URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 7 users
Total Hari Ini: 202 users
Total Pengunjung: 6224314 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
RUKYAH HILAL 
Penulis: Pejuang Islam [ 4/8/2012 ]
 
RUKYAH HILAL

Luthfi Bashori

 

Salah satu santri program Ramadlan di PIQ, tahun 2012 M, pada pengajian hari ke – 15 bulan Ramadlan, ada yang bertanya berkaitan dengan pemahaman hadits Shuumuu li rukyatihi wa afthiruu li rukyatihi (berpuasalah jika  kalian melihat hilal/bulan tsabit, dan berlebaranlah kalian jika melihat hilal/bulan tsabit), mengapa ada perbedaan dalam prakteknya di lapangan?

Secara ringkas kami jawab: Dalam fiqih madzhab Syafi`i yang dianut oleh mayoritas bangsa Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Man ra-al hilaal fa `alahil `amalu bih (barangsiapa yang melihat hilal, maka ia wajib mengamalkannya), alias wajib berpuasa/berlebaraan.

2.  Man shaddaqa man ra-al hilaal fayajuuzul `amalu bihi (barangsiapa yang percaya terhadap orang yang melihat hilal, maka boleh dia mengamalkannya) alias boleh berpuasa/berlebaran.

3.  Man ra-al hilaal wa atsbatathal hukuumah fa yajibu `ala ahlil baladi an yasuumuu au yufthiruu (barangsiapa yang melihat hilal dan ditetapkan/diresmikan oleh pemerintah, maka wajib bagi seluruh masyarakat untuk berpuasa/berlebaran.

4.   Man ra-al hilaal falam tutsbithal hukuumah fa `alal raa-il `amalu bihi, wa `alal ummati bil khiyaar, man araada an yashuuma au yufthira fal yashum ua yufthira, waman araada an yastakmila tsalatsiina yauman fal yastakmil (barangsiapa yang melihat bulan, namu tidak ditetapkan/diresmikan oleh pemerintah, maka wajib mengamalkan bagi yang melihatnya, sedangkan bagi umat Islam boleh memilih antara berpuasa/ lebaran karena mempercayai adanya hilal atau tidak mempercayai adanya hilal, bagi yang percaya terhadap terlihatnya hilal maka boleh berpuasa/lebaran, bagi yang tida percaya terlihatnya hilal, maka hendaklah menggenapkan hitungan bulan Sya`ban/Ramadlannya menjadi tiga puluh hari. Alias  selang satu hari berikutnya ia barulah wajib berpuasa/berlebaran.

Dengan demikian, urusan penentuan awal bulan Ramadlan dan awal bulan Syawwal sangat memungkinkan untuk berbeda antar yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan semacam ini boleh dan lumrah terjadi di kalangan umat Islam terdahulu, namun tidak ada permasalahan yang timbul sedikitpun di antara mereka.

Namun dewasa ini justru sering terjadi kesalahfahaman dalam menyikapi perbedaan furu`iyah/ijtihadiyah yang diperbolehkan oleh syariat itu, yang terkadang malah dijadikan alat permusushan. Faktornya antara lain, lantaran keberadaan alat-alat canggih, sehingga jika ada pernyataan seseorang yang berada di ujung barat maka dapat diketahui oleh orang yang berada di ujung timur.

Sekarang ini, jika ada Tim Rukyah yang merasa berhasil merukyah hilal di Cakung Jakarta misalnya, maka karena pemberitaan Televisi, Radio dan alat canggih lainnya, maka masyarakat Jawa Timur dapat mengetahuinya, sekalipun Tim yang merukyah di Tanjung kodok Jawa Timur tidak berhasil merukyah hilal.

Padahal, dalam ajaran fiqih ada pendapat yang mengatakan: likulli masaafatil qashri rukyatul hilaal (pada setiap batas diperbolehkannya Qashar shalat (sekitar 84 km), maka boleh ada tim yang mengadakan rukyah hilal.

Artinya, tidak menutup kemungkinan pada setiap batas anggap saja 100 km, keputusan masyarakat yang berada di daerah itu akan berbeda dengan masyarakat di daerah lain untuk mulai berpuasa dan menentukan kapan berlebarannya.

Lebih kongkrit dalam penggambaran praktek fiqih di lapangan di masa lampau adalah sebagai berikut:  Warga sekitar Malang kebetulan berlebaran misalnya hari Ahad, karena timnya berhasil rukyah hilal pada saat hari Sabtu menjelang Maghrib, sedangkan warga sekitar Gresik berlebaran pada hari Senin, karena timnya tidak berhasil merukyah hilal.

Untuk warga Tuban berlebaran Ahad, karena berhasil rukyah hilal, sedangkan warga Rembang  berlebaran Senin karena tidak berhasil rukyah. Warga Kudus berlebaran Ahad, sedangkan warga Pekalongan berlebaran Senin, Warga Cirebon berlebaran Ahad, sedangkan warga Jakarta berlebaran Senin, demikian dan seterusnya. Karena di jaman dahulu itu tidak tersedia alat kominikasi yang canggih untuk saling menginfokan hasil rukyah masing-masing, namun menurut hukum fiqih, bahwa keputusan penetapan awal puasa maupun hari lebaran bagi umat Islam di masa lampau yang hasilnya tidak seragam itu tetap sah menurut hukum Islam, karena sesuai kaedah: Pada setiap batas diperbolehkannya Qashar shalat (sekitar 84 km), maka boleh mengadakan rukyah hilal.

Hukum bolehnya melakukan rukyah hilal dengan pengamalan di lapangan yang ternyata hasilnya variatif semacam gambaran di atas, tetap berlaku dan tidak berubah selamanya, sekalipun saat ini sudah banyak alat-alat canggih, yang dapat digunakan saling menginfokan hasil rukyah hilal dari masing-masing daerah.

 

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam