SHAHABAT ATTHUFAIL BIN AMR ADDAUSI
Luthfi Bashori
Beliau adalah kepala suku kabilah Daus, beliau ahli memberi makanan bagi warganya yang kelaparan, memberi pengamanan bagi warganya yang ketakutan, serta melindungi orang-orang yang datang mencari suaka politik.
Beliau juga terkenal sebagai seorang yang arif, bijak dan cerdas. Beliau termasuk sastrawan handal yang halus perasaan dan peka lingkungan serta tinggi budi pekertinya. Sehingga pribadi beliau dan karya syair-syairnya sangat mudah diterima oleh kaum Quraisy di berbagai kalangan.
Suatu hari, di saat Thufail belum masuk Islam, beliau meninggalkan kaumnya dari negeri Tihamah menuju kota Makkah. Sesampainya di Makkah, Thufail disambut oleh tokoh-tokoh kafir Quraisy. Setiap dari tokoh kafir Quraisy itu berusaha mempengaruhi Thufail agar tidak mendengarkan apapun ucapan (Alquran yang dibawa oleh) Nabi Muhmmad SAW. Tentunya dengan tujuan agar Thufail tidak terpengaruh masuk agama Islam.
Hingga suatu hari, tatkala Thufail ingin melaksanakan thawaf mengikuti tradisi bangsa Arab yang biasanya dilanjutkan dengan penyembahan kepada berhala-berhala yang berserakan di sekeliling Ka`bah, maka Thufail pun mendekat ke arah Ka`bah.
Betapa terkejutnya beliau saat melihat di sana ada Nabi Muhammad SAW yang sedang shalat di depan Ka`bah. Beliau melihat tata cara ibadahnya Nabi SAW tidak sama dengan tata cara ibadah yang biasanya dilakukan oleh kaum Quraisy.
Sejatinya Thufail ingin mendamprat Nabi SAW karena pengaruh omongan kamu kafir Quraisy. Namun akal sehatnya tiba-tiba berbicara lain seraya beliau berbisik pada dirinya sendiri:
Celaka engkau wahai Thufail, sungguh dirimu ini adalah seorang sastrawan berpendidikan, tentunya engkau dapat menyaring setiap pembicaraan, mana yang tergolong baik dan mana yang tergolong buruk, mengapa dirimu tidak mengajak Muhammad untuk bercakap-cakap, hingga engkau tahu dimana letak kebaikan atau keburukan ucapannya ?Sejurus kemudian Thufail pun mendatangi Nabi Muhammad SAW untuk mengajaknya berdialog, dan dalam kesempatan itu Nabi SAW membacakan surat Al-ikhlas ada surat Alfalaq di hadapan Thufail. Betapa terkejutnya Thufail saat mendengar ayat demi ayat yang dibacakan oleh Nabi Muhammad SAW, hingga Thufail pun berguman :
Demi Allah, belum pernah aku mendengarkan upacan yang sastranya lebih indah dari ucapan Muhammad, dan belum pernah aku melihat aturan yang lebih bijak dari apa yang disampaikan Muhammad. Maka saat itu pula beliau ulurkan tangannya kepada Nabi Muhammad SAW dan mengucapkan :
Asyhadu allaa ilaaha illallaah wa anna muhammadan rasuulullaah.Kemudian shahabat Thufail memutuskan untuk menetap di Makkah beberapa saat agar dapat belajar agama Islam kepada Nabi SAW, hingga suatu hari beliau berpamitan kepada Nabi SAW untuk pulang kampung, dan minta didoakan agar dapat mengajak kaumnya masuk Islam. Namun doa yang diminta itu adalah disertai dengan tanda-tanda yang dapat menarik hati kaumnya agar memudahkan mereka masuk Islam. Nabi SAW pun berdoa untuknya :
Ya Allah, berilah dia tanda-tanda itu.Di saat shahabat Thufail sampai di dekat kampung halamannya, Allah mengirimkan nur (cahaya) yang bersinar di antara ke dua mata beliau, namun shahabat Thufail merasa kurang tepat hingga beilau berdoa : Ya Allah, letakkankah nur ini di lain tempat..! Maka Allah mengabulkan doanya dan berpindahlah nur itu bersinar dari atas kepala shahabat Thufail.
Tatkala shahabat Thufail bertemu ayahandanya, maka beliau mendakwahi sang ayah sambil meminta agar sang ayah mandi dan berganti pakaian bersih, lantas beliau mengajarkan apa yang didapatkan dari Nabi Muhammad SAW. Maka sang ayahpun menyatakan masuk Islam.
Berikutnya beliau mendakwahi istrinya dengan cara yang sama, maka sang istri pun melakukan apa yang diperintahkan oleh shahabat Thufail, hingga sang istri masuk Islam. Kemudian shahabat Thufail mendatangi kaumnya yaitu suku Daus untuk diajak masuk Islam, namun kaumnya itu enggan untuk segera masuk Islam kecuali Sy. Abu Hurairah yang kala itu berusia sekitar 30 tahun.
Usai perang Khandaq, shahabat Thufail berhasil mengajak kaumnya, yang berjumlah sekitar 80 kepala keluarga dari suku Daus, untuk berbaiat masuk Islam di tangan Nabi SAW, bahkan keislaman mereka sangatlah baik dan keimanannya juga kuat, hingga mereka bersedia menjadi punggawa pasukan Nabi SAW di saat terjadi perang Khaibar.