MU`JIZAT DAN KARAMAH
Luthfi Bashori
Mu`jizat adalah suatu kemampuan ekstra yang melebihi batas kewajaran dalam pandangan manusia secara umum. Mu`jizat sebagai kemampuan ekstra ini diberikan oleh Allah khusus kepada para Nabi AS. Seperti mu`jizat Nabi Muhammad SAW saat diisra dan mi`rajkan oleh Allah, yaitu perjalanan malam hari dari Makkah menuju Palestina.
Dari Palestina berlanjut naik ke Sidratul muntaha (langit ke tujuh) untuk bertemu Allah secara langsung. Setelah selesai menerima tugas kewajiban shalat lima waktu kemudian beliau SAW dipulangkan ke Makkah, yang semua perjalanan itu ditempuh hanya dalam beberapa saat saja.
Sebagaimana diriwayatkan bahwa saat Nabi Muhammad SAW tidur di ranjang dalam kamarnya, tiba-tiba beliau SAW didatangi oleh malaikat Jibril AS, lantas dibelah dadanya untuk dibersihkan hatinya, kemudian beliau SAW diterbangkan dengan mengendarai Buraq menuju kota Palestina. Dari Palestina berlanjut ke Sidratul muntaha, dengan berbagai pengalaman yang beliau SAW temui dalam perjalanan malam itu.
Saat beliau SAW diantarkan pulang hingga sampai ke dalam kamar pribadinya, ternyata ranjang yang semula beliau SAW pergunakan tidur, suhu panas yang ada di atas ranjang bekas tidur beliau SAW sebelum diisra dan mi`rajkan itu terasa masih ada suhu panas yang tersisa. Artinya perjalanan isra dan mi`raj itu waktunya sangatlah pendek.
Tatkala kaum Quraisy mengingkari peristiwa isra dan mi`raj itu, karena pendeknya waktu dan jauhnya perjalanan yang ditempuh, maka mereka meminta bukti kongkrit. Kemudian Nabi Muhammad SAW menceritakan serta menyifati tempat-tempat yang beliau kunjungi, seperti kondisi riil lingkungan Baitul Maqdis secara detail.
Sekalipun mulut kaum kafir Quraisy itu mengingkari, namun hati mereka membenarkan berita riil dari Nabi SAW tersebut, khususnya mereka yang sudah perrnah datang ke Baitul Maqdis, terutama di kalangan para pedagang dan pengkelana sebagaimana hal itu sudah menjadi adat kaum Quraisy di saat itu.
Sedangkan Karamah, adalah sejenis mu`jizat yang khusus diberikan oleh Allah kepada para hamba-Nya yang bukan dari kalangan para Nabi, namun sebagai hamba pilihan yang sangat dicintai oleh Allah. Mereka inilah yang disebut para wali kekasih Allah.
Sebagaimana Allah berhak mengangkat seseorang yang dipilih-Nya menjadi seorang Nabi atau Rasul di jaman sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW, maka Allah juga berhak mengangkat seseorang menjadi wali kekasih Allah, baik di jaman pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW, atau di jaman hidupnya para Nabi terdahulu. Sebut saja para pemuda yang menjadi anggota Ashabul Kahfi, mereka inilah di antara figur-figur para wali kekasih Allah yang hidup di jaman para Nabi terdahulu.
Adapun di kalangan umat Nabi Muhammad SAW yang diangkat oleh Allah menjadi seorang wali, sebut saja Sayyidina Uwais Alqarni, yaitu seorang mukhadhram (orang Islam yang hidup di Nabi SAW, namun belum pernah bertemu Nabi SAW secara langsung). Nabi SAW sendiri menyifati karamah Sayyidina Uwais Alqarni ini jika berdoa, maka doanya tidak akan pernah ditolak oleh Allah SAW. Bahkan Nabi SAW berwasiat kepada para shahabatnya, jika suatu saat bertemu sayyidina Uwais Alqarni, maka hendaklah mereka meminta doa darinya.
Di antara para shahabat yang berhasil menjalankan wasiat Nabi SAW untuk minta doa kepada Sayyidina Uwais Alqarni adalah Sayyidina Umar dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib.
Figur Sayyidina Uwais Alqarni inilah salah satu seorang wali kekasih Allah dari kalangan umat Nabi Muhammad SAW, dengan pemberian jenis karamah yaitu jika berdoa maka doanya tidak akan pernah ditolak oleh Allah.
Tentunya masih banyak para wali kekasih Allah yang lahir pada generasi berikutnya dengan berbagai keistimewaan karamah pemberian Allah. Sedangkan kehendak Allah untuk mengangkat seorang hamba-Nya yang Dia kehendaki untuk menjadi wali kekasih-Nya, tidak akan berhenti sampai kapanpun hingga datang hari Qiamat.