.RAMADLAN HARI KE-6 DI RIBATH ALMURTADLA
Luthfi Bashori
Wa fii kulli syai-in lahuu aayatun # tadullu alaa annahu waahidu
(dan pada setiap sesuatu itu ada tanda-tanda yang menunjukkan keesaan Allah)
Syair ini mengawali pembahasan tentang kemaha-esaan Allah pada surat Al-isra yang dibaca oleh para santri setelah melaksanakan sahur bersama dengan menu ayam goreng, sambil menunggu adzan Subuh yang di kumandangkan di masjid Jami` Hizbullah Singosari Malang.
Di sela-sela para santri membaca tartil Alquran secara bersama-sama dengan pembacaan terjemahan secara bergantian, terdengar pula suara pengumuman Ta`mir masjid : Perhatian, kaum muslimin dan muslimat, jam di masjid Hizbullah menunjukkan imsak kurang 30 menit
Inti pelajaran hari ini adalah, bahwa kaum kafir itu akan menolak jika dibacakan Alquran kepada mereka, karena telinga mereka sudah tertutup oleh kekafiran hatinya. Hati mereka sudah tertutup karat kebusukan dan kemungkaran akibat penyembahan kepada tuhan-tuahn selain Allah.
Maka jiwa mereka tidak ubahnya seperti binatang-binatang ternak, bahkan lebih jelek dari binatang-binatang itu. Mereka mendengarkan firman Allah tapi tidak paham apa yang didengarkan. Jika binatang mendengarkan firman Allah dikumandangkan, maka hanya mampu mendengarkan namun tidak paham isi yang terkandung, sedangkan kaum kafir itu, sudah tidak paham apa yang terkandung dalam Alquran, mereka juga sengaja mengingkari dan menentang pembacaan Alquran itu.
Apalagi jika engkau mengagungkan nama Allah SWT di hadapan mereka, maka mereka akan lari terbirit-birit layaknya para setan yang menjadi panutan dalam menjalai hidup keseharian mereka.
Kalaupun mereka menampakkan diri menerima penyebutan nama Allah SWT, pada hakikatnya hati mereka ingkar sedalam-dalamnya, dan mereka akan menjadikan penyebutan nama Allah itu sebagai bahan ejekan belaka, seperti juga mereka jadikan Alquran sebagai bahan tertawaan mereka. Maka kelak Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang amat pedih dan menyakitkan.
Karena itu tidak layak sama sekali seorang muslim menjadikan kaum kafir sebagai mitra dalam menjalani kehidupan se hari-hari dalam segala hal. Selagi masih dapat menjalin hubungan dengan sesama muslim, maka menjaga hubungan dengan sesama muslim inilah yang diperintahkan oleh Allah. Kecuali dalam keadaan terpaksa semisal dalam urusan jual beli yang mengharuskan berhubungan dengan kaum kafir.