Luthfi Bashori
Konon Sayyid Abul Hasan memiliki seekor kucing peliharaan yang sangat beliau sayangi. Hampir setiap hari, kucing tersebut menemani beliau saat beraktifitas di rumahnya. Bahkan jika beliau mengajarkan ilmu kepada masyarakat di majelis ta`lim yang diadakan di rumah, maka kucing itu sering ikut hadir dan hilir mudik di dekat beliau.
Kucing kesayangan Sayyid Abul Hasan itu diberi nama Luklu-ah (mutiara). Beliau selalu memberi makan kucing itu dengan menu yang beliau makan pula pada setiap harinya. Begitulah salah satu betuk rasa sayang Sayyid Abul Hasan kepada kucingnya itu.
Suatu hari, ada seorang lelaki pembantu rumah tangga yang terhitung baru bekerja di rumah Sayyid Abul Hasan. Entah karena apa pembantu itu memukul kucing milik Sayyid Abul Hasan hingga mati. Karena takut ketahuan keluarga, maka si pembantu sengaja mengubur kucing itu di halaman belakang rumah Sayyid Abul Hasan, yang jaraknya cukup jauh dari bangunan rumah utama.
Selang beberapa saat, Sayyid Abul Hasan mencari kucing kesayangannya itu, karena dirasa agak lama tidak tampak hilir mudik di dekat beliau sebagaimana biasanya. Sayyid Abul Hasan bertanya kepada pembantu barunya, barangkali tahu di mana keberadaan kucingnya itu. Maka si pembantu itu mengatakan sambil berbohong ketakutan, bahwa ia melihat kucing itu lari ke halaman belakang rumah.
Lantas Sayyid Abul Hasan pergi menuju pintu belakang rumah, seraya memanggil-manggil kucing kesayangannya itu : Luklu-ah Luklu-ah Luklu-ah !
Subhanallah, tiba-tiba kucing itu mengeong dan datang kepada beliau dengan kondisi badan dalam keadaan lusuh, lantas beliau memandikan kucing kesayangannya itu.
Sejak kejadian itu pula, tak selang beberapa hari si pembantu itu pamitan boyong karena hatinya tidak tenang dan selalu risau untuk melanjutkan kerja pada keluarga Sayyid Abul Hasan.