URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 4 users
Total Hari Ini: 206 users
Total Pengunjung: 6224318 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
Meneladani Kepemimpinan Rasulullah SAW 
Penulis: Republika Online [27/1/2013]
 
Meneladani Kepemimpinan Rasulullah SAW

Pada peringatan Maulud Nabi saw seperti sekarang ini, banyak hal yang perlu diambil pelajaran, terutama oleh para pemimpin bangsa ini. Nabi Muhammad saw adalah sosok pemimpin yang sukses. Beliau mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang hidup secara damai, aman, dan sejahtera.

Tentu, kapan dan di mana pun, bukan pekerjaan mudah untuk melakukan perubahan masyarakat dalam waktu yang singkat namun sedemikian mendasar itu.

Perjuangan nabi dibagi menjadi dua fase, yaitu fase di Makkah dan kemudian dilanjutkan di Madinah. Setelah kurang lebih 13 tahun di Makkah dan dihitung hasilnya kurang maksimal, maka nabi mengambil kebijakan strategis, yaitu hijrah ke Madinah.

Perpindahan itu bukan pekerjaan mudah. Apalagi antara Makkah dan Madinah cukup jauh jaraknya. Sekarang saja, dengan kendaraan bus atau taksi harus ditempuh selama 5 hingga 6 jam. Tentu kepindahan itu sangat berat sekali, tatkala belum ada kendaraan seperti sekarang ini.

Tapi, pemimpin harus berani mengambil keputusan, apapun beratnya. Dalam perjuangan, tatkala di suatu tempat sudah tidak mendapatkan hasil maksimal, dihitung-hitung tantangan menjadi semakin berat, Rasul memelopori untuk berpindah, meninggalkan tanah kelahirannya, Makkah.

Nabi melawan naluri kemanusiaan, sekalipun tempat kelahirannya, dan begitu pula Ka\`bah, Arafah dan Mina sebagai pusat kegiatan ritual berada di sekitar Makkah, beliau hijrah ke Madinah.

Memperhatikan peristiwa hijrah dan dikaitkan dengan persoalan terkini di ibu kota, tatkala penduduk Jakarta sudah sedemikian padat, sehari-hari macet, dan banjir, belum lagi polusi dan lain-lain, mestinya para pemimpin negara ini berani mengambil keputusan, sebagaimana dilakukan Rasulullah saw.

Memindahkan ibu kota memang sulit dan beresiko. Tapi resiko dan kesulitan berpindah itu juga telah dialami oleh sang pemimpin 14 abad yang lalu. Ketika sehari-hari, merasa sedemikian beratnya hidup di Jakarta, para pemimpin bangsa ini segera mengambil keputusan, pindah.

Semakin cepat semakin baik. Kelambatan dalam mengambil keputusan akan berakibat biaya dan resiko semakin mahal dan berat. Banyak orang berspekulasi, masing-masing akan berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Selain tauladan tentang keberanian menanggung resiko, dari proses berhijrah saja, tidak sedikit nilai-nilai yang seharusnya diambil para pemimpin dan pejabat. Ada kisah menarik di dalam perjalanan Nabi saw bersama sahabat dari Makkah ke Madinah.

Tatkala mengalami kehabisan bekal: beberapa sahabat kehausan serius, sementara di kanan kiri jalan tidak terdapat air. Kebetulan tidak jauh dari tempat yang dilewati itu, menurut suatu kisah, terdapat rumah penduduk yang juga tidak memiliki air, tapi punya kambing betina kurus yang tidak mungkin bisa diperas susunya.

Apa boleh buat, nabi meminta izin pemiliknya untuk memeras susu kambing tua dan kurus itu, sekiranya bisa digunakan untuk menghilangkan rasa haus bagi semua yang ikut dalam rombongan perjalanan itu.

Dikisahkan, semula pemilik kambing menolak dengan alasan tidak mungkin kambing seperti itu mengeluarkan air susu. Setelah berdialog, pemilik kambing mengijinkan. Tak diduga, kambing tua dan kurus itu mengeluarkan air susu. Satu demi satu para sahabat dipersilahkan meminumnya, termasuk pemilik kambing itu sendiri. Setelah semua kebagian, maka giliran terakhir, nabi meminumnya.

Dalam suasana kepepet, merasa haus, nabi tidak mengajak para sahabat untuk berebut. Nabi mengerjakan sendiri, memeras susu kemudian membagikannya. Ketika membagi, sebagai pemimpin, nabi tidak mengambil terlebih dahulu, sebaliknya justru yang terakhir.

Umpama cara-cara seperti ini juga dilakukan para pejabat dan pemimpin bangsa ini, yaitu mendahulukan orang lain daripada dirinya sendiri, maka kehidupan ini akan menjadi damai. Mereka tidak perlu harus berebut, sebab semua telah memikirkan kebutuhan orang lain. Wallahu`alam.

republikaonline.com
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam