URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 64 users
Total Pengunjung: 6224166 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
ISLAMISASI DALAM TUBUH UMAT ISLAM 
Penulis: Pejuang Islam [ 12/6/2012 ]
 
ISLAMISASI DALAM TUBUH UMAT ISLAM

Luthfi Bashori

Dakwah Islamiyah di era globalisasi ini, penuh dengan tantangan yang cukup berliku. Kondisi umat Islam yang semakin hari memakin jauh dari tuntunan ajaran Islam, termasuk salah satu faktor timbulnya problematika yang berkepanjangan dan  semakin mempersulit klasifikasi peta dakwah yang seharusnya dapat dikemas oleh para insan da`i.

Jika konon di masa dakwah para Wali songo, maka fokus utama dakwah islamiyah adalah mengajak bangsa Indonesia untuk masuk Islam. Maka banyaklah kaum muallaf yang masuk Islam di tangan para Wali songo. Bahkan dalam perkembangan terakhir, menjadilah bangsa Indonesia ini berpenduduk  mayoritas beragama Islam, berkat dakwah para Wali songo.

Di era globalisasi ini, yang semestinya dakwah islamiyah itu semakin mudah, karena mayoritas bangsa Indonesia sudah ber-KTP Islam, ternyata persepsi ini tidaklah seratus persen benar. Bahkan secara nyata sangatlah diperlukan upaya-upaya islamisasi dalam keluarga muslim itu sendiri.

Demikian ini, karena pemahaman umat Islam bangsa Indonesia terhadap ajaran Islam sudah tidak seragam lagi seperti yang diajarkan pada jaman Wali songo.  Banyak aliran-aliran dan pemikiran-pemikiran hasil impor yang masuk ke dalam jantung kehidupan umat Islam bangsa Indonesia.

Jika saja ajaran Islam yang diimpor dari luar negeri itu masih satu arah dengan ajaran para Wali songo, tentunya akan mudah disinergikan dengan kondisi umat Islam. Namun realitanya, banyak ajaran hasil impor dari luar negeri yang justru berseberangan dengan ajaran Islam asli milik bangsa Indonesia sendiri.

Sebut saja, maraknya penyebaran ajaran Syiah yang diimpor dari Iran, ajaran Wahhabi diimpor dari Saudi Arabiyah, ajaran Ahmadiyah diimpor dari India (Inggris), ajaran JIL diimpor dari orientalis Barat. Keempat ajaran ini saja, sudah jelas-jelas bertentangan dengan ajaran para Wali songo sebagai penyebar ajaran agama Islam pertama di Indonesia.

Bahkan di dalam tubuh para pengikut Wali songo pun, kini sudah banyak yang terkontaminasi oleh berbagai ajaran pemahaman hasil impor yang seringkali tidak selaras dengan keyakinan dasar mereka karena ajaran yang diadopsinya itu tidak jelas dasar hukumnya. Sebut saja misalnya, istilah pembentukan karakter yang berorientasi pada: Ukhuwwah Islamiyah, Ukhuwwah Wathaniyah dan Ukhuwwah Basyariyah, sering dipelesetkan menjadi kebebasan dalam pergaulan dan menentukan sikap hidup.

Padahal, semestinya umat Islam harus tahu dengan benar batasan-batasan mana yang boleh dan mana yang tidak. Bahwa merajut  ukhuwwah islamiyah (persaudaraan sesama muslim seaqidah), adalah satu  langkah wajib yang seharusnya didahulukan. Hal ini demi untuk menciptakan kekuatan dan power umat Islam, sebagai penghuni mayoritas negeri ini, sebelum melangkah kepada pembentukan karakter yang lain.

Sedangkan dalam menerapkan karakter ukhuwwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa) yang kenyataannya memang adanya penduduk non muslim, maka dalam hal-hal tertentu boleh  dipraktekkan oleh umat Islam selagi tidak melanggar dan merugikan pembentukan karakter ukhuwwah islamiyah itu sendiri, atau bukan malah sebaliknya alias didahulukan ukhuwwah wathaniyah dari pada membangun karakter ukhuwwah islamiyah.

Lantas, dalam memahami praktek ukhuwah basyariah (persaudaraan sesama manusia) secara mengglobal, maka semestinya tidaklah terlalu penting untuk diterapkan, kecuali dalam keadaan darurat. Seperti pada kalangan tertentu yang tugasnya memang mengharuskan selalu berinteraksi dengan bangsa-bangsa dunia.

Karena Allah sendiri yang menvonis bahwa semua manusia itu pasti dalam kerugian, kecuali yang beriman serta beramal shalih, yang saling mengingatkan dalam kebenaran (Islam) dan kesabaran (menjaga iman). (QS, Al-ashr)

Merajut persaudaraan dengan non  muslim, tentu membawa implikasi negatif pada diri seorang muslim yang taat beribadah kepada Allah. Khususnya adanya pengaruh negatif bagi kehidupan akheratnya. Karena ekses yang ditimbulkan dalam persaudaraan itu adalah timbulnya rasa saling mencintai. Padahal Nabi SAW sudah mengingatkan umatnya : Yuhsyarul mar-u yaumal qiyaamati ma`a man ahabb (kelak di hari Qiamat, manusia itu akan dikelompokkan bersama orang-orang yang dicintainya). Artinya, orang-orang Islam yang telah merajut rasa cinta dengan kaum non muslim, maka kelak di padang Mahsyar akan digolongkan dalam kelompok non muslim.  


   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: Abul Bashar  - Kota: palangkaraya
Tanggal: 10/6/2012
 
Semoga Allah melindungi aku dan keluargaku dan anak turunku dari perilaku aliran-aliran sesat yang terkutuk, amien.. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Amiin

2.
Pengirim: rohman  - Kota: karawang jabar
Tanggal: 12/6/2012
 
alhamdulillah ini banyak manfaatnya,.. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Alhamdulillah, semoga dapat berjalan sesuai syariat Islam.

3.
Pengirim: abdul ghofur  - Kota: malang
Tanggal: 22/6/2012
 
semoga jadi ilmu manfaat untuk keluargaku.amin 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Semoga Allah mengabulkan doa akhi.

4.
Pengirim: Abu Raihan  - Kota: Palangkaraya
Tanggal: 25/6/2012
 
Assalamu alaikum Kyai, saya salah satu pendukung kegiatan untuk merajut ukhuwwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim seaqidah), dan menurut saya kiblatnya/ dasarnya jelas, yaitu Al Qur'an dan Al Hadist sebagaimana dipraktekkan Rosululloh bersama para Shahabat. Itulah Islam yang haq. oleh karena itu saya ingin sedikit memberi komentar tentang pernyataan Kyai :
"Jika saja ajaran Islam yang diimpor dari luar negeri itu masih satu arah dengan ajaran para Wali songo, tentunya akan mudah disinergikan dengan kondisi umat Islam. Namun realitanya, banyak ajaran hasil impor dari luar negeri yang justru berseberangan dengan ajaran Islam asli milik bangsa Indonesia sendiri". Mohon maaf sebelumnya, kita memang harus berterimakasih kepada Walisongo yang lewat lisannya, lewat perilakunya sehingga Alloh memberikan hidayah kepada kita dengan hidayah terbesar yaitu Islam. Namun demikian bukankan Walisongo itu manusia yang tidak maksum, artinya bisa benar dan juga bisa salah? Disinilah kita harus legowo menerima kebenaran dari mana saja atau dari siapa saja, dengan catatan hal tersebut selaras dengan syariat Islam.
Mencermati cuplikan artikel tersebut di atas, saya memahami kebenaran itu apa-apa yang selaras dengan ajaran Walisongo, dan bukan apa-apa yang selaras dengan Al Qur'an dan Al Hadist sebagaimana pemahaman para salafush sholih, suwun Kyai. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Para Walisongo itu murni mempraktekkan ajaran Sunny Syafi'i yang mana madzhab ini sudah sangat sesuai dan persis dengan ajaran Alquran, Hadits, Ijma' dan Qiyas.

Kalau akhi tidak menerima ajaran empat mazhab, Hanafi, Maliki, Syafi'i dsan Hanbali, maka kami katakan lanaa a'maaluna wa lakum a'maalukum. Tidak penting bagi kami mengadakan ukhuwwah dengan para pengingkar empat madzhab tersebut di atas.

Kalau akhi masih mengakui keabsahan empat madzhab tersebut, maka akhi harus tahu muslim Indonesia adalah penganut Sunny Syafi'i sejak disebarkan oleh para Walisongo.

Hanya saja dengan kearifan dan kebijakan mereka di saat mereka masuk di wilayah non muslim (Animesme, Dinamisme, Hindu, Budha dan Kejawen) maka para Walisongo harus memutar kecerdasan otak, hingga dakwah mereka dapat diterima oleh bangsa Indonesia yang saat itu sangat asing dengan bacaan syahadatain maupun nama agama Islam, apalagi dalil Alquran dan Hadits.

Namun berkat kegigihan mereka, maka saat ini mayoritas nenek moyang kita bangsa Indonesia memeluk agama Islam.

Sedangkan kalau ada yang bertanya, sudah berapa banyak warga non muslim yang sudah masuk Islam di tangan kita sendiri ?

Dengan menyadari kronologi sejarah para Walisongo dan ketawadhu'an kita untuk instropeksi diri, maka demi kesopanan kita tentu kita merasa tidsak patut menilai negatif para penyebar Islam pertama di Indonesia itu.

Apalagi mereka sudah berkarya yang maha sukses dalam dakwah, sedang kita tidak pernah berkarya terhadap duinia Islam.



 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam