INNALLAHA KHALAQA AADAMA `ALAA SHUURATIHI
Luthfi Bashori
Sesungguhnya Allah menciptakan Adam itu seperti (sesuai) bentuknya. Demikianlah arti hadits Nabi SAW riwayat Imam Bukhari yang tertera sebagai judul dalam di atas.
Sebagian orang memahami bahwa lafadl `HI` pada akhir kata SHUURATIHI yang berarti `NYA`, diruju`kan (dikembalikan) kepada lafadz Allah, sehingga memberi pengertian: Seperti bentuk-NYA alias seperti bentuk Allah. Tentunya pemahaman seperti ini sangat sulit diterima oleh akal umat Islam, karena mengandung pemahaman Tajsiim/Mujassimah (Penisbatan jisim/tubuh kepada Dzat Allah).
Untuk memudahkan bagaimana cara memahami hadits tersebut, maka dalam kitab Tafsir Annaisaburi terdapat pembahasan yang lebih mudah dan gamblang, terdapat pada juz 1 halaman 8 sebagai berikut :
Sesungguhnya Allah menciptakan Adam itu seperti (sesuai) bentuknya. Di dalam memahami hadits ini, maka para ulama Ahlus sunnah wal jamaah meruju`kan (mengembalikan) lafadz `HI` itu bukan kepada lafadz Allah, melainkan kepada lafadz Adam, yaitu lafadz yang lebih dekat dengan `HI` itu sendiri.
Jadi artinya, bahwa Allah menciptakan Nabi Adam itu sesuai dengan bentuk yang direncanakan oleh Allah secara utuh (bentuk manusia sempurna), tanpa proses melalui pembentukan nuthfah dan darah yang berkembang menjadi janin lantas menyusu dan makan untuk menjadi tumbuh berkembang sebagai manusia dewasa, namun konon Allah menciptakan Nabi Adam itu sekaligus atau langsung dalam bentuk manusia dewasa.
Dalam hadits yang lain, Nabi SAW bersabda:
Janganlah kalian mencela wajah (seseorang) karena Allah itu menciptakan Adam `alaa shuuratir rahmaan
Hadits ini juga, jika diartikan mengikuti bahasa kamus yang tekstual, maka lafadz `alaa shuuratir rahmaan memberi arti: Seperti bentuknya Arrahman (Allah). Namun para ulama mengatakan bahwa arti `alaa shuuratir rahmaan adalah `alaa shiifatir rahmaan (sesuai dengan sifat Allah) alias dalam bentuk yang sempurna karena sifat Allah itu Maha Sempurna.
Dalam bahasa Arab sering terdapat penggunaan kata seperti itu, contohnya : shuuratu haadzihil mas-alati kadza (sifatnya perkara ini adalah demikian). Jadi yang dimaksudkan dalam hadits di atas adalah, bahwa Allah menciptakan Nabi Adam seperti (sesuai) sifat yang diinginkan oleh Allah, yaitu berbentuk manusia yang dapat menjadi khalifah (pengatur) bumi dan pengelola kehidupan duniawi.
Hal ini sesuai dengan kehendak Allah yang secara hakikat telah mengatur seluruh kehidupan makhluk-Nya, antara lain menjadikan manusia sebagai khalifah (penguasa) bumi.