AMBISI YANG MENYESATKAN
Luthfi Bashori
Terkadang ada seseorang yang berani menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya, dan melakukan apapun hingga menerjang yang haram demi memenuhi ambisi pribadinya.
Konon di Mesir, ada seorang tokoh shahibul majelis yang menggunakan cara sesat dalam mencari dan mengumpulkan jamaah pengajian yang diasuhnya demi memenuhi ambisi pribadi, agar menjadi figur terkenal. Usahanya itu cukup berhasil hingga jumlah jamaahnya mencapai puluhan ribu orang yang datang dari segala penjuru Mesir.
Mereka selalu memadati masjid di mana sang tokoh itu mengajar. Keramaian jamaah yang bersifat mingguan ini dapat berjalan beberapa tahun lamanya.
Hingga pada masa tua, sang tokoh idola itu berwasiat kepada anaknya, si calon pengganti: Nak, kalau aku meninggal dunia maka aku minta engkaulah yang menggantikanku mengasuh majelis ini, dan pesanku agar setiap engkau mengajar, jaganlah berpindah tempat dari kursiku ini, dan aku harap engkau tetap melestarikan keaslian kursi warisanku ini, karena dengan keistiqamahan melanjutkan amalanku, niscaya masyarakat akan mendapat manfaat dari ilmu yang engkau ajarkan!
Setelah sang tokoh tua itu meninggal dunia, si anak pun menjalankan wasiat ayahnya untuk mengganti kedudukan sang ayah dalam mengasuh pengajian di majelis itu. Anehnya, sekalipun jamaah yang hadir puluhan ribu orang, namun hati si anak merasa tidak tentram setiap kali duduk di kursi milik ayahnya itu. Hingga suatu saat si anak nekad membongkar kursi warisan ayahnya, dan betapa terkejutnya, tatkala ia menemukan mushaf AL QURAN yang diikat di bawah kursi itu. Maka si anak menangis dan beristighfar atas ulah sihi yang selama ini dilakukan oleh ayahnya, hanya demi merebut hati ribuan jamaah.
Betapa sedih hati si anak, karena sang ayah bukannya mencari keridlaan Allah dengan cara ikhlas mengajarkan ilmu agama, namun ternyata sang ayah lebih mengedepankan banyaknya jumlah pengikut yang ingin diraihnya. Bahkan demi ambisi pribadi itu, sang ayah berani menggunakan ilmu sihir yang benar-benar membutakan mata hatinya.