URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 64 users
Total Pengunjung: 6224166 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
SHAHABAT ATTHUFAIL BIN AMR ADDAUSI 
Penulis: Pejuang Islam [ 17/6/2012 ]
 
SHAHABAT  ATTHUFAIL  BIN  AMR  ADDAUSI

Luthfi Bashori

Beliau adalah kepala suku kabilah Daus, beliau ahli memberi makanan bagi warganya yang kelaparan, memberi pengamanan bagi warganya yang ketakutan, serta melindungi orang-orang yang datang mencari suaka politik.

Beliau juga terkenal sebagai seorang yang arif, bijak dan cerdas. Beliau termasuk sastrawan handal yang halus perasaan dan peka lingkungan serta tinggi budi pekertinya. Sehingga pribadi beliau dan karya syair-syairnya sangat mudah diterima oleh kaum Quraisy di berbagai kalangan.

Suatu hari, di saat  Thufail belum masuk Islam, beliau meninggalkan kaumnya dari negeri Tihamah menuju kota Makkah. Sesampainya di Makkah, Thufail disambut oleh tokoh-tokoh kafir Quraisy. Setiap dari tokoh kafir Quraisy itu berusaha mempengaruhi Thufail agar tidak mendengarkan apapun ucapan (Alquran yang dibawa oleh) Nabi Muhmmad SAW. Tentunya dengan tujuan agar Thufail tidak terpengaruh masuk agama Islam.

Hingga suatu hari, tatkala Thufail ingin melaksanakan thawaf mengikuti tradisi bangsa Arab yang biasanya dilanjutkan dengan penyembahan kepada berhala-berhala yang berserakan di sekeliling Ka`bah, maka Thufail pun mendekat ke arah Ka`bah.

Betapa terkejutnya beliau saat melihat di sana ada Nabi Muhammad SAW yang sedang shalat di depan Ka`bah. Beliau melihat tata cara ibadahnya Nabi SAW tidak sama dengan tata cara ibadah yang biasanya dilakukan oleh kaum Quraisy.

Sejatinya Thufail ingin mendamprat Nabi SAW karena pengaruh omongan kamu kafir Quraisy. Namun akal sehatnya tiba-tiba berbicara lain seraya beliau berbisik pada dirinya sendiri:

Celaka engkau wahai Thufail, sungguh dirimu ini adalah seorang sastrawan berpendidikan, tentunya engkau dapat menyaring setiap pembicaraan, mana yang tergolong baik dan mana yang tergolong buruk, mengapa dirimu tidak mengajak Muhammad untuk bercakap-cakap, hingga engkau tahu dimana letak kebaikan atau keburukan ucapannya ?

Sejurus kemudian Thufail pun mendatangi Nabi Muhammad SAW untuk mengajaknya berdialog, dan dalam kesempatan itu Nabi SAW membacakan surat Al-ikhlas ada surat Alfalaq di hadapan Thufail. Betapa terkejutnya Thufail saat mendengar ayat demi ayat yang dibacakan oleh Nabi Muhammad SAW, hingga Thufail pun berguman :

Demi Allah, belum pernah aku mendengarkan upacan yang sastranya lebih indah dari ucapan Muhammad, dan belum pernah aku melihat aturan yang lebih bijak dari apa yang disampaikan Muhammad. 

Maka saat itu pula beliau ulurkan tangannya kepada Nabi Muhammad SAW dan mengucapkan : Asyhadu allaa ilaaha illallaah wa anna muhammadan rasuulullaah.

Kemudian shahabat Thufail memutuskan untuk menetap di Makkah beberapa saat agar dapat belajar agama Islam kepada Nabi SAW, hingga suatu hari beliau berpamitan kepada Nabi SAW untuk pulang kampung, dan minta didoakan agar dapat mengajak kaumnya masuk Islam. Namun doa yang diminta itu adalah disertai dengan tanda-tanda yang dapat menarik hati kaumnya agar memudahkan mereka masuk Islam.  Nabi SAW pun berdoa untuknya : Ya Allah, berilah dia tanda-tanda itu.

Di saat shahabat Thufail sampai di dekat kampung halamannya, Allah mengirimkan nur (cahaya) yang bersinar di antara ke dua mata beliau, namun shahabat Thufail merasa kurang tepat hingga beilau berdoa : Ya Allah, letakkankah nur ini di lain tempat..! Maka Allah mengabulkan doanya dan berpindahlah nur itu bersinar dari atas kepala shahabat Thufail.

Tatkala shahabat Thufail bertemu ayahandanya, maka beliau mendakwahi sang ayah sambil meminta agar sang ayah mandi dan berganti pakaian bersih, lantas beliau mengajarkan apa yang didapatkan dari Nabi Muhammad SAW. Maka sang ayahpun menyatakan masuk Islam.

Berikutnya beliau mendakwahi istrinya dengan cara yang sama, maka sang istri pun melakukan apa yang diperintahkan oleh shahabat Thufail, hingga sang istri masuk Islam. Kemudian shahabat Thufail mendatangi kaumnya yaitu suku Daus untuk diajak masuk Islam, namun kaumnya itu enggan untuk segera masuk Islam kecuali Sy. Abu Hurairah yang kala itu berusia sekitar 30 tahun.

Usai perang Khandaq, shahabat Thufail berhasil mengajak kaumnya, yang berjumlah sekitar 80 kepala keluarga dari suku Daus, untuk berbaiat masuk Islam di tangan Nabi SAW, bahkan keislaman mereka sangatlah baik dan keimanannya juga kuat, hingga mereka bersedia menjadi punggawa pasukan Nabi SAW di saat terjadi perang Khaibar.  
 

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam