URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 60 users
Total Pengunjung: 6224161 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KREATIFITAS SANTRI
 
   
Salafush Shalih Pun Bermaulid  
Penulis: Khoirul Anwar [ 16/9/2016 ]
 
Salafush Shalih Pun Bermaulid

 Khoirul Anwar

1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah :

Telah jelas dan kuat riwayat yang sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang
ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yang berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka
Rasul saw bertanya maka mereka berkata : “hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun
dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah
swt, maka bersabda Rasul saw : “Kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka
diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yang diberikan pada suatu hari
tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dengan pelbagai
cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi
yang melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt “SUNGGUH ALLAH TELAH
MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG-ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI
MEREKA” (QS Al Imran 164)

2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :

Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah
untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832
dengan sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300, dan telah
diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau
saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah
beliau saw yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada
Allah swt yang telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan
membawa Syariah untuk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan
tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman-teman dan
saudara-saudara, menjamu dengan makanan-makanan dan yang serupa itu untuk
mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. Bahkan Imam Assuyuthiy mengarang
sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii
‘amalilmaulid”.
3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :

Merupakan Bid’ah hasanah yang mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yang diperbuat
setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan
kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan
membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dengan
kelahiran Nabi saw.

4. Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya
‘Urif bitta’rif Maulidissyariif :

Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?,
ia menjawab : “di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua
sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw)
dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)” (shahih Bukhari hadits no.4813). maka
apabila Abu Lahab Kafir yg Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat
keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dg muslim
ummat Muhammad saw yang gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh
balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh-sungguh ia akan dimasukkan ke sorga
kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.

5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam kitabnya
Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy :

Serupa dengan ucapan Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits
Abu Lahab.

6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah berkata “tidak
dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya,
dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pada
malamnya dengan berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan
berlimpah terhadap mereka keberkahan yang sangat besar”.

7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata :
“ketahuilah salah satu bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran
nabi saw”

8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah dengan karangan maulidnya yang terkenal
“al aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, “Sesungguhnya membawa
keselamatan tahun itu, dan berita gembira dengan tercapai semua maksud dan keinginan
bagi siapa yang membacanya serta merayakannya”.

9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah
juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: “Maka Allah akan menurukan rahmat
Nya kepada orang yang menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar”.

10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yang terkenal
dengan Ibn Dihyah alkalbi dengan karangan maulidnya yg bernama “Attanwir fi maulid
basyir an nadzir”.

11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri dengan
maulidnya “urfu at ta’rif bi maulid assyarif”

12. Imam al Hafidh Ibn Katsir yang karangan kitab maulidnya dikenal dengan nama :
“maulid ibn katsir”

13. Imam Al Hafidh Al ‘Iraqy dengan maulidnya “maurid al hana fi maulid assana”

14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy telah mengarang beberapa maulid : Jaami’ al
astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafad arra’iq fi maulid khair al
khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.

15. Imam assyakhawiy dengan maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi

16. Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi dengan maulidnya al mawarid al
haniah fi maulid khairil bariyyah

17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As syaibaniy yang
terkenal dengan ibn diba’ dengan maulidnya addiba’i

18. Imam ibn hajar al haitsami dengan maulidnya itmam anni’mah alal alam bi maulid
sayid waladu adam

19. Imam Ibrahim Baajuri mengarang hasiah atas maulid ibn hajar dengan nama tuhfa al
basyar ala maulid ibn hajar

20. Al Allamah Ali Al Qari’ dengan maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi

21. Al Allamah al Muhaddits Ja’far bin Hasan Al barzanji dengan maulidnya yang
terkenal maulid barzanji

23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattani dengan maulid Al yaman wal
is’ad bi maulid khair al ibad

Namun memang setiap kebaikan dan kebangkitan semangat muslimin mestilah ada yg
menentangnya, dan hal yg lebih menyakitkan adalah justru penentangan itu bukan dari
kalangan kuffar, tapi dari kalangan muslimin sendiri, mereka tak suka Nabi saw
dicintai dan dimuliakan, padahal para sahabat radhiyallahu’anhum sangat memuliakan
Nabi saw, Setelah Rasul saw wafat maka Asma binti Abubakar shiddiq ra menjadikan
baju beliau saw sebagai pengobatan, bila ada yg sakit maka ia mencelupkan baju Rasul
saw itu di air lalu air itu diminumkan pada yg sakit (shahih Muslim hadits no.2069).
Seorang sahabat meminta Rasul saw shalat dirumahnya agar kemudian ia akan menjadikan
bekas tempat shalat beliau saw itu mushollah dirumahnya, maka Rasul saw datang
kerumah orang itu dan bertanya : “dimana tempat yg kau inginkan aku shalat?”.
Demikian para sahabat bertabarruk dengan bekas tempat shalatnya Rasul saw hingga
dijadikan musholla (Shahih Bukhari hadits no.1130). Sayyidina Umar bin Khattab ra
ketika ia telah dihadapan sakratulmaut, Yaitu sebuah serangan pedang yg merobek
perutnya dengan luka yg sangat lebar, beliau tersungkur roboh dan mulai tersengal
sengal beliau berkata kepada putranya (Abdullah bin Umar ra), “Pergilah pada
ummulmukminin, katakan padanya aku berkirim salam hormat padanya, dan kalau
diperbolehkan aku ingin dimakamkan disebelah Makam Rasul saw dan Abubakar ra”, maka
ketika Ummulmukminin telah mengizinkannya maka berkatalah Umar ra : “Tidak ada yang
lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu”
(dimakamkan disamping makam Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.1328). Dihadapan
Umar bin Khattab ra Kuburan Nabi saw mempunyai arti yg sangat Agung, hingga
kuburannya pun ingin disebelah kuburan Nabi saw, bahkan ia berkata : “Tidak ada
yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu”.
Dan masih banyak riwayat shahih lainnya tentang takdhim dan pengagungan sahabat pada
Rasulullah saw, namun justru hal itu ditentang oleh kelompok baru di akhir zaman
ini, mereka menganggap hal hal semacam itu adalah kultus, ini hanya sebab
kedangkalan pemahaman syariah mereka, dan kebutaan atas ilmu kemurnian tauhid. Maka
marilah kita sambut kedatangan Bulan Kebangkitan Cinta Muslimin pada Nabi saw ini
dengan semangat juang untuk turut berperan serta dalam Panji Dakwah, jadikan medan
ini benar benar sebagai ajang perjuangan kita untuk menerangi wilayah kita,
masyarakat kita, masjid kita, musholla kita, rumah rumah kita, dengan cahaya
Kebangkitan Sunnah, Cahaya Semangat Hijrah, kemuliaan kelahiran Nabi saw yg
mengawali seluruh kemuliaan islam, dan wafatnya Nabi saw yg mengawali semangat
pertama setelah wafatnya beliau saw.

Saudara saudarku, kelompok anti maulid semakin gencar berusaha menghalangi tegaknya
panji dakwah, maka kalian jangan mundur dan berdiam diri, bela Nabimu saw, bela
idolamu saw, tunjukkan akidah sucimu dan semangat juangmu, bukan hanya mereka yg
memiliki semangat juang dan mengotori masji masjid ahlussunnah dengan pencacian dg
memfitnah kita adalah kaum musyrik karena mengkultuskan Nabi,

Saudaraku bangkitlah, karena bila kau berdiam diri maka kau turut bertanggung jawab
pula atas kesesatan mereka, padahal mereka saudara saudara kita, mereka teman kita,
mereka keluarga kita, maka bangkitlah untuk memperbaiki keadaan mereka, bukan dengan
pedang dan pertikaian, sungguh kekerasan hanya akan membuka fitnah lebih besar,
namun dg semangat dan gigih untuk menegakkan kebenaran, mengobati fitnah yg merasuki
muslimin muslimat..

Nah saudara saudaraku, para pembela Rasulullah saw.. jadikan 12 Rabiul awwal adalah
sumpah setiamu pada Nabimu Muhammad saw, Sumpah Cintamu pada Rasulullah saw, dan
Sumpah Pembelaanmu pada Habibullah Muhammad saw.
(majelisrasulullah.org)

SHAHABAT PUN BERMAULID

Dalam kitab-kitab maulid atau rawi, kita dapat menjumpai kalimat-kalimat pujian atas
Rasulullah saaw yang sebenarnya dikutip dari Al-Qur`an, hadits, atau pun perkataan
para shahabat.

Paman Nabi, Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib pernah berkata: Wahai Nabi, engkau
adalah cahaya Allah SWT yang diletakkan pada sulbi Nabi Adam as, sehingga ketika
Nabi Adam as turun ke muka bumi ini, engkau ikut turun ke muka bumi bersama Nabi
Adam as. Lalu nabi Adam as melahirkan anaknya, dan anaknya melahirkan keturunan,
sehingga engkau bersama Nabi Nuh as ketika banjir besar melanda kaumnya, sehingga
engkau berada di sulbi para laki-laki mulya yang menikahi wanita-wanita suci,
sehingga engkau dilahirkan oleh ibumu dengan cahaya yang terang benderang, dan
sungguh hingga kini kami masih dalam naungan cahayamu.

Kalimat-kalimat pujian di atas itu akan kita dapati di dalam kitab-kitab maulid
seperti dalam kitab maulid Ad-Diba’i. Dalam kitab itu dijelaskan bahwa Sayyidina
Abdullah bin Abbas ra meriwayatkan bahwa Nabi saaw bersabda: Sesungguhnya ada
seorang Quraisy yang saat itu masih berwujud nur di hadapan Allah 2000 tahun sebelum
penciptaan Nabi Adam as. Nur itu selalu bertasbih kepada Allah. Dan bersamaan dengan
tasbihnya itu bertasbih pula para malaikat mengikutinya. Ketika Allah akan
menciptakan Adam, nur itu pun diletakkan pada tanah liat asal kejadian Adam. Lalu
Allah menurunkan nur itu ke muka bumi melalui punggung Nabi Adam. Dan Allah
membawaku ke dalam kapal dalam tulang sulbi Nabi Nuh as, dan menjadikan aku dalam
tulang sulbi Nabi Ibrahim Al-Khalil, ketika ia dilemparkan ke dalam api. Tak
henti-hentinya Allah memindahkan aku dari rangkaian tulang sulbi yang suci, kepada
rahim yang suci dan megah. Hingga akhirnya Allah melahirkan aku melalui kedua
orangtuaku yang sama sekali tidak pernah berbuat serong. (Jika kita melihat
silsilah Yesus dalam Alkitab, tentu kita akan tercengang oleh moyang Yesus yang
pernah berbuat serong, yaitu Yehuda dan Tamar.)

Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa para shahabat pun terkadang berkumpul bersama
Nabi saaw, dan mereka membacakan syair-syair pujian di hadapan Nabi saaw dan beliau
saaw tidak melarang mereka, bahkan Rasulullah saaw mendoakan mereka sebagai tanda
keridhoan beliau saaw atas perkataan mereka yang sesungguhnya tidak menyimpang dari
Syari’atul Muthohharoh.

Bukan Muhammad namanya jika tidak boleh dipuji. Beliau dinamakan Muhammad, karena
beliau memang pantas dipuji. Ketika kita memuji beliau saaw, sesungguhnya kita telah
memuji Pencipta beliau. Jika Anda telah memuji istri dan anak Anda dengan ‘cahaya
mata’, mengapa Anda enggan memuji Muhammad Rasulullah? Jika Anda telah memuji
kecantikan isteri Anda, mengapa Anda tidak memuji keluhuran Muhammad Rasulullah
saaw? Jika Anda mengagungkan Ka’bah sebagai qiblat Anda, mengapa Anda tidak
mengagungkan Muhammad Rasulullah? Memuji dan mengagungkan Rasulullah bukanlah suatu bentuk penyembahan kepada beliau, sebagaimana ketika kita shalat menghadap Ka’bah
bukanlah suatu bentuk penyembahan kepada Ka’bah.
Jika Anda beri’tiqad bahwa memuji dan mengagungkan Rasulullah itu syirik, maka
jangan lagi Anda shalat menghadap Ka’bah, toh kemana pun Anda menghadap, disitu Anda
dapati Wajah Allah. Dan jangan lagi Anda mencium Hajar Aswad. Jangan lagi Anda
bersa’i antara Shofa dan Marwah. Jangan lagi Anda berthawaf mengelilingi Ka’bah.
Karena berdasarkan i’tiqad tersebut, semua itu adalah merupakan penyembahan kepada
Ka’bah, Hajar Aswad, Shofa, dan Marwah.
Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebahagian dari syi`ar Allah.. Maka barang
siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-`umrah, maka tidak ada dosa baginya
mengerjakan sai antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan
dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha
Mengetahui. [QS. Al-Baqarah: 158]
Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan apa-apa yang terhormat
di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. [QS. Al-Hajj: 30]
Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka
sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. [QS.. Al-Hajj: 32]
Adakah sesuatu yang lebih terhormat dari Muhammad Rasulullah saaw di sisi Allah?
Siapakah yang namanya berdampingan dengan Nama Allah di pintu surga? Siapakah nama
yang disebut Nabi Adam as untuk bertawassul ketika beliau melakukan suatu kesalahan?
Tidak layakkah Muhammad Rasulullah saaw untuk diagungkan oleh orang-orang yang
bertaqwa? Tidak ada makhluq yang lebih layak untuk diagungkan daripada Muhammad
Rasulullah saaw. Kerena beliau saaw adalah makhluq paling terhormat di sisi Allah.
Dari Umar ra. Ia berkata: Rasulullah SAAW bersabda, “Tatkala Adam melakukan
kesalahan, dia berkata: “Wahai Rabbku, aku memohon kepada-Mu dengan haq Muhammad
akan dosa-dosaku, agar Engkau mengampuniku.” Lalu Allah berfirman: “Wahai Adam,
bagaimana kamu mengenal Muhammad sedang Aku belum menciptakannya (sebagai manusia)
?” Adam menjawab: “Wahai Rabbku, tatkala Engkau menciptakanku dengan Tangan-Mu dan
meniupkan ruh-Mu ke dalam diriku, maka Engkau Mengangkat kepalaku, lalu aku melihat
di atas kaki-kaki arsy tertulis ‘Laa Ilaaha illallaah Muhammadur Rasuulullaah’
sehingga aku tahu bahwa Engkau tidak menambahkan ke dalam Nama-Mu kecuali makhluq
yang paling Engkau cintai.” Lalu Allah Berfirman: “Benar engkau wahai Adam,
sesungguhnya Muhammad adalah makhluq yang paling Aku cintai, berdoalah kepadaku
dengan haq dia, maka sungguh Aku Mengampunimu. Sekiranya tidak ada Muhammad, maka
Aku tidak menciptakanmu.” [HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak
juz 2 halaman 615, dan beliau mengatakan shahih. Juga Al-Baihaqi dalam Dalailun
Nubuwwah. Ibnu Taimiyah mengutipnya dalam kitab Al-Fatwa juz 2 halaman 150, dan
beliau menggunakannya sebagai tafsir/penjelasan bagi hadits-hadits yang shahih]
Pembacaan rawi dalam perayaan-perayaan maulid bukanlah suatu perkara bid’ah, karena
sebenarnya hal itu juga telah dilakukan para shahabat di hadapan Rasulullah saaw.
Begitu juga dengan berdiri ketika “Asyroqol” atau pun “Thola’al”, itu bukanlah suatu
bid’ah. Karena kita hanya meniru-niru shahabat. Dengan demikian, kita bisa merasakan
apa yang dirasakan shahabat pada saat itu, yaitu kegembiraan yang hanya bisa
dirasakan dan sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Dengan meniru tindakan para
shahabat tersebut, kita merasa bahwa jiwa kita menyatu dengan jiwa mereka, atau jiwa
kita seakan kembali ke masa ketika Rasulullah saaw tiba di Madinatun Nabi pada
tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Pembacaan Maulid/Rawi dan segala kaifiatnya itu bagaikan
pertunjukkan drama dimana kita berperan sebagai para shahabat yang sedang menyambut
kekasih mereka saaw; bagaikan napak tilas kehidupan para shahabat ketika mereka
hidup berdampingan dengan sang kekasih saaw.

Kita memang tidak hidup sezaman dengan Rasulullah saaw, tetapi kita dapat merasakan
bahwa Rasulullah saaw selalu mendampingi kehidupan kita. Spirit seperti inilah yang
dicoba untuk dibangkitkan oleh ulama, yaitu kehidupan ummat yang selalu merasakan
kehadiran Rasulullah saaw. Spirit yang timbul dari pancaran jiwa Muhammad
Rasulullah saaw. Rasa seperti ini tidak dapat dipahami, kecuali oleh mereka yang
selalu merindukan pertemuan dengan kekasih mereka, Muhammad Rasulullah saaw.

MERAYAKAN MAULIDUR RASUL SAW

Ditulis pada 28 Nopember, 2007 oleh artikelislami
Sebagian dari kaum penyebar syubhat telah menyebut perayaan Maulidur Rasul saaw
sebagai perbuatan bid’ah dholalah. Banyak sudah argumen yang mereka kemukakan. Namun
semua argumen itu tidaklah berdasar pada dalil-dalil yang dapat dibenarkan kecuali
oleh orang-orang yang mudah ditipu. Pada tulisan kali ini, kami mencoba mengemukakan
beberapa argumen untuk menunjukkan betapa perayaan Maulidur Rasul itu adalah suatu
hal yang mulia.

Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka
bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan”. (Yunus: 85)

Merayakan Maulid itu agak berbeda dengan merayakan Natal. Umat Kristiani merayakan
Natal adalah dalam rangka menyembah dan mengkultuskan Yesus yang mereka yakini lahir
pada tanggal 25 Desember. Dan mereka menjadikan tanggal 25 Desember itu sebagai hari
khusus dalam merayakan kelahiran Yesus. Walau pun sebagian sarjana Alkitab telah
menyatakan bahwa Yesus tidaklah lahir pada tanggal 25 Desember di musim dingin,
melainkan pada bulan Ilul di musim semi atau musim kering. Bahkan mereka menjelaskan
bahwa tanggal 25 Desember itu sebenarnya adalah perayaan orang Romawi untuk
merayakan hari lahir dari dewa Sol Invictus.

Merayakan Maulid juga agak berbeda dengan merayakan Asyura dimana kita berpuasa
sunnah pada tanggal 10 Muharram dalam rangka bersyukur dan taqarrub kepada Allah.
Merayakan Maulidur Rasul tidak hanya terpaku pada hari lahirnya Sang Cahaya (QS.
Al-Maidah: 15). Maulidur Rasul dilakukan juga dalam rangka mengenang riwayat hidup
Sang Juru Syafaat. Adalah benar bahwa Rasulullah saaw lahir pada hari Senin tanggal
12 Rabiul Awwal di tahun Gajah. Namun tidak seperti perayaan lain yang terpaku pada
satu hari tertentu, perayaan Maulidur Rasul saaw dapat dilakukan setiap hari. Tidak
hanya pada tanggal 12 Rabiul Awwal, tidak hanya di bulan Rabiul Awwal, tidak hanya
di hari Senin. Bahkan setiap hari di sepanjang tahun, kita dapat merayakan Maulidur
Rasul. Karena sudah semestinyalah bagi kita ummat Islam untuk bergembira setiap saat
atas karunia Allah berupa lahirnya sang pembawa Syari’atul Muthohharoh. Maka
perayaan Maulidur Rasul ini tidak bisa disamakan dengan perayaan Natal atau pun
Milad Partai yang terpaku pada satu hari tertentu.

KEISTIMEWAAN 12 RABIUL AWAL

Walau perayaan Maulid tidak terpaku pada tanggal 12 Rabiul Awwal, namun tanggal 12
Rabiul Awwal tetaplah hari yang istimewa bagi para pecinta Rasul saaw dan Shahabat
beliau radhiyallahu ‘anhum. Karena pada tanggal 12 Rabiul Awwal itulah Sang Kekasih
lahir ke dunia ini. Itulah tonggak sejarah baru dalam kehidupan manusia menuju
Al-Haqq. Pada hari itu telah tumbang segala simbol kemusyrikan. Pada hari itu, api
biara Majusi telah dipadamkan, jatuhlah mahkota Kisra Persia, dan Makkah diterangi
cahaya gemilang.

Hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal juga merupakan hari tibanya Rasulullah di
Madinah. Pada hari itu, datanglah Sang Bulan Purnama dari celah-celah bukit. Maka
bersyukurlah kita atas hijrahnya Rasulullah saaw dan atas selamatnya beliau tiba di
Madinah. Tibanya Rasulullah di Madinah adalah fase kebangkitan selanjutnya dari
da’wah ilallah. Itulah sebabnya kaum Anshor menyambut kedatangan beliau sambil
berdiri dan menabuh rebana. Mereka melantunkan syair yang begitu indah, “Thola’al
badru ‘alayna min tsaniyatil wada’. Wajabasy syukru ‘alayna ma da’a lillahi da’.”
Pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal pula Rasulullah saaw wafat. Pada hari itu,
ummat Islam mengalami kegoncangan yang dahsyat. Lalu muncullah Ad-Da’i ilallah,
Sayyidina Abu Bakar, yang membangkitkan kembali semangat kaum Muslimin dengan
pidatonya yang terkenal. Pada hari itulah peristiwa agung lainnya terjadi, yaitu
kebangkitan semangat Muslimin setelah diterpa ujian besar.

Maka wajarlah jika tanggal 12 Rabiul Awwal dijadikan salah satu hari istimewa bagi
kaum Muslimin. Namun untuk merayakan Maulidur Rasul sebagai rasa gembira kita atas
karunia besar tersebut, kita tidak mesti hanya merayakannya pada tanggal 12 Rabiul
Awwal. Bahkan sepatutnya kita bergembira dan merayakan Maulidur Rasul pada setiap
hari di sepanjang tahun.

RASUL PUN MERAYAKAN MAULID

Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah berkata : Telah jelas padaku bahwa
telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw berakikah untuk dirinya setelah beliau
saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadits no.1832 dengan sanad shahih dan Sunan
Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah berakikah
untuknya kakeknya Abdulmuththalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak
mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yang kedua atas
dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yang telah
membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah untuk
ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid
beliau saw dengan mengumpulkan teman-teman dan saudara-saudara, menjamu dengan
makanan-makanan dan yang serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
kebahagiaan. Bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai
perayaan maulid dengan nama : “Husnul-Maqashid fii ‘Amalil-Maulid”.

Rasul pun pernah ditanya tentang puasa di hari Senin. Maka beliau menjawab bahwa
pada hari itulah beliau saaw dilahirkan. Maka dengan alasan itu pula kita berpuasa
di hari Senin. Dan dengan alasan itu pula dibolehkan bagi kita untuk beribadah
kepada Allah dalam rangka bersyukur atas lahirnya Rasulullah saaw. Maka boleh bagi
kita untuk membesarkan hari lahir beliau saaw dengan ibadah apa saja, tidak hanya
dengan puasa, tetapi dengan ibadah yang lainnya pun boleh.

MEMUJI RASUL

Maha Suci Allah, Yang Membentangkan Kerajaan Alam Semesta dengan Cahaya Kemegahan
Nya, maka tegaklah Angkasa Raya Langit dan Bumi sebagai Lambang Kesempurnaan Nya
Yang Maha Tunggal dalam Pengaturan, Maha Tunggal dalam Keabadian Maha Tunggal dalam
Kesempurnaan, Maka Gemuruhlah Kerajaan Alam Semesta sepanjang masa bertasbih
Kehadirat Nya, Menggema Angkasa Raya Mensucikan Nama Nya Yang Maha Luhur dari zaman
ke zaman, Dicipta Nya keturunan Adam untuk mencapai kehidupan yang Abadi, maka akan
musnahlah kerajaan Alam semesta menemui kefanaan, lebur dibawah Kehendak Nya Yang
Maha Menentukan, dan tersisalah Benua Kemewahan nan Abadi dan Benua Kehinaan.

Dibangkitkan Nya Pemimpin dari para Duta Nya dimuka Bumi, Sayyidina Muhammad saw,
sebaik-baik makhluk dan dipenuhi Nya dengan akhlak yang sempurna, satu-satunya
makhluk yang menjadi pemimpin bagi pembawa Cahaya Keridhoan Nya yang Abadi, Maha
Suci Allah swt yang menjadikan kecintaan pada Sang Nabi saw merupakan kesempurnaan
Iman kepada Nya, sebagaimana sabda beliau saw : “Tiada Sempurna Iman Kalian, sebelum
aku lebih dicintainya dari anak-anaknya, ayahnya dan seluruh manusia.” (Shahih
Muslim).

Betapa besar kecintaan para sahabat Radhiyallahu ‘anhum kepada Nabi saw, sebagaimana
makna cinta, berarti selalu rindu pada yang dicintainya, selalu ingin bersama
kekasihnya, selalu tak ingin berpisah dengan kekasihnya, mencintai segala miliknya,
bahkan apa-apa yang disentuh oleh Rasul saw menjadi mulia dimata mereka, sebagaimana
riwayat Sa’ib ra, : “aku diajak oleh bibiku kepada Rasul saw, seraya berkata : Wahai
Rasulullah.., keponakanku sakit.., maka Rasul saw mengusap kepalaku dan mendoakan
keberkahan padaku, lalu beliau berwudhu, lalu aku meminum air dari bekas wudhu
beliau saw, lalu aku berdiri dibelakang beliau dan kulihat Tanda Kenabian beliau
saw” (Shahih Muslim hadits no.2345). Riwayat lain ketika dikatakan pada Ubaidah ra
bahwa kami memiliki rambut Rasul saw, maka ia berkata : “Kalau aku memiliki sehelai
rambut beliau saw, maka itu lebih berharga bagiku dari dunia dan segala isinya.”
(Shahih Bukhari hadits no.168), Diriwayatkan pula
bahwa Abu Talhah adalah yang pertama kali mengambil rambut Rasul saw saat beliau
saw bercukur (Shahih Bukhari hadits no.169)

Tentunya seorang yang dicintai akan selalu dipuji, tentunya seorang pecinta akan
selalu memuji kekasihnya, dan pujian bagi sang nabi saw boleh dimana saja, tidak
terkecuali di masjid, karena kecintaan pada Utusan Allah adalah kecintaan kepada
Allah, dan beliau saw sendiri yang bersabda bahwa cintailah aku karena cinta kalian
kepada Allah, dan dalam hadits beliau bersabda : “tiada sempurna iman kalian sebelum
aku lebih dicintainya dari anak-anaknya, dari ayahnya dan dari seluruh manusia.”
(Shahih Muslim hadits no.44). bahkan Imam Muslim mengatakan bahwa “Secara Mutlak
seseorang itu tidak disebut beriman kalau ia tak mencintai Nabi saw” (Shahih Muslim
Juz 1 hal 67).

Hassan bin Tsabit ra selalu memuji Rasul saw didalam masjid Nabawiy, maka ketika ia
sedang asyik bernasyid (nasyid, syair, qasidah, sama saja dalam bahasa arab yaitu
puji-pujian pada Allah dan Rasul saw), ia sedang melantunkan syair puji-pujian pada
Rasul saw, tiba-tiba Umar ra mendelikkan matanya kepada Hassan, maka berkatalah
Hassan bin tsabit ra : “Aku sudah memuji beliau (saw) ditempat ini (masjid) dan saat
itu ada yang lebih mulia dari engkau (Rasul saw melihatnya dan tidak melarang),”
lalu berkata pula Hassan kepada Abu hurairah ra yang juga ada bersama mereka : “Demi
Allah bukankah Rasul saw telah berdoa untukku : WAHAI ALLAH BANTULAH IA (hassan
ketika membaca syair dihadapan Rasul saw) DENGAN JIBRIL?” Maka Abu Hurairah berkata
: “Betul,” maka Umar ra pun tak lagi berani mengganggunya. (Shahih Bukhari hadits
no.3040).. riwayat yang sama pada Shahih Muslim hadits no.2485.

Maka jelaslah sudah bahwa Rasul saw tidak melarang puji-pujian atas Allah dan Rasul
Nya di masjid, bahkan diriwayatkan bahwa Rasul saw menaruh sebuah Mimbar khusus
untuk Hassan bin Tsabit ra di Masjid, untuk ia membaca Syair memuji Allah dan Rasul
saw (Mustadrak Alaa Shahihain hadits no.6058, 6059), dan ketika ada orang yg tak
menyukai Hassan, maka marahlah Ummulmukminin Aisyah ra, seraya berkata : “Jangan
kalian menghina Hassan, karena ia selalu memuji Rasulullah saw” (Mustadrak Alaa
Shahihain hadits no.6063), berkata Imam Hakim bahwa ucapan ini shahih memenuhi
syarat Shahih Bukhari dan Muslim.

Fahamlah kita bahwa Puji-Pujian pada Rasul saw, yang diantaranya Qasidah, Maulid dll
merupakan hal yang dimuliakan oleh Rasul saw, bahkan Sayyidatuna Aisyah ra marah
ketika ada orang yang menghina orang yang memuji Rasul saw, maka ketika di akhir
zaman ini muncul kelompok yang mengharamkan puji-pujian pada Rasul saw dan
nasyid/qasidah di masjid, ini menunjukkan kesempitan pemahaman mereka dalam Syariah
Islamiyyah, memang betul ada hadits Rasul saw yang melarang membaca syair-syair di
masjid, namun itu adalah syair-syair keduniawian yang membuat ummat lupa kepada
Allah swt, bukanlah syair pujian atas Allah dan Rasul saw yang memberi semangat
kepada ummat untuk semakin taat kepada Allah swt.

(Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa, www..majelisrasulullah.org)

Memulyakan Nabi Muhammad SAAW

(Allah berfirman): “Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di
dalam kemabukan (kesesatan)”. [QS. Al-Hijr: 72]
Dalam surat Al-‘Ashr, Allah bersumpah dengan berfirman: “Demi masa.” Masa yang mana?
Masa di mana Nabi hidup di dunia. Orang Arab biasa bersumpah dengan umur seseorang.
Di sini Allah bersumpah dengan umur Nabi Muhammad SAAW untuk memulyakan beliau. Demi
umur Muhammad, demi masa di mana Muhammad hidup di dunia ini, sungguh manusia itu
berada dalam kehancuran, kesesatan, dan kebinasaan, kecuali mereka yang beriman,
beramal shalih, dan berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran. Periode di mana
Muhammad Rasulullah SAAW hidup di dunia adalah periode puncak dari kehidupan manusia
dan seluruh makhluq di alam semesta. Tidak ada masa seperti itu sebelumnya dan
sesudahnya. Wajarlah jika Allah begitu memulyakan makhluq yang satu ini. Di pintu
surga tidak ada nama makhluq tertulis kecuali nama Muhammad Rasulullah.

KESOMBONGAN IBLIS

Tapi sayang seribu sayang, di zaman ini ada orang yang enggan memulyakan Nabi,
bahkan menuduh yang tidak-tidak kepada orang yang memulyakan Nabi.
Dulu Allah telah menciptakan Azazil yang hanya mau menyembah dan memulyakan Allah.
Tetapi ketika Allah menciptakan Adam dan menyuruh Azazil memulyakan Adam, Azazil
menolaknya. Maka berubahlah namanya menjadi Iblis.
Allah, apabila Dia mencintai seseorang, maka ia akan mengumumkannya kepada Jibril:
“Wahai Jibril, sesungguhnya aku mencintai Fulan, maka cintailah Fulan.” Maka Jibril
pun mencintainya dan mengumumkannya kepada penduduk langit. Maka penduduk langit pun
mencintainya dan mengumumkannya kepada penduduk bumi. Dan tidak ada makhluq yang
lebih Allah cintai melainkan Muhammad Rasulullah SAAW. Lalu mengapakah kita tidak
mencintai dan memulyakan beliau? Padahal tidak sempurna iman seseorang hingga diamencintai Nabi dengan kecintaan yang melebihi kecintaannya kepada dirinya,orangtuanya, anak-anaknya, dan dunia seisinya. Nabi Muhammad SAAW adalahSayyidunnas, Tuan manusia di dunia dan di akhirat. Nabi itu lebih pantas untukdicintai oleh mu`min.Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri. [QS.Al-Ahzab: 6]ADAT ISTIADAT SHAHABATBarangsiapa bertasyabbuh (menyerupai) terhadap suatu golongan, maka dia termasuk kedalam golongan tersebut. Begitu pula orang yang ikut-ikutan upacara kaum Anshorketika menyambut Rasulullah. Maka mereka adalah termasuk golongan kaum Anshor yangdimulyakan Nabi. Mengapa kita harus berdiri ketika mengucapkan “Thola’al Badru‘alayna” sedangkan Nabinya tidak ada? Karena demikianlah kaum Anshor melakukan, dankita adalah kaum yang ingin menyerupai mereka. Jika memang hal ini tidak bisaditerima, maka untuk apa kita bersalam kepada Nabi di dalam tahiyat akhir sedangkanNabinya tidak ada? Sayangnya tidak sah shalat seseorang yang tidak bersalam kepadaNabi pada tahiyat akhir.Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu merekabergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang merekakumpulkan”. [QS. Yunus: 58]Allah menyuruh kita untuk bergembira atas karunia dan rahmat-Nya. Ketika kitamenikah, kita disuruh untuk bergembira dan bersyukur dan merayakannya. Ketika anakkita lahir, kita disuruh untuk bergembira dan merayakannya serta bersyukur. Akantetapi, apakah karunia dan rahmat Allah yang lebih pantas untuk disyukuri?Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagisemesta alam. [QS. Al-Anbiya: 107]Adalah wajib untuk mensyukuri karunia dan rahmat yang terbesar ini. Rahmat yangAllah anugerahkan kepadaku dan kalian, yang dengannya aku dan kalian dapat mengenalkeagungan ‘Laa ilaaha illallaah’. Tidak sempurna iman seseorang hingga ia mencintaibeliau SAAW melebihi cintanya kepada dirinya sendiri.ACARA MAULIDMengadakan acara pembacaan riwayat hidup Muhammad Rasulullah SAAW adalah salah satucara kita mengungkapkan kegembiraan kita atas karunia terbesar ini. Denganacara-acara seperti ini memuncaklah keimanan kita dengan tersambungnya sanubari kitadengan sanubari sang idola SAAW. Sebagaimana Abu Hurairah dan para shahabat berkatakepada Nabi bahwa puncak keimanan mereka adalah ketika mereka ada di dekat NabiSAAW.. Sungguh berbeda antara shalat bersama Nabi dengan sholat tidak bersama Nabi.Sungguh berbeda puasa bersama Nabi dengan puasa tidak bersama Nabi. Begitulah parashahabat, keimanan mereka memuncak ketika mereka berada di dekat Nabi. Tetapi ketikamereka kembali kepada keluarga mereka, maka menurunlah keimanan mereka.MENABUH TABUHANMenabuh tabuhan di dalam Masjid adalah dibolehkan pada saat walimah dan hari raya.Bagaimana kalau pada saat mengadakan acara maulid Nabi? Lebih boleh lagi. Sebabkegembiraan dalam kelahiran Nabi adalah kegembiraan yang melebihi kegembiraan saatwalimah atau pun hari raya idul fitri. Sebagaimana dikatakan Abbas: “Ketika engkaulahir wahai Rasulullah, terang-benderanglah timur dan barat dengan cahayamu. Dancahaya itu masih kami rasakan hingga saat ini.” Ini dapat dilihat dalam Al-Mustadrakfii Shahihain Imam Hakim. Tidakkah Anda merasakan cahaya Rasulullah memancar disanubari Anda? Tidakkah Anda merasakan cahaya tauhid yang dibawa Rasulullah SAAWmenerangi gelapnya sanubari Anda? Dan lihatlah bagaimana Sayyidina Abbas memujibeliau SAAW. Adakah itu perbuatan syirik? Jika itu perbuatan syirik niscaya NabiSAAW yang langsung menegurnya. Tetapi Nabi SAAW justeru malah ridho dan mendo’akanSayyidina Abbas.MAKRUH MEMBUNUH KATAKKetika Nabi Ibrahim di masukkan ke dalam api besar, Allah berfirman kepada api besaritu agar menjadi sejuk bagi Nabi Ibrahim. Maka sejuklah api itu terhadap NabiIbrahim. Tetapi seekor katak yang melihat Nabi Ibrahim di masukkan ke dalam apibesar itu, ia segera melompat-lompat ke sungai dan kemudian mengantungi air dalammulutnya dan melompat-lompat ke arah api besar itu dan menyemburnya dengan air dalammulutnya yang tidak seberapa. Sungguh perbuatan yang sia-sia. Tetapi Allah tidakmenilai demikian. Disebabkan sikap satu katak ini yang memulyakan dan mencintai NabiIbrahim Khalilullah, maka seluruh katak di dunia ini diharamkan untuk dibunuh, dansebagian pendapat mengatakan makruh dengan kemakruhan yang sangat. Bagaimankah bilakita memulyakan dan mencintai Nabi SAAW? Adakah ini disebut perbuatan syirik?Justeru inilah perbuatan yang sangat diridhoi Allah.KISAH POHON KURMADisebabkan jama’ah telah bertambah banyak, maka Sayyidina Umar membuatkan mimbaryang tinggi untuk Nabi agar jamah yang di belakang dapat melihat wajah Nabi yangmenenangkan. Maka ketika Nabi menggunakannya untuk pertama kali, belum lagi Nabiberkata, terdengarlah suatu jeritan yang menyayat hati hingga membuat para shahabatikut merasakan kesedihan si sumber jeritan. Maka Nabi turun untuk mencari sumberjeritan itu. Ternyata jeritan itu bersumber dari batang pohon kurma yang biasa Nabigunakan untuk bersandar di kala menyampaikan pengajaran kepada para shahabat. Pohonkurma itu begitu sedihnya ketika Nabi tidak lagi bersandar kepadanya. Kerinduan dankesedihannya diketahui oleh Allah, dan dengan izin-Nya, suara batang pohon kurma itupun dapat di dengar oleh mereka yang hadir dalam majelis itu. Maka Nabi menawarkankepada batang pohon kurma itu dua pilihan, tetap disandari oleh Nabi di dunia ini,atau ditumbuhkan kembali di istana Nabi di surga. Maka pohon kurma itu pun memilih untuk ditumbuhkan kembali di istana Nabi di surga, dimana saat itu tidak ada tumbuhan dunia yang ditumbuhkan kembali, kecuali batangpohon kurma itu. Setelah memilih demikian, maka pohon kurma itu pun mati dandikubur di bawah kaki tangga pertama dari mimbar Nabi SAW. Betapa besar ni’matyang diperoleh pecinta Nabi Muhammad SAAW, dapat hidup bersama Sang Tuan manusia disurga. Tidakkah Anda ingin bersama beliau SAW?
Sumber: Dioleh dari berbagai sumber
Medio 20 maret 2009,pengajar,PIQ
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Kreatifitas Santri
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam