HAMPA
AR Helmi
Di ambilnya bejana itu dengan penuh suka-cita. "Oh ... hari ini aku mendapatkan semangkuk madu yang bisa kubawa pulang, anak dan istriku pasti akan gembira". Seorang petani, mendapatkan semangkuk madu dari sarang lebah di tepi hutan.
Bisa dibayangkan, betapa senang. Kehidupannya yang selama ini miskin, terlupakan sejenak dihari itu.
Bergegas ia pulang, pintu rumah reyot pada dinding bambu yang hampir roboh itu ia terjang, sambil memanggil istri tersayang. "Bu ... ibu ... dimana kau?, lihatlah apa yang kubawa ...".
Istrinya tergopoh-gopoh, berlari dari dapur mendatanginya. "Pak ... apa yang kau bawa hari ini?" kata istrinya.
"Lihat bu, aku membawa semangkuk madu".
"Kita akan menjualnya kepasar pak, lalu kita akan membeli berbagai keperluan". Ujar sang istri.
"Iya bu, aku akan menjualnya, dan uangnya akan kupakai membeli cangkul, bukankah cangkul kita sudah tua?"
"Berarti, kita bisa membeli taplak meja dan bantal baru ya pak?"
"Yah, aku juga akan membelikan panci untukmu bu"
"Oh iya pak ... tidakkah bapak lihat, kain bajuku ini, telah lusuh dan bertambal, sejak lama aku menginginkan baju baru berwarna jingga".
"Iya ... Kau juga akan kubelikan baju baru".
"Bu ... aku lupa, bukankah kita harus membeli sebuah kursi, kaki kusi ini sudah hampir patah".
Beli ini ... beli itu ... Ingin ini ... dan ingin itu ... Suami-istri itu tak henti-henti mengungkapkan rencana-rencananya, sehingga mangkuk madu yang mereka letakkan di atas bale bambu terlupakan.
Ternyata, yang paling berbahagia adalah si loreng, kucing mereka ... menikmati madu itu sampai habis tak tersisa. Lalu tidur ... melanjutkan mimpi siangnya.