ALQURAN FIRMAN ALLAH, KITAB SUCI UMAT ISLAM
Luthfi Bashori
Allah berfirman yang artinya :
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Addzikr (Alquran), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Alhijr, 9)
Ayat ini menjamin otentisitas Alquran sebagai kitab suci umat Islam. Barangsiapa yang tidak mempercayai kebenaran ayat ini, maka secara otomatis termasuk kafir kepada Allah, dan tempatnya kelak adalah di neraka Jahannam.
Adapun dari segi istilah, maka Dr. Subhi Alsalih mendefinisikan Alquran sebagai berikut:
Alquran adalah Kalamullah yang merupakan mu`jizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, yang disampaikan kepada kita secara mutawatir dan dijadikan membacanya sebagai ibadah.
Adapun Syeikh Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Alquran sebagai berikut:
Alquran adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Alfatihah dan ditutup dengan surat Annas.
Dalam surat Al-isra` ayat 9, Allah berfirman yang artinya :
Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.
Sedangkan dalam surat Yunus, ayat 57 Allah berfirman yang artinya:
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Allah juga berfirman dalam surat Attaubah, ayat 33 yang artinya:
Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Alquran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.
Alquran ini diterima oleh Rasulullah SAW, lantas disampaikan kepada para shahabat, yaitu generasi pertama umat Islam yang sangat mulia, sehingga salah satu penjagaan dari Allah terhadap kemurnian Alquran ini antara lain, justru dilewatkan eksistensi dan kesungguhan para shahabat Nabi SAW dalam menjaga Alquran ini, dan perhatian yang sangat dominan itu telah ditunjukkan oleh para shahabat terhadap, karena Alquran adalah pedoman hidup bagi umat Islam dari masa ke masa.
Lantas Alquran inipun diajarakan oleh para shahabat kepada generasi terbaik berikutnya yaitu para tabi`in secara mutawatir, demikian dan seterusnya hingga datangnya kepada generasi umat Islam dewasa ini pula secara mutawatir. Jadi kemungkinan kecil saja jika ada kelompok yang meragukan otentisitas Alquran lantas dapat membuktikan tuduhan mereka itu. Kecuali jika mereka yang ragu atas otentisitas Alquran itu adalah dari kalangan kalangan kaum kafir yang konon sejak lama dimotori oleh kafir Quraisy dan diikuti oleh semua `peranakannya`.
Cukuplah kesaksian Nabi SAW menjadi bukti kemuliaan para shahabat sebagai penjaga kemurnia Alquran, sebagaimana disebutkan dalam hadits :
Dari Imran bin Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda: Sebaik-baik kalian adalah generasi yang ada pada masaku (para shahabat), kemudian generasi yang berikutnya (tabi`in), kemudian generasi yang berikutnya lagi (atba`ut tabiin). (HR. Bukhari)
Imam Nawawi secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kalimat `Generasi pada masaku`, dalam hadits ini adalah sahabat Rasulullah SAW.
Demikianlah keyakinan yang dimiliki umat Islam sejak generasi pertama, kedua, ketiga hingga generasi masa kini, terhadap keagungan Alquran dan jaminan otentisitasnya dari Allah. Keyakinan ini selalu membahana dalam jiwa umat Islam. Keyakinan umat Islam ini tentunya sangat berbeda dengan dan pandangan serta pemahaman kaum kafir terhadap Alquran itu sendiri, kerena setiap kaum kafir yang melihat Alquran ini dengan mata hati yang telah ditutup oleh Allah lantaran kekafiran mereka, pasti akan mencari-cari alasan dalam menuduh dan mendustakan kemurnian Alquran.
Coba tengok komentar salah seorang musuh Allah dan Rasul-Nya, yaitu seorang `peranakan` kaum kafir Quraisy, penganut liberalisme setengah komunis yaitu Sumanto Alqurtubi dalam bukunya berjudul Lubang Hitam Agama, yang diterbitkan oleh RumahKata 2005, pada halaman 64-65 berikut :
Alquran, sehingga menjadi ``Kitab Suci`` (sengaja saya pakai tanda kutip) juga tidak lepas dari peran `tangan-tangan gaib` yang bekerja di balik layar maupun di atas panggung politik kekuasaan untuk mmemapannkan status Alquran. Dengan kata lain, ada proses historis yang amat pelik dalam sejarah pembukuan Alquran hingga teks ini menjadi sebuah korpus resmi yang diakui secara konsensus oleh semua umat Islam. Proses otorisasi sepanjang masa terhadap Alquran menjadikan kitab ini sebuah scripto sacra yang disanjung, dihormati, diagungkan, disakralkan dan dimitoskan. Padahal sebagian dari proses itu brerjalan dan berkelindan dengan persoalan-persoalan politik yang murni milik bangsa Arab. Bahkan proses turunnya ayat-ayat Alquran sendiri tidak lepas dari `intervensi` Quraisy sebagai suku mayoritas Arab.
Buku ini diberi pengantar kata pujian oleh:
1. Anif Sirsaiba Alafsan (Pengasuh Pesantren Karya Basmalah Indonesia).
2. Ahmad Thohari (Budayawan Tanah Air)
3. Abdurrahman Wahid (Mantan Ketua Umum PBNU dan Mantan Presiden)
4. DR. Moeslim Abdurrahman (Cendikiawan Muhammadiyah)
5. Trisno S. Sutanto (Pengamat Sosial dan Keagamaan)
Juga diberi pengantar khusus oleh Ulil Abshar Abdalla (Diretur Freedom Instutute)
Pernyataan kufur Sumanto Alqurtuby dalam bukunya ini jelas-jelas mengingkari ayat penjagaan khusus dari Allah terhadap Alquran yang artinya:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Addzikr (Alquran), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Alhijr, 9).
Semacam pernyataan Sumanto Alqurtuby di atas, juga dilakukan oleh para penganut Syiah Imamiyah, sebut saja salah satu tokohnya adalah Husain bin Muhammad Taqyunnuri Atthabarsi, dia mengarang buku yang diberi judul Fashlul khithaab fi tahriifi kitaabi rabbil arbaab (Sebuah kepastian adanya perubahan-perubahan redaksi terhadap kitab Tuhan/Alquran).
Buku ini berisi tuduhan keji kaum Syiah Imamiyah (Syiahnya Khomeini) terhadap kemurnian Alquran, mereka meragukan Alquran yang ada di tangan umat Islam dewasa ini adalah masih asli sesuai dengan Alquran yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW.
Jadi tidak ada bedanya antara Husain bin Muhammad Taqyunnuri Atthabarsi sebagai wakil penganut Syiah Imamiyah yang menuduh Alquran itu telah banyak perubahan ayat-ayat di dalamnya dengan Sumanto Alqurtuby sebagai wakil penganut Liberalisme yang meragukan kejujuran para shahabat dan umat Islam generasi berikutnya dalam menjaga kemurnian Alquran.
Jika saat ini, ada di antara penganut Syiah dan penganut Liberalisme yang menampakkan adanya permusuhan di antara mereka `berdua` di hadapan umat Islam, maka sesungguhnya mereka `berdua` itu hakikatnya sedang bersandiwara belaka, demi mendapatkan rasa simpati dari umat Islam. Jika ada umat Islam yang jatuh simpati terhadap mereka `berdua`, maka sudah pasti mereka akan menerapkan jurus-jurus pemurtadan umat secara massal dengan berbagai macam cara, termasuk dengan sogokan uang yang cukup besar dan janji pemberian kedudukan.
Itulah memang tujuan utama mereka.