HAUL ABUYA SAYYID MUHAMMAD ALWI AKMALIKI
Luthfi Bashori
Sekalipun Haul Abuya yang tepat adalah pada tanggal 15 Ramadlan, namun kami di Pesantren (PIQ dan Ribath) melaksanakan pembacaan tahlil dan kirim doa khusus untuk beliau pada hari Kamis, 13 Ramadlan, tiada lain karena menepatkan waktu kami mengkaji karangan beliau, kitab Tahqiiqul A`maal di PIQ bakdal Ashar. Sedangkan pelaksanaan haul Abuya di Ribath yang lebih khusus kami laksanakan malam harinya setelah usai acara di PIQ.
Teringat saat kami bermukim di Makkah, kami sampaikan kepada para santri, bahwa konon kami seringkali mendengar cerita dari masyarakat bahwa banyak di antara orang-orang shaleh yang hidup di Makkah maupun Madinah bermimpi bertemu atau melihat Rasulullah SAW dalam tidur mereka.
Bahkan para santri yang langsung diasuh oleh Abuya, yang bermukim di pesantren Rushaifah, tak jarang juga di antara mereka yang bermimpi bertemu atau melihat Rasulullah SAW dalam tidurnya. Bermacam-macam kondisi Rasulullah SAW yang mereka temukan atau mereka lihat dalam mimpinya itu. Adakalanya Rasulullah SAW dalam keadaan masih muda usia, atau saat usia dewasa, bahkan dalam usia tua.
Pakaian Rasulullah SAW yang mereka temui juga bervariasi, terkadang beliau SAW memakai jubbah dan imamah (sorban) putih sebagimana yang umum dipakai oleh warga Saudi Arabiyah, atau berwarna hijau, atau kuning , bahkan ada juga yang melihat Rasulullah SAW dalam mimpi itu beliau SAW berpaiakan ala ulama Jawa, yaitu bersarung dan berbaju taqwa serta berpeci putih kotak lonjong khas Jawa (Indonesia), dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW sediri pernah bersabda : Barangsiapa yang melihatku dalam mimpi maka sungguh ia melihatku dengan sesungguhnya, karena setan tidak dapat menyerupaiku. (HR. Bukhari).
Anehnya dari sekian banyak masyarakat yang bermimpi melihat Rasulullah SAW itu, kebanyakan mereka melihat Rasulullah SAW menyerupai penampilan keseharian Abuya Almaliki. Bahkan tak jarang juga wajah Rasulullah SAW yang tampak itu hampir sama dengan wajah Abuya Almaliki, atau ibarat pinang dibelah dua.
Di saat mengenang Abuya Almaliki, tak muda untuk menyampaikan kepada para santri maupun para pembaca, karena bahasa lisan maupun goresan tangan tidak akan mampu menyampaikan seperti keadaan sebenarnya yang disaksikan oleh mata dan hati secara langsung.
Dalam bahasa yang sangat ringkas, masyarakat sering menyifati Abuya Almaliki sebagai figur yang memiliki : Maal wal jamaal wal kamaal (harta kekayaan yang melimpah, wajah dan penampilan yang rupawan, dan kesempuranaan ilmu yang tidak diragukan). Dalam bab ini, Alhamdulillah sempat kami ulas secara ringkas di depan para santri dalam peringatan haul Abuya ini.