|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 8 users |
Total Hari Ini: 100 users |
Total Pengunjung: 6224207 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
BERWUDLULAH ! |
Penulis: Pejuang Islam [ 10/8/2012 ] |
|
|
BERWUDLULAH !
Luthfi Bashori
Mendengar khuthbah Jumat di bulan Ramadlan ke 21, kami cermati dengan seksama pidato khatib yang menyampaikan tema pentingnya bertaqwa kepada Allah, yang antara lain dengan cara pandai-pandai mengendalikan hawa nafsu.
Di saat puasa, melampiaskan amarah adalah termasuk bentuk umbar hawa nasfu yang tidak terpuji, maka seorang muslim yang sedang berpuasa harus pandai mengendalikan amarahnya.
Nabi SAW juga mengajarkan kepada orang yang sedang berpuasa, kok diganggu orang lain, hendaklah dia mengatakan : Inni shaaim (aku sedang berpuasa). Maksudnya agar orang yang mengganggunya itu tahu jika dirinya sedang berpuasa, dan sedang berusaha menahan amarah maupun ketersinggungan hati.
Upaya menjaga amarah dapat juga dilakukan dengan cara mengambil air wudlu di saat emosinya terpancing. Karena orang yang marah itu rawan ditunggangi setan, sedangkan setan sendiri diciptakan dari api, dan untuk memadamkan api itu perlu disiram air. Maka barangsiapa yang sedang marah hendaklah segera berwudlu.
Orang yang berpuasa, namun tidak dapat mencegah nafsu amarahnya, sama saja dengan gambaran Nabi SAW : Kam min shaaimin laisa min shiyaamihi illal juu` wal `athas (Banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apapun dari puasanya itu kecuali lapar dan haus).
Artinya sekalipun dirinya sudah berkorban tidak makan dan tidak minum selama sehari penuh, namun tidak mendapat pahala apapun dari Allah, demikian ini karena ulahnya sendiri yang tidak dapat menjaga diri dari hal-hal yang dilarang oleh syariat, termasuk mengumbar hawa nafsu amarah.
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|