URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 4 users
Total Hari Ini: 206 users
Total Pengunjung: 6224318 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
Restoran Halal Mulai Taklukkan Tanah Perancis 
Penulis: Suara Media [13/11/2012]
 
Restoran Halal Mulai Taklukkan Tanah Perancis

Di dalam sebuah restoran berdekorasi gaya di jantung kota Paris, terjepit di tengah-tengah Bastille dan Place de la Nation, Sophia Tabet membaca dengan seksama sebuah menu khas Perancis, termasuk foie gras (hati bebek), beef fillet, dan duck confit (Paha Bebek).

Namun, tidak seperti tempat makan Perancis lainnya, restoran yang satu ini tidak menawarkan minuman anggur dalam daftar menunya, dan semua makanan disiapkan sesuai dengan prinsip hukum Syariah Islam.

"Kami semua makan makanan halal. Menyenangkan bisa menikmati perubahan, bisa makan gastronomi Perancis yang halal," ujar Tabet, 29, penasihat pelanggan di sebuah perusahaan layanan keuangan besar.

Tabet sedang menikmati suasana malam hari bersama rekan-rekan kerjanya di Les Enfants Terribles, salah satu restoran halal baru yang mulai tumbuh subur di Paris dan sekitarnya, menyediakan kebutuhan konsumsi populasi profesional Muslim muda yang juga sedang tumbuh.

Lahir dan besar di Perancis, mereka memiliki selera kuliner dan kehidupan sosial yang mirip dengan rekan-rekan non-Muslim, namun acara makan di luar dapat menjadi sebuah pengalaman yang mengecewakan, terbatas hanya pada outlet makanan cepat saji yang murah, atau opsi vegetarian di dalam menu.

"Sebelumnya, makan makanan halal di Paris terbatas hanya pada restoran pizza atau kebab," ujar Kamel Saidi, 32, yang membuka Les Enfants Terribles dua tahun lalu bersama dengan saudara laki-lakinya.

"Saya lahir dan besar di Perancis dan saya merasa frustrasi karena tidak dapat menikmati makanan tradisional Perancis yang lezat," ujarnya.

Secara literal, halal berarti "dibolehkan", mendefinisikan jenis-jenis makanan yang dibolehkan bagi kaum Muslim untuk memakannya sesuai hukum Islam.

Daging babi sangat dilarang, begitu juga alkohol, baik itu sebagai minuman atau penambah rasa dalam masakan.

Daging halal harus disembelih atas nama Allah dan tenggorokan sang hewan harus digores sedemikian rupa hingga darahnya dapat mengalir sebelum dikonsumsi.

Bagi kaum Muslim, ini jelas membuat banyak jenis makanan tradisional Perancis menjadi tidak dapat mereka konsumsi, selain juga membatasi pilihan dalam restoran-restoran yang lebih kosmopolitan, seperti Thailand dan China, yang telah menjadi menu utama dalam lansekap kuliner Perancis.

Di negara yang terkenal dengan masakannya yang kaya dan kesenangannya akan makanan, persyaratan halal terbukti menjadi sesuatu yang tidak mudah ditemui.

"Bagaimana jika saya ingin mengundang makan seorang kolega? Saya tidak bisa mengundang seorang non-Muslim Perancis makan di restoran kebab," ujar Saidi.

Baru-baru ini Perancis meluncurkan sebuah perdebatan mengenai isu identitas nasionalnya, bertujuan mendefinisikan nilai-nilai pemersatu dan mengklaim kembali rasa patriotismenya.

Pembicaraan itu tidak banyak menyinggung tentang imigran Muslim Perancis dan pertanyaan mengenai apakah kehadiran mereka melemahkan karakter sosial dan budaya Perancis.

Namun, yang kalah dalam perdebatan ini adalah generasi kedua dan ketiga Muslim yang berbagi selera dan aspirasi dengan generasi muda non-Muslim modern, dan berusaha merekonsiliasi nilai-nilai relijius mereka dengan rasa ke-Perancis-an yang kuat.

Dhieb Lagnab, 31, keturunan Tunisia, baru-baru ini membuka sebuah restoran Thailand, Le Wok Saint Germain, di Left Bank Paris, mengandalkan tren urban masakan internsional.

"Secara pribadi, sebagai orang Perancis, saya tidak mengidentifikasi diri saya dengan orangtua saya, namun dengan generasi muda Perancis yang membuka restoran Asia," ujarnya.

"Satu-satunya perbedaan adalah bahwa dalam kasus saya, makanannya halal."

Perancis memiliki komunitas Muslim terbesar, diperkirakan berjumlah lima juta jiwa atau 8% dari total populasi.

Pasar untuk produk makanan halal dinilai sebesar empat miliar euro (USD 5.90 miliar) dan pertumbuhannya diprediksi akan mencapai 10% tiap tahun hingga tahun 2012, menurut hasil studi konsultansi Xerfi.

Bagi Saidi, perjudiannya telah terbayarkan. Dua tahun setelah membuka Les Enfants Terribles, restorannya selalu penuh tiap malam, dan berencana untuk membuka cabang di lokasi lain di dalam kota.

"Permintaannya sangat besar dan para profesional mulai merasakannya. Halal mulai meluas di mana-mana," ujarnya. (rin/ab)

suaramedia.com
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam