bani Syamsuri yang disampaikan oleh Ust. Ahmad Muhajir, beliau secara silsilah dalam pertemuan ini termasuk keluarga tertua sekalipun usianya terhitung tidak terlalu tua.

Kemudian sambutan berikutnya atas nama Bani Juairiyah oleh kakak kami Ust. Anas Bashori. Yang terakhir sambutan atas nama Bani Mas Zamzami yang diwakili oleh Bpk Zainullah.

Kemudian dalam ceramah agama yang tanpa ada kesepakatan, tiba-tiba pembawa acara menunjuk kami pribadi untuk menyampaikan mauidhah hasanah.

Setelah menyampaikan pembukaan seperti pada umumnya, kemudian sehubungan para datuk yang menjadi tonggak keluarga adalah termasuk orang-orang shaleh, maka kami menyebut beberapa kebaikan mereka sesuai tuntunan hadits udzkuru mahaasina mautaakum (sebutkan kebaikan-kebaikan mayit kalian).

Antara lain : Datuk Mangunsari, makamnya ada di daerah Mbiru Singosari. Konon termasuk salah satu tokoh pembuka jalan masuknya agama Islam di Singosari. Beliau oleh keluarga diyakini masih ada kekerabatan dengan kesultanan Solo. Beliau punya saudara bernama Datuk Mangundirejo.

Di antara makam kuburan keluarga dari keturunan beliau berdua ini masih ada yang tertulis julukan `Raden` pada batu nisannya. Sedangkan di kalangan kerabat yang tergolong sangat dekat dengan kami, sudah lama membuang atribut semacam itu, sekalipun ketokohannya masih diperhitungkan oleh masyarakat.

Sebut saja Datuk Juairiyah yang mempunyai putri bernama Siti Halimah yang dikenal sebagai `tuan tanah` di jamannya. Datuk Siti Halimah ini termasuk ahlul khair yang konon mewaqafkan sebidang tanah untuk mushalla yang cukup luas.

Ketokohan Datuk Siti Halimah cukup dikenal oleh masyarakat Singosari di kala itu, sehingga datuk kami dari pihak ayah, KH. Murtadla sebagai ahli Alquran Singosari, konon tertarik mempersunting salah satu cucu wanita dari Datuk Siti Halimah ini untuk dijodohkan dengan cucu Datuk Murtadla, yaitu menikahkan kedua orang tua kami, ayahanda, KH. Basori Alwi cucu dari Datuk Martadla mendapat ibunda, Nyai Qomariyah Hamid cucu dari Datuk Siti Halimah.

Adapun dari keluarga Bani Syamsuri, banyak terlahir para jawara Qari` yang bersuara merdu, bahkan ada beberapa orang di antara mereka yang pernah menjadi juara MTQ Nasional. Belum lagi lahir para kiai dari Bani Syamsuri yang membuka pesantren khusus Alquran.

Tentunya ini adalah trend sangat positif yang tidak dapat dipungkiri oleh siapapun, karena mengelola sebuah pesantren itu harus mempunyai ilmu khusus dan tidak semua orang dapat melakukannya. Bahkan tidak semua ulama yang ada di Indonesia lantas mampu mengelola sebuah pesantren, sekalipun mereka adalah lulusan pesantren.

Karena mengelola pesantren itu membutuhkan beberapa gabungan ilmu, pengalaman, kesabaran dan keuletan serta ketlatenan tersendiri. Mengelola sebuah pesantren bukan sekedar pertimbangan proses belajar-mengajarnya, tapi bagaimana agar seluruh santri itu dapat bertahan hidup dengan baik dan benar, hingga tatkala sudah waktunya terjun di masyarakat, mereka dapat menjadi pribadi yang tangguh, baik dan bermanfaat.

Termasuk yang harus dipikirkan oleh para pengelola pesantren adalah bagaimana makannya para santri, bagaimana kesehatan mereka, bagaimana kebutuhan air mandi mereka, bagaimana proses kepribadian mereka dan segala tetek-bengek urusan para santri dalam menjalani kehidupan sehari-hari di pesantren.

Untuk Bani Mas Zamzami, hakikatnya mereka termasuk kelurga yang lebih jauh, karena secara silsilah Datuk Mas Zamzami adalah saudara sepupu Datuk Juairiyah, sedangkan Datuk Syamsuri dan Datuk Khatam adalah adik kandung dari Datuk Juairiyah.

Sebagai penutup mau`dhah hasanah, kami membawa hikayat, konon ada salah satu keturunan budak Afrika, sebut saja bernama Abel, yang mana datuknya, sebut saja bernama Burma, konon adalah budak milik seorang alim, sebut saja Syeikh Ahmad yang terkenal berakhlak mulia dan sangat dihormati serta disegani oleh masyarakatnya.

Budak Burma dan keturunannya, hingga pada figur Abel sang cicit, selalu mengamalkan ajaran Syeikh Ahmad secara turun temurun, hingga keluarga Burma pun menjadi terhormat di masyarakat karena dikenal kebaikan akhlak dan budi pekertinya, apalagi dikenal selaku pengikut setia Syeikh Ahmad.

Sebaliknya ada keturunan langsung dari Syeikh Ahmad yang usianya selevel dengan Abel, sebut saja namanya Malik, justru dikucilkan oleh masyarakat, karena akhlaknya yang tidak terpuji, yang bisanya hanya membangga-banggakan diri sebagai keturunan Syeikh Ahmad.

Tatkala Malik bertemu Abel, maka terjadi dialog ringan :

MALIK : Mengapa engkau yang keturunan Budak Burma milik datukku, Syeikh Ahmad, justru disanjung oleh masyarakat, sedangkan mereka tidak memperdulikan diriku, padahal aku ini keturunan langsung dari Syeikh Ahmad ?

ABEL : Ya, itu karena keluarga kami senantiasa berusaha melestarikan ajaran datukmu untuk selalu berperilaku yang baik dan mulia, sedangkan engkau justru mengikuti kebiasaan buruk bangsaku, para kaum budak, yang rata-rata tidak memiliki adab sopan santun dalam bergaul, disebabkan rendahnya tingkat pendidikan mereka.

Akhirnya, kami berpesan agar seluruh keluarga yang hadir dalam pertemuan Bani Harun (Bani Mangunsari) selalu berusaha melestarikan ajaran yang baik dan mulia dari amaliyah para datuk yang dijadikan sebagai tonggak dalam menjalani kehidupan.
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam