URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 200 users
Total Pengunjung: 6224312 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
JALAN BERSAMA KE KUBURAN  
Penulis: Pejuang Islam [ 15/9/2016 ]
 
JALAN BERSAMA KE KUBURAN

Luthfi Bashori

Suara itu terdengar semula sayup-sayup, namun lambat laun semakin jelas, bahkan saat melewati mulut gang di tempat kami bermukim, seakan suara gemuruh itu berada di depan telinga. Selidik punya selidik, ternyata sebuah keranda bertuliskan Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun berwarna putih dengan background kain hijau sedang digotong beramai-ramai lewat di depan mulut gang.

Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun, tanpa terasa lisan ini mengucapkan dzikir istirja` atas wafatnya seorang tetangga dari kampung sebelah. Muhammad Shaleh, orang yang shaleh itu kini telah berpulang ke hadirat Allah SWT.

Karena keshalehannya dalam ibadah dan baiknya perangai dalam bergaul, maka masyarakat merasa kehilangan seorang panutan, hingga mereka datang berduyun-duyun ke rumah duka untuk berta`ziyah, sekaligus membantu keluarga mayyit dalam merawat jenazah yang mulia itu, mulai dari perawatan saat di rumah hingga mengantarkannya ke makam kuburan.

Laa ilaaha illallah  Laa ilaaha illallah  Laa ilaaha illallah  Laa ilaaha illallah 

Demikianlah terdengar suara gemuruh dzikir yang penuh hidmat itu tak henti-hentinya terus dikumandangkan oleh para pelayat. Beda sekali rasanya, situasi mengikuti pemakaman jenazah figur yang benar-benar shaleh seperti Almarhum Muhammad Shaleh ini dibanding situasi saat mengantarkan jenazah orang-orang awam pada umumnya yang bisa-biasa saja saat menjalani hidup di tengah masyarakat.

Jaman sekarang, jika ada jenazah yang harus diantarkan ke makam kuburan, maka tak jarang para pelayat yang mengiringinya ke makam kuburan itu sibuk berbincang-bincang tentang urusan duniawi yang tidak terkait sama sekali dengan urusan kematian. Namun sangat berbeda dengan keberadaan jenazah Muhammad Shaleh, orang yang shaleh ini, para pelayat pun mengikuti sunnah Nabi SAW, sebagaimana diriwayatkan :  

Dari Ibnu Umar RA ia berkata: Kami tidak pernah mendengar dari Rasulullah SAW ketika beliau mengantarkan jenazah kecuali ucapan: La Ilaaha Illallah, pada waktu berangkat dan pulangnya. (kitab Mizan al-Itidal fi Naqd al-Rijal, juz II, hal. 572).

Pada wajah-wajah yang penuh kesedihan dan kehilangan itu, tampak para pelayat secara ikhlas membaca dzikir Laa ilaaha illallah  Laa ilaaha illallah  Laa ilaaha illallah  tanpa merasa takut dituduh bid`ah sesat oleh kaum wahhabi yang akhir-akhir ini marak bergentayangan dan masuk di perkampungan umat Islam negeri ini.

Di sebagian tempat, kaum Wahhabi berkoar-koar mengatakan bahwa berdzikir saat mengantarkan jenazah hukumnya bid`ah yang sesat. Tuduhan ini terlontar, karena kaum Wahhabi tidak banyak memiliki kitab rujukan, hingga dengan mudahnya melontarkan tuduhan-tuduhan keji semacam itu.

Jika saja kaum Wahhabi mau berguru secara ikhlas kepada para ulama Aswaja, maka mereka akan dapat tambahan ilmu seperti dalil bolehnya membaca dzikir bagi para pelayat saat mengantarkan jenazah ke makam kuburan, sebagaimana gemuruh suara Laa ilaaha illallah  Laa ilaaha illallah  Laa ilaaha illallah  di saat mengiringi pemberangkat jenazah almarhum Muhammad Shaleh, orang yang shaleh itu.

(Medio, 8 Ramadlan 1433 H)

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: sugeng  - Kota: makassar
Tanggal: 3/8/2012
 
ijin kyai, bgmn dgn tradisi 7, 40, 100, 1000 hari an.. dan tahlilan selama 7 hari pertama? bid'ah atau bukan? syukran kyai.. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Bukan Bid`ah sesat, segera baca artikel kami berkaitan dengan tema itu di kolom Karya Tulis Pejuang.

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam