SIMBOLIS
Muh. Asa. Minhaja
“Ulama adalah pewaris para Nabi”. Kata-kata yang tercantum dalam hadits ini sering kita dengar. Bahkan di dalam hadits lain,di sana diterangkan secara detail definisi dan keutamaan Ulama’. Hal ini menunjukkan bahwa derajat Ulama tidak dapat dipandang sebelah mata.
Suatu ketika Rasulullah SAW berpesan kepada umatnya untuk memulyakan Ulama. Karena mereka di sisi Allah terpilih lagi dimulyakan. Pesan singkat namun terasa berat terealisasi di masa sekarang. Saat ini ,Ulama hanya dijadikan ikon-ikon keagamaan. Ironisnya ,ketika datang saat-saat tertentu, Ulama dijadikan “Simbol Kekuatan” untuk menarik perhatian masa. Lebih-lebih dijadikan alat untuk mendatangkan keuntungan duniawi sesaat. Inilah yang perlu disayangkan,pesan nabi Muhammad SAW untuk memluyakan Ulama diacuhkan hanya karena kepentingan duniawi belaka. Oknum-oknum ini merasa sukses ketika berhasil merangkul ulama. Harapannya tentu dengan prestasi itu, mereka dapat meraup dukungan penuh masyarakat untuk sebuah kursi panas kekuasaan.
Ketika sudah mendapatkan cita-cita berupa duduk di kursi kekuasaan. Mereka lupa kepada Ulama. Jika kita menengok kehidupan Ulama terdahulu,tentu jauh berbeda dengan realita saat ini. Kemurkaan Allah dapat dilihat langsung ketika Ulama diremehkan.
Sebuah kisah nyata yang dialami oleh Syekh Kholid bin Abul Baha’. Suatu hari Janu (nama disamarkan) datang ke rumah Syekh Kholid. Dia memang dikenal pribadi yang tidak suka kepada Syekh Kholid. Saat dia datang, kebetulan beliau sedang mengajar. Tiba-tiba dengan suara lantang dia memaki-maki Syekh Kolid di depan santrinya. Selang beberapa menit kemudian, sebelum Janu menyelesaikan makiannya, timbul gelagat aneh layaknya orang gila pada dia. Melihat hal itu, Syekh Kholid segera melepas sorban yang beliau kenakan.
Kemudian memanggil salah satu santrinya untuk menghempaskan sorban tadi ke tubuh Janu. Harapannya tentu agar si Janu sembuh dari gelagat gilanya. Subhanallah seketika itu pula Janu sadar lantas menyesali perbuatannya tadi. Mengetahui penyesalan si Janu, Syekh Kholid berkata :
“Kamu menyesal ?Pergilah !! Tinggalkan tempat ini agar kamu tidak gila kembali”.
Si janu pun menjawab perkataan syekh kholid dengan melangkahkan kaki menjauh dari tempat Syekh Kholid mengajar.
Itulah sebuah pelajaran dan motivator untuk kita agar tidak meremehkan keberadaan Ulama. Menempatkan Ulama sesuai dengan tujuan syariat agama Islam tanpa dilandasi oleh kepentingan pribadi.