MASJID LINTAS AGAMA
Luthfi Bashori
Konon di jaman Nabi SAW, di Madinah terdapat sebuah masjid yang dibangun oleh kaum munafiq, atas rekomendasi pendeta Nasrani yang bernama Abu Amir. Masjid ini di bangun di dekat Masjid Quba, yaitu masjid yang pertama kali dibangun oleh Nabi SAW.
Abu Amir adalah salah seorang tokoh dari suku Khazraj yang menjadi rahib (pendeta) Nasrani dan tugasnya membacakan ilmu ahli kitab bagi kaum Nasrani serta rajin memimpin ibadah di kalangan mereka. Tatkala Nabi SAW masuk kota Madinah dan disambut meriah oleh kaum Anshar, maka Abu Amir merasa kedudukannya di tengah masyarakat bakal tergeser oleh figur Nabi SAW.
Maka sejak itu pula Abu Amir dengan berbagai intrik-intriknya berusaha menjatuhkan figur Nabi SAW dengan berbagai upaya, termasuk dengan memilih cara yang tidak menampakkan permusuhannya secara terang-terangan. Hal itu dilakukan, karena melihat kondisi kaum Anshar yang sangat kuat mendukung kedatangan Nabi SAW serta setia mendampingi Nabi SAW dalam dunia dakwah.
Namun, sejak terjadi perang Badar yang dimenangkan oleh pasukan Islam, Abu Amir mulai berani menampakkan permusuhannya kepada Nabi SAW secara terang-terangan. Ia pergi ke Makkah untuk bergabung dengan para kafir Quraisy, dan menghasud dengan mengobarkan keberanian mereka untuk memerangi pasukan Nabi SAW. Bahkan Abu Amir pernah menjebak Nabi SAW hingga beliau SAW jatuh tergelincir dalam lobang buatan Abu Amir itu.
Suatu saat, Abu Amir mencoba menghasud kaum Anshar agar bergabung dan ikut memerangi Nabi SAW. Namun kecintaan kaum Anshar kepada Nabi SAW tidak tergoyahkan sama sekali, dan justru berbalik mencela Abu Amir dan memusuhinya.
Nabi SAW mencoba untuk menyadarkan Abu Amir atas intrik-intrik yang diperbuatnya. Beliau SAW mengajaknya masuk Islam dan membacakan Alquran untuknya. Namun ajakan Nabi SAW itu ditolak mentah-mentah, hingga beliau SAW mendoakan Abu Amir agar terusir dari daerahnya dan mati sebatang kara.
Salah satu intrik-intri yang dilakukan oleh Abu Amir, ia mengajak pengikutnya dari kalangan kaum Narsani dan kaum munafiq mendirikan sebuah masjid, dengan harapan memikat hati umat Islam, agar mau bergabung dengan kelompoknya.
Pada saat Nabi SAW dalam perjalanan pulang dari daerah Tabuk, maka salah seorang munafiq dari kelompok Abu Amir sengaja menyongsong kedatangan Nabi SAW dan berupaya mengajak dan merayu beliau SAW agar berkenan meresmikan masjid yang mereka dirikan, dengan alasan demi kebersamaan sesama penduduk Madinah.
Tentunya mereka mengharapkan dengan kedatangan Nabi SAW ke masjid rancangan mereka itu, niscaya umat Islam dengan senang hati mengikuti langkah Nabi SAW dan akan beramai-ramai mendukung gerakan kebersamaan lintas agama sesuai skenario Abu Amir cs. Kiranya harapan semacam itu hampir sama kondisinya dengan kejadian akhir-akhir ini di Indonesia, gara-gara mengikuti langkah Gus Dur yang aktif keluar masuk gereja dan mengadakan kegiatan lintas agama semacam Doa Bersama Muslim non Muslim, maka marak juga umat Islam yang keluar masuk gereja dan hadir dalam kegiatan komunitas lintas agama
Tentu saja sangat berbeda kejadiannya, jika Gus Dur begitu gencar dan lancar dalam memerankan aksi-aksinya sebagai tokoh sentral komunitas lintas agama untuk menggalang persatuan, penyetaraan dan kebersamaan dengan pihak-pihak non muslim, khususnya kaum Nasrani, yang mana langkahnya itu marak diikuti oleh tokoh-tokoh liberal hasil didikannya seperti Said Aqiel Siraj, Ulil Abshar Abdalla, Lily Wahid dan lainnya, maka aqidah dan keimanan Nabi SAW benar-benar dijaga oleh Allah agar tidak terlibat dalam komunitas lintas agama, hingga Allah mengutus malaikat Jibril untuk mengungkap dan menerangkan kepada Nabi SAW tentang bahaya keberadaan masjid lintas agama rancangan Abu Amir dan cs itu, yang akhirnya terkenal dengan julukan masjid Dhirar.
Arti Dhirar adalah bahaya kerusakan aqidah, sesuai dengan firman Allah SWT: Walladziinat takhadzuu masjidan dhiraaran (dan ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan /bahaya kerusakan aqidah).
Dalam kaitan status masjid Dhirar ini Allah SWT menerangkan dalam surat Attaubah mulai ayat 107 sampai ayat 110, yang artinya:
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudaratan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah-belah antara orang-orang mukmin serta menunggu (mempersiapkan) kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah, Kami tidak menghendaki selain kebaikan. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).
Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa, sejak hari pertama (masjid Quba) adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang suka membersihkan diri, dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.
Maka apakah orang-orang (kaum muslimin) yang mendirikan masjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-Nya itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunan (masjid Dhirar) di tepi jurang yang runtuh lalu bangunannya itu jatuh bermasa-sama dengan dia (Abu Amir) ke dalam neraka Jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.
Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu telah hancur (karena tidak bertaubat). Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Untuk itulah Allah menggagalkan usaha Abu Amir dan kelompoknya yang sengaja membuat intrik-intrik dan tipu daya di kalangan umat Islam, hingga usaha mereka gagal dan sia-sia. Lantas Allah memerintahkan Nabi SAW agar meruntuhkan serta memusnahkan masjid Dhirar tersebut.
Allah juga melarang Nabi SAW dan umat Islam shalat di masjid Dhirar itu dengan larangan yang sangat keras sebagaimana terungkap dalam firman-Nya yang artinya:
Janganlah kamu menegakkan shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba) sejak hari pertama, adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri, dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.
Dengan adanya perintah Allah itu, maka Nabi SAW mengajak kaum muslimin untuk menghancurluluhkan masjid Dhirar, masjid yang dibangun untuk kepentingan komunitas lintas agama itu.
Mengacu pada sejarah masjid Dhirar ini, tentunya umat Islam dapat mengambil kesimpulan, betapa bahayanya keberadaan komunitas lintas agama, hingga aset mereka sekalipun berupah sebuah masjid, maka oleh Nabi SAW dihancurluluhkan sesuai perintah Allah SWT.