SEKELUMIT MENGENAL PARA SHAHABAT
Luthfi Bashori
Yang dimaksud shahabat dalam bab ini adalah shahabat Nabi SAW. Adapun devinisi shahabat itu adalah, setiap orang yang pernah bertemu Nabi SAW secara langsung (sekalipun tidak melihat karena buta mata, seperti Shahabat Abdullah bin Ummi Maktum), dan beriman kepada beliau SAW serta wafat dalam keadaan beriman.
Kalimat shahabat itu sendiri diambil dari firman Allah yang diturunkan saat Nabi SAW berangkat hijrah ke Madinah ditemani oleh Sy. Abu Bakar. Pertemanan mereka berdua ini diabadikan oleh Allah : idz yaquulu lishaahibihi laa tahzan innallaha maana (tatkala beliau SAW berkata kepada shahabatnya (Sy. Abu Bakar), janganlah engkau sedih/khawatir, sungguh Allah menyertai kita). QS. Attaubah 40.
Dari ayat inilah, pertama kali julukan shahabat bagi teman-teman Nabi SAW itu disematkan oleh Allah, yang dimulai dari Sy. Abu Bakar Asshiddiq. Hingga semua orang yang pernah bertemu Nabi SAW, dan beriman dengan kenabian beliau SAW serta wafatnya dalam keadaan beriman, maka mendapatkan gelar yang sangat istimewa yaitu sebagai Shahabat Nabi SAW.
Tentunya Sy. Abu Bakar Asshiddiq sebagai orang yang pertama kali mendapat rekomendasi gelar dari Allah sebagai seorang shahabat, merupakan orang yang paling mulia di sisi Allah dan Rasul-Nya dibandingkan dengan siapapun di kalangan umat Islam.
Keutamaan para shahabat secara umum juga diabadikan oleh Allah dalam firman-Nya yang artinya:
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang orang-orang (para shahabat) yang menyertainya adalah bersikap tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang terhadap sesama mereka, kamu lihat mereka (para shahabat) itu ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan keberadaan para shahabat itu). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Alfath, 29).
Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki Alhasani dalam kitab Almanhalul lathif mengatakan :
Semua para shahabat itu adalah adil, baik para shahabat kalangan senior (seperti Sy. Abu Bakar dan Sy. Umar), maupun kalangan yunior (seperti Sy. Husain bin Ali dan Usamah bin Zaid). Baik yang menyaksikan dan terlibat dalam perselisihan paham antara kelompok Sy. Ali bin Abi Thalib dengan kelompok Shahabat Mu`awiyah, maupun yang tidak terlibat, ini menurut pendapat Ahlus sunnah wal jamaah, karena rasa husnuddzan terhadap para shahabat itu. Hal ini karena melihat pasca terjadinya perselisihan itu, banya prestasi yang dijangkau oleh kedua kelompok tersebut dalam bidang pengembangan dan penyebaran Islam ke berbagai belahan dunia, juga ketaatan para pengikut kedua kelompok itu terhadap ajaran Islam yang di bawa oleh Nabi SAW, serta kepedulian mereka dalam mengamalkan dan menyebarkan isi Alquran maupun Hadits Nabawi.
Berapa banyak jumlah manusia yang masuk Islam di tangan mereka, belum lagi keaktifan mereka dalam mengamalkan dan mengajarkan kepada umat tentang ilmu keislaman serta tata cara beribadah kepada Allah. Mereka juga menampakkan keberanian yang luar biasa dalam berdakwah dan berjihad, serta berbagai akhlaq yang sangat mulia lainnya, sesuai dengan apa yang dilukiskan oleh Allah dalam surat Alfath, 29 di atas. (Almanhalul lathif, 172)
Terlebih lagi, keadilan para shahabat itu banyak dibakukan dalam kitab suci Alquran, antara lain Allah berfirman (yang artinya):
Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kalian menyuruh yang ma`ruf dan mencegah yang munkar dan kalian beriman kepada Allah. (Ali-Imran : 110
Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kalian umat yang adil dan pilihan". (Al-Baqarah : 143)
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalirkan sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (At-Taubah : 100)
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu`min ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon". (Al-Fath : 18).
Mereka adalah orang-orang yang benar-benar beriman. (Al-Anfaal : 74).
Mereka adalah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (Al-Hujuraat : 7)
Mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. (At-Taubah : 20)
Mereka adalah orang-orang yang benar. (At-Taubah : 119)
Mereka adalah orang-orang yang bertaqwa. (Al-Fath : 26)
Mereka adalah orang-orang yang menjengkelkan orang-orang kafir dan mereka benci kepada kekafiran. (Al-Fath : 29)
Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki Alhasani dalam kitab Almanhalul lathif, 173 juga mengatakan :
Berkata Abu Zur`ah : Jika engkau melihat seseorang yang mendiskreditkan dan mencela salah seorang dari shahabat Nabi SAW, ketahuilah bahwa orang itu adalah kafir zindiq, hal itu karena Nabi SAW itu haq, dan Alquran adalah haq, dan semua ajaran Allah dan Rasul-Nya tentang para shahabat itu telah disampaikan kepada kita, sedangkan orang yang mencela para shahabat (seperti kaum Syiah) selalu berusaha mengeluarkan kita dari agama Islam dengan mengajak kita mengingkari Alquran dan Hadits.