URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 5 users
Total Hari Ini: 209 users
Total Pengunjung: 6224321 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
Islam di Rusia: Potensial Menjadi Kekuatan Baru Islam Dunia 
Penulis: majalah-alkisah.com [25/3/2013]
 
Islam di Rusia: Potensial Menjadi Kekuatan Baru Islam Dunia


Yulika Satria Daya, host Jejak Islam dan Backpacker yang rerun di TV One, ketika bertugas ke Moskow berhasil melihat perkembangan komunitas muslim di Negeri Beruang Merah itu dari dekat. Pengalamannya ia ceritakan untuk pembaca alKisah..

Rusia, negara yang berada di sebelah utara benua Asia dan timur benua Eropa, kini memberi ke­be­basan warga negaranya untuk memi­lih agama menurut kepercayaan masing-masing. Padahal waktu negara ini masih menjadi bagian dari Uni Soviet, ajaran agama apa pun tidak diperbolehkan ber­kembang di sini. Seluruh tempat ibadah ditutup. Literatur agama dimusnahkan. Pemimpin umat beragama pun mem­per­oleh tekanan keras. Mereka tidak memi­liki kesempatan untuk bersosialisasi. Namun kondisi ini berubah membaik, sejak Uni Soviet jatuh tahun 1991. Rusia memberi kebebasan warga negaranya untuk memeluk agama sesuai keperca­ya­an mereka masing-masing.

Mayoritas penduduk Rusia kini, ham­pir 80%-nya memeluk agama Kris­ten Orthodoks. Pemeluk agama Islam sen­diri sekitar 25 juta jiwa atau 15% dari total penduduk Rusia yang keseluruhannya sekitar 145 juta jiwa.

Muslim di Rusia sebagian besar ber­ada di Tatarstan dan Bashkirs. Sebagian lagi tinggal di antara suku bangsa mino­ritas, seperti Dageshtan, Ingushetia, dan Chechnya. Selain penduduk asli, status pemeluk agama Islam di sana awalnya imigran dari negara tetangga yang dulu merupakan bagian dari Uni Soviet, se­perti Kirgistan, Uzbekistan, dan Kazakh­stan.

Menurut catatan sejarah, syi’ar Islam pertama kali masuk di wilayah Dagesh­tan pada abad kedelapan. Tahun 922 Ma­sehi, pemerintahan Islam pertama ber­diri dengan nama Volgabulgaria. Ti­dak lama kemudian, bangsa Tatarstan ikut memeluk agama Islam, hingga akhir­nya menjadi mayoritas Islam terbesar di Rusia.

7.000 Masjid

Melihat perkembangan agama Islam di Rusia sungguh mengharukan. Tahun 1522, sejarah kelam penindasan kaum muslim di Rusia tidak bisa dilupakan. Ber­awal dari penaklukan Kazan, ibu kota Tatarstan, ketika Tsar Rusia berkuasa. Masjid-masjid dihancurkan. Terjadi dis­kriminasi. Umat Islam di sana hanya di­perbolehkan bekerja di sektor rendahan. Gerak mereka dibatasi di semua bidang.

Penderitaan kaum muslim di negara ini berlanjut dengan pengusiran bangsa Tatarstan. Mereka diminta memilih: ting­gal di wilayah yang sangat jauh di Rusia, atau masuk dalam wilayah kekuasaan Ottoman Turki. Tidak mengherankan bila mayoritas bangsa Tatarstan kini tinggal jauh dari tanah airnya sendiri.

Penderitaan umat Islam belum ber­akhir. Rezim komunis ketika pemerin­tah­an Uni Soviet berkuasa melarang semua ajaran agama berkembang. Masjid-mas­jid ditutup dan dialihfungsikan menjadi gudang. Bahkan ketika Stalin berkuasa tahun 1944, deportasi besar-besaran ter­jadi. Kaum muslim terpaksa pindah ke ne­gara satelit Uni Soviet, seperti Uzbe­kishtan, Kazakhstan. Ratusan ribu orang bekerja dalam skala industri massif sis­tem Gulag Soviet.

Namun kondisi membaik setelah pe­merintahan komunis Uni Soviet hancur tahun 1991. Kehidupan beragama, ter­utama syi’ar Islam, tidak lagi mendapat tekanan dari pemerintah. Selama 15 ta­hun terakhir, perkembangan muslim di Rusia meningkat 40%. Tempat ber­iba­dah pun bebas dibangun. Sekitar 7.000 masjid kini berdiri dan digunakan untuk kaum muslim beribadah.

Sembunyi-sembunyi

Salah satu saksi bisu bagaimana syi’ar Islam di Rusia berkembang adalah Masjid Sabornaya atau Masjid Agung Moskow, yang berada di kawasan Pros­pect Mira. Maka jangan heran, masya­rakat setempat menyebutnya Masjid Prospect Mira. Tempat beribadah ini juga berada persis di samping salah satu stadion terbesar Rusia, Olympic Moscow atau Olimpysky.

Meski ada empat masjid di Moskow, hanya Sabornaya yang diakui pemerin­tah. Adzan bebas berkumandang di sini, tidak seperti di masjid lainnya.

Sabornaya, yang dibangun tahun 1904 oleh arsitek Nikolai Alekseyevich Zhukov, pembangunannya disponsori oleh seorang saudagar, Yusupovich Yerzin. Hanya butuh waktu lima bulan untuk mendirikan tempat beribadah ini. Imam masjid pertama, Badriddin Hazrat Alimov, mengajukan izin kepada peme­rin­tah Moskow untuk menggunakan mas­jid itu sebagai tempat beribadah pada 27 November 1904.

Pada Perang Dunia I dan II, bangun­an ini menjadi tempat penggalangan ban­tuan dari masyarakat untuk para pe­juang di medan perang. Bahkan pernah juga digunakan sebagai tempat perlin­dungan.

Tahun 1960-1970, para imam masjid mempunyai peran besar dalam mencair­kan hubungan antara Uni Soviet dan dunia Islam, termasuk negara-negara Arab. Hubungan dengan negara tetang­ga mencair. Presiden Mesir Gamal Abdul Naser, Presiden Libya Muammar Khadafi, Presiden Iran Muhammad Kha­tami, Presiden Turki Abdullah Gyul, PM Malaysia Mahathir Muhammad, dan Presiden Indonesia pertama Soekarno, pernah berkunjung ke masjid agung ini.

Bangunannya memang tidak mema­dai untuk menampung umat Islam Mos­kow, yang mencapai 2,5 juta jiwa. Oleh karena itu, Presiden Federasi Rusia Di­mitri Medvedev pun akhirnya menyetujui bangunan ini diperluas. Luas totalnya lebih dari 26.000/m2. Kompleks itu me­liputi masjid, gedung dewan pengurus, gedung serbaguna, dan tempat perbe­lanjaan. Masjid ini mampu menampung sekitar 6.000 jama’ah.

Saya bisa merasakan semangat kaum muslim di sini. Usai shalat, jama’ah biasanya saling berbagi pengalaman mereka dalam syi’ar Islam.

Kisah yang selalu menarik perhatian sesama umat di sana adalah cerita dari jama’ah yang asalnya dari Tatarstan, wilayah Rusia, yang didominasi umat muslim, dan umat dari wilayah Chech­nya, yang sejak lama ingin memisahkan diri dari Rusia.

Salah satu imam masjid Sabornaya yang saya temui, Itdar Alautdinov, men­ceritakan, zaman Uni Soviet, kaum mus­lim beribadah sembunyi-sembunyi. Jika ketahuan oleh mata-mata KGB, mereka bisa dikenai hukuman berat.

Selalu Berbatik

Pemerintah Rusia kini ingin menun­jukkan keseriusan mereka, menghargai masyarakatnya memeluk agama menu­rut kepercayaan mereka masing-ma­sing. Salah satunya dengan memberi izin berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi Muslim yang diadakan di Pillar Hall of Unions, atau Koloni Zall, tahun 2009. Tempat ini adalah tempat dahulu mayat Lenin disemayamkan, sebelum disimpan dalam mausoleum di Lapang­an Merah.

Perwakilan dari 40 negara, termasuk Indonesia, hadir. Adalah Dewan Mufti Rusia, Organisasi Konferensi Islam atau OKI, dan Kementerian Luar Negeri Rusia yang menggagas acara ini. Syaikh Ravil Gaitnudin, pemimpin Dewan Mufti Rusia, berharap bisa mempererat hu­bungan Rusia dengan negara-negara muslim. Wajar, bila mengingat jumlah umat Islam Rusia hampir 25 juta jiwa. Mungkin saja, suatu saat negara ini menjadi kekuatan baru Islam dunia.

Beruntung sekali saya bisa berke­nal­an dengan Svet Zacharov, salah satu pe­serta KTT Muslim, yang lancar sekali ber­bahasa Indonesia. Bukan hanya itu, beliau, yang pernah bekerja sebagai war­tawan di Harian Merdeka masa ke­pemimpinan (alm.) B.M. Diah, paling suka mengenakan batik, tanda kecinta­annya kepada Indonesia. Era 1980-an, Zacharov pernah menjabat wakil kepala penerangan Kedutaan Besar Uni Soviet di Jakarta, selain sebagai koresponden untuk Uni Soviet dan Eropa Timur.

Zacharov, kakek tiga cucu yang se­ring menulis ihwal Indonesia bagi media massa Rusia, adalah alumnus Fakultas Ketimuran Jurusan Indonesia di Institut Negeri Moskow. Ia juga telah mener­bit­kan kamus percakapan Indonesia-Rusia.

majalah-alkisah.com
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam